Semua Bab Pesona Sang Peri: Bab 1 - Bab 10
100 Bab
Prolog
“Bagaimana? Apa aku sudah mirip budak yang cantik?” tanya Fjola mengelus rambutnya yang pendek. “Belum,” bisik Arnor sang peri berdiri di belakang gadis itu. “Tapi, tetang saja. Aku akan mengatasinya.” Dengan tangannya yang lembut, ia mengelus bahu Fjola, bibirnya mengecup tengkuk sang gadis. Darah Fjola mendesir. Napasnya tertahan. Arnor mendekatkan tubuhnya ke gadis itu hingga hampir tak ada jarak. Dadanya sampai menyentuh punggung Fjola. “Kau mau apa?” tanya gadis itu. Namun, Arnor diam saja. Perlahan, tangannya turun ke dada gadis itu dan bermain-main di sana. Bibirnya menelusuri leher Fjola yang terekspos. Jantung gadis itu berdegup kencang. Wajahnya panas. “Jangan,” ujarnya lirih. "Tolong hentikan.” Alih-alih, sang peri berbisik, “Jadilah budakku.” Napasnya yang hangat menggelitik leher Fjola hingga membuat otak sang gadis meleleh.Tangannya yang lembut lantas naik, menyentuh kerah kemeja Fjola. Perlahan, ia menarik turun kerah itu. Pundak sang gadis menjadi terekspos.
Baca selengkapnya
Bab. 1 Kabar dari Istana
Seorang pria berdiri di tengah panggung alun-alun. Bajunya yang bernuansa merah terang begitu mencolok. Manset emas yang dikenakannya menandakan bahwa ia memiliki posisi penting dalam kerajaan. Rambutnya yang pirang dibentuk sedemikian rupa hingga melengkung di ujungnya. Raut wajahnya kaku, begitupun dengan gesturnya. Dua orang prajurit mengapitnya. Mereka memukul gong kecil yang dibawanya guna meminta perhatian para penduduk yang berada di sekitar.Pagi hari begini, para penduduk memadati alun-alun yang juga digunakan untuk berjualan, atau tukar menukar barang, hasil panen, maupun ternak. Penduduk Negeri Veggur berbondong-bondong memenuhi kebutuhan mereka karena musim dingin telah tiba. Sebelum badai salju datang, mereka harus memenuhi stok kebutuhan makanan kalau tidak mau mati sia-sia.Setelah mendapat perhatian para penduduk, lelaki berwajah kaku tadi mengangkat tangannya yang berisi sebuah gulungan perkamen. Melihatnya, tahulah para penduduk bahwa sang lelaki merupakan juru bicar
Baca selengkapnya
Bab. 2 Malaikat atau Iblis
Bagi kebanyakan orang, mimpi indah dapat membuat pagi hari lebih ceria, tetapi tidak berlaku untuk Fjola. Meski indah, mimpi itu justru menjadi ironi yang menyesakkan jiwanya.Mimpi itu bukanlah mimpi yang muluk-muluk, hanya sebuah mimpi sederhana yang berasal dari masa lalunya. Dalam mimpi itu ia dapat melihat ayah dan ibunya tengah bermesraan di padang rumput yang luas sembari menatap hamparan langit yang terang nan indah. Mereka duduk berselonjor kaki di rumput. Raut mereka tampak tanpa beban. Senyum merekah di wajah mereka. Tangan mereka saling tertaut. Sesekali, mereka melemparkan pandangan penuh damba.Fannar, adiknya yang masih belia berlarian, mencoba menangkap belalang. Pekik keceriaannya terasa bagaikan simponi yang menyenangkan.Fjola berjalan ke arah mereka dengan lambat. Tangannya terulur ke depan, seolah ingin meraih mimpi itu, tetapi tak bisa. Mereka tak menyadari keberadaannya. Ia mencoba berteriak, memanggil mereka. Namun, suaranya tak keluar. Fjola menunduk frustrasi
Baca selengkapnya
Bab. 3 Tawanan
Fjola tersedak oleh cairan yang dipaksa masuk ke mulutnya. Matanya sampai berair. Meski begitu, orang yang mencekokinya menahan lehernya supaya tetap mendongak. Setelah menelan habis ramuan itu, ia menyumpah. "Berengsek! Apa yang kau berikan padaku?""Dengarkan aku!" Sang pemuda mulai hilang kesabaran. "Kau sekarat saat kubawa kemari. Aku berusaha menyembuhkanmu dengan anugerah yang kumiliki. Tetapi, itu saja tak cukup. Jadi, jika kau masih ingin hidup, minum ramuan itu." Setelah bicara seperti itu, pemuda itu bangkit. Ia duduk menghadap api. Ia menggosok-gosok telapak tangannya.Fjola yang berhasil memproses ucapan pemuda itu pun tersentak. "Anugerah? Apa maksudmu?"Fjola tak mendapat jawaban. Sebagai ganti, ia malah dapat melihat profil sang pemuda lebih jelas. Kulitnya yang pucat seolah bersinar diterpa cahaya api. Rambutnya yang gelap terjalin indah. Matanya yang hijau berkilat-kilat, berserobok dengan mata Fjola. Dagunya kokoh, begitupun dengan bahunya yang telanjang. Tubuhnya ra
Baca selengkapnya
Bab. 4 Sang Peri
Salju yang turun dengan lebat menampar tubuh Fjola secara ganas. Langkahnya terseok-seok di undukan es yang menggunung. Tangannya ia rapatkan ke badannya yang gemetar. Giginya sampai bergemeletuk saat menahan dingin. Uap berembus dari mulutnya saat bernapas. Wajahnya yang cantik tampak begitu pucat hingga bibirnya membiru. Perutnya keroncongan. Fjola menoleh. Pandangannya terganggu karena salju yang sedari tadi tak henti-hentinya turun. Angin dingin menerpa tepi kemejanya yang longgar, mengepak-ngepakkanya keras, seolah ingin menariknya kembali ke gua. Namun, Fjola tak mau kembali. Ia harus melarikan diri.Gadis itu terus melangkah. Pijakannya pada salju tampak ragu. Dalam hati, ia bertekad tak akan menyebut nama Arnor. Namun, setan seolah membisikkan nama itu terus menerus ke telinganya. Ia sampai harus menggigit bibirnya erat-erat. Perlahan namun pasti tenaga gadis itu melemah. Kelopak matanya ingin menutup. Namun, Fjola tak boleh menyerah sekarang. Ia tak boleh kalah. Rambutnya y
Baca selengkapnya
Bab. 5 Bisa dan Mampu
Salju sudah berhenti turun ketika Fjola membuka mata. Udara dalam gua masih lembap, namun tidak sedingin sebelumnya. Tulangnya terasa ngilu. Meski begitu, ia mampu bangkit. Di sampingnya Arnor tampak memanggang sesuatu. Pemuda itu sudah memakai pakaian di balik jubah putihnya. Menyadari hal itu, mata Fjola membelalak. Jangan-jangan, dia telah mencopot kemeja Fjola. Tetapi ternyata tidak. Gadis itu melihat kemejanya masih melekat di tubuhnya. Kalau begitu, dari mana Arnor mendapat baju itu?Di dekat tempat sang peri duduk teronggok sesuatu yang tak asing bagi Fjola. Setelah diamati lebih teliti lagi, rupanya benda itu adalah jaket berbulu milik pemburu yang mengejarnya dulu. Fjola ingat betul bentuk dan warna bulunya yang abu-abu. Rupanya, dari mereka, atau sisa tubuh merekalah Arnor mendapatkannya.“Kau lapar? Apa kau mau makan?” tanya Arnor tanpa mengalihkan pandangan dari benda yang dipanggagnya di atas bara api. “Cari sendiri,” tambahnya kemudian.Fjola memutar bola matanya. Dengan
Baca selengkapnya
Bab 6. Garda
FannarOrang bilang, mereka adalah legenda. Walaupun tak ada yang pernah melihat mereka. Beberapa orang mengaku ditolong oleh mereka. Beberapa lagi mengaku keluarganya dibunuh oleh mereka. Mereka bukanlah hantu. Sebab, tak ada hantu yang dapat membawa gandum kepada masyarakat miskin, tak ada hantu yang mencuri harta para bangsawan, atau membunuhi petinggi yang zalim. Mereka bagai malaikat yang diam-diam dikirim Tuhan untuk menolong manusia yang pupus harapan.Namun bagi para bangsawan, mereka adalah perampok keji, begal, dan pencuri. Mereka sering menjarah barang dagangan para bangsawan kikir. Tak heran, mereka menjadi momok bagi bangsawan yang semena-mena.Bagi petinggi negeri, mereka merupakan musuh, perusak hirarki, dan pemberontak. Setiap prajurit diperintahkan untuk mengeksekusi mereka. Akan tetapi, baik masyarakat, para bangsawan, maupun para prajurit dan petinggi negeri tak tahu siapa mereka sebenarnya dan berapa anggota mereka. Orang-orang menyebut mereka Garda. Selama ini,
Baca selengkapnya
Bab 7. Keputusan
Pisau mengayun, siap menancap ke leher Fannar. Matanya membelalak menatap ujungnya yang tajam dan berkilat. Udara terasa tersekat di keongkongannya. Gadis di depannya menampilkan ekspresi tanpa ampun. Anak muda itu menjerit, “A-aku ingin menjadi Garda!”Ayunan itu berhenti mendadak. Ujung pisau yang tajam nyaris mengenai kulitnya. Napas Fannar tersengal. Jatungnya berdebar sangat kencang. Tubuhnya pun gemetar. Sesuatu yang basah terasa di sela pahanya. Saking takutnya, ia kencing di celana.Sang gadis yang mengancam nyawanya pun mundur. Matanya melirik ke bawah dengan jijik. “Apa itu? Kau ngompol? Astaga!” Gadis itu terbahak.Menyadari perbuatannya, Fannar malu. Wajahnya sampai memerah. Ia juga marah kepada diri sendiri karena kepengecutannya. Ia kehilangan muka di depan anggota Garda.“Zoe!” Seorang lelaki mendekat. Pakaiannya sama dengan yang dikenakan sang gadis yang dipanggilnya. Posturnya lebih tinggi. “Apa kau sudah membereskannya? Kita harus cepat pergi.”Zoe mengusap sudut mat
Baca selengkapnya
Bab 8. Tukar Nyawa
Kereta yang ditumpangi Fannar berhenti di tengah kota yang padat. Setah turun dari pedati, pemuda itu dituntun memasuki gang sempit yang diapit dua bangunan. Salah satunya merupakan kedai makanan yang saat itu ramai. Bangunan yang lain merupakan milik pengrajin besi. Pemuda itu tak menyangka bahwa persembunyian Garda malah mencolok. Ia memuji pemikiran sang pemimpin yang memilih tempat itu sebagai persembunyian. Sebab, justru pada tempat-tempat seperti inilah mereka tak akan dicurigai. Bagaimanapun, seandainya dia adalah prajurit, dia akan mencari para Garda di hutan-hutan yang sepi, yang jauh dari pemukiman penduduk.Gang itu tidak terlalu panjang. Namun juga tidak pendek. Setelah membelok ke kanan satu kali, sampailah mereka ke sebuah bangunan. Mata Fannar semakin melebar saat melihat rumah tempat persembunyian Garda. Rumah itu merupakan bangunan yang umum dijumpai di Negeri Veggur. Warnanya tidak mencolok. Ditambah letaknya yang di tengah membuatnya tidak menonjol sama sekali. Pin
Baca selengkapnya
Bab 9. Diburu Pemburu
Fjola.Rasanya, darah Fjola mengumpul semua ke kepala. Hal itu membuatnya pusing. Pandangannya serba terbalik. Ia meronta tetapi ketika sia-sia ia pun berhenti. Ia menarik napas dalam-dalam. Sekuat tenaga, ia menekuk tubuhnya ke atas. Tangannya berusaha meraih tali yang mengikat kakinya. Ia mencoba melawan grafitasi. Namun sayang, rupanya grafitasi lebih unggul. Alih-alih berhasil, ia malah mengayun tubuhnya yang tergantung secara terbalik. Akibatnya, suara kelontang terdengar lagi. Sumpah serapah keluar dari bibirnya.“Butuh bantuan?” Arnor duduk di salah satu dahan pohon di seberang sungai. Ia duduk dengan posisi santai di sana. Punggungnya bersandar pada batang, satu kakinya berselonjor sejajar dahan. Satu tangannya memutar-mutar anak panah, sedangkan tangan lainnya memegang busur.Fjola yang memandang peri itu dalam posisi terbalik menjadi tambah pusing. “Apa kau mengikutiku?” tanyanya.Sebenarnya, ia enggan menerima bantuan peri itu lagi. Namun, ia tak memiliki pilihan sekarang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status