All Chapters of Kau Buang Aku, Kunikahi Bosmu: Chapter 21 - Chapter 30
327 Chapters
Bab 21
Bab 21Setelah Handi sampai di rumahnya, dia bergegas naik ke lantai atas menuju kamar pribadinya untuk membersihkan diri karena kini pakaiannya tampak cukup basah.Namun sebelum langkahnya memasuki anak tangga, Putri tiba-tiba memanggil namanya."Om Handi!"Langkah Handi terhenti seketika dan pria itu menoleh ke arah sosok gadis kecil yang berdiri tak jauh darinya. Wajah tampannya yang diguyur air hujan kini tampak sedikit pucat."Om ... makan malamnya sebentar lagi siap," ungkap gadis itu.Handi mengangguk kecil. Dia lantas berjalan menaiki tangga dan meninggalkan gadis kecil yang masih berdiri di tempatnya.Hujan deras masih mengguyur kota, bahkan sesekali terdengar petir menggelegar langit.Handi masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower. Air hangat kini mulai membasahi tubuh atletisnya secara perlahan. Tak ingin membuang waktu terlalu lama, Handi menyelesaikan acara mandinya dan segera memakai pakaiannya.Dia menatap ke arah luar dari jendela kamar. Udara dingin membuatnya sedi
Read more
Bab 22
Bab 22Adi keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang melingkar di pinggangnya. Sesekali terdengar siulan keluar dari mulutnya. Dia makin tak sabar untuk menerima Yayuk."Aku udah mandi, nih. Mau kita mulai sekarang?" selorohnya sambil mengangkat wajah yang sejak tadi menunduk.Namun saat itulah matanya tampak membulat dengan sempurna karena tak ada seorangpun di dalam kamar."Lho, dimana dia?"Adi sangat yakin sebelum dia masuk ke kamar mandi, Yayuk masih ada di sana.'Tapi apa-apaan ini?' batinnya.Pria itu mencoba mencari ke setiap sudut kamar. Namun tetap saja tak menemukan Yayuk. Adi lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur dan mencoba untuk menghubungi wanita itu. Namun meski beberapa kali mencoba untuk menelepon, Yayuk tak kunjung mengangkatnya.Kening Adi tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Bahkan Yayuk tidak mengirimkan pesan apapun."Sebenarnya dia pergi kemana, sih?!" Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Padahal adik kecilnya ki
Read more
Bab 23
Bab 23Handi mengulurkan sebuah amplop pada Siti. Mata wanita itu kini tampak berbinar dan membungkukkan badannya sejenak sebagai tanda terima kasih karena dia telah mendapatkan upah untuk pertama kalinya."Terima kasih, Pak Handi. Saya akan bekerja lebih baik lagi," ujarnya.Handi mengangguk pelan. "Oh, ya. Tolong panggilkan Putri," perintahnya.Kening Siti tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu satu sama lain. Namun dia hanya bisa mengangguk patuh dan bergegas keluar untuk memanggil anaknya.Setelah menuruni tangga, matanya tampak memicing saat melihat sosok gadis kecil yang kini tengah sibuk menata piring di atas meja makan."Putri," panggilnya.Putri yang merasa namanya dipanggil sontak langsung menoleh dan mendekat ke arah ibunya."Iya, Bu. Ada apa?"Siti mengelus pelan puncak kepala putrinya dengan lembut. Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya secara perlahan."Pak Handi memintamu untuk pergi ke ruang kerjanya, Nak. Pergilah," tuturnya.Wajah gadis kecil it
Read more
Bab 24
Bab 24Siti menyimpan amplop berisi uang gajinya ke dalam dompet. Seulas senyum tipis tampak menghiasi wajah ayunya yang tampak kelelahan.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia berhasil mendapatkan uang hasil dari kerja kerasnya."Alhamdulillah, Ya Allah."Siti tak memungkiri rasa bahagia yang kini menyelimuti hati kecilnya. Bahkan setiap menit, lantunan syukur terucap dari bibir ranumnya.Dulu, Siti seringkali diremehkan oleh Adi dan ibu mertuanya. Tak jarang dia harus menelan pil pahit karena dihina habis-habisan. Padahal setiap nominal yang dia keluarkan hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi setiap hal yang dilakukannya seolah dianggap salah oleh Adi. Terlebih lagi saat suaminya kembali dihasut oleh ibunya.Siti menghela napas perlahan. Tak ada waktu baginya untuk terus mengingat masa lalunya. Sekarang dia harus fokus dengan pekerjaannya serta pendidikan Putri. Sebentar lagi, gadis kecil itu akan memasuki sekolah dasar.Siti yakin kalau uang yang dia keluarkan
Read more
Bab 25
Bab 25Bu Retno baru saja pulang setelah pergi bertemu dengan para teman sosialitanya. Dia bahkan menghabiskan uang yang siang tadi dirikim oleh Adi, untuk mentraktir teman-temannya. Tentu saja hal itu sengaja dilakukannya agar bisa dipandang tinggi dan juga terhormat. Bu Retno sangat yakinteman-temannya akan semakin kagum, sekaligus iri. Dia berdendang riang saat memasuki rumah. Namun keningnya tampak berkerut saat lampu rumahnya belum dinyalakan."Apa Adi belum pulang?" gumamnya lirih sambil mencari saklar lampu.Begitu lampu dinyalakan, wanita paruh baya itu terpekik kaget saat melihat sosok pria tampak tak karuan tengah duduk tepat di sofa sambil menatapnya dengan tajam."Adi?! Kenapa kamu kayak hantu, sih? Bikin Ibu jantungan aja!" bentaknya kesal sambil mengusap-usap dadanya.Detak jantungnya kini bahkan masih berpacu kencang. Andai saja dia memiliki riwayat penyakit jantung, mungkin kini nyawanya telah melayang.Bukannya merasa bersalah karena telah mengejutkan ibunya, Adi han
Read more
Bab 26
Bab 26Handi tampak sibuk memeriksa dokumen yang baru saja diterimanya dari Rosa. Rencananya bulan depan dia akan membuat cabang perusahaan baru di luar kota.Setelah mencari tempat yang cukup strategis untuk membuat perusahaan, Handi berhasil menemukannya meski dia juga harus merogoh kocek lebih mahal."Pak, untuk cabang baru apakah kita akan menugaskan beberapa tim lapangan?"Handi mengangguk pelan. "Benar. Kita butuh tim lapangan agar bisa mengecek keadaan sekitar dan juga mempromosikan barang-barang kita ke konsumen."Rosa mengangguk patuh. Handi memang telah mempersiapkan segalanya sejak awal dan pria itu juga telah merancang berbagai produk baru agar bisa menggaet konsumen.Bukan hanya bisnis properti, namun dia juga memiliki bisnis di bidang kecantikan serta makanan.Rencananya Handi akan membangun cabang baru khusus makanan khas daerah sekitar agar konsumen juga tertarik tapi tetap menyukai hidangan lokal.Netra hitam pria itu masih menatap lembar demi lembar isi dokumen di ta
Read more
Bab 27
Bab 27Beberapa karyawan kini telah berkumpul di ruang rapat. Tak lama direktur serta sekretarisnya datang dan rapat akan segera dimulai.Handi tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mengecek para karyawan yang diperintahkan untuk mengikuti rapat. Netra hitamnya tampak memicing saat melihat sosok Adi dan yayuk. Pria itu lantas memberi kode pada sekretarisnya dan Rossa mengangguk pelan sambil memulai rapat."Seperti yang kita semua ketahui bahwa Pak direktur berencana untuk membangun cabang baru di luar kota agar bisa memperluas jangkauan konsumen," ujar wanita berambut sebahu itu.Para karyawan tampak mengangguk pelan. Mereka semua cukup antusias setelah mendengar tentang rencana pembangunan cabang baru di luar kota.Apalagi Adi yang memang sudah menunggu-nunggu kesempatan agar bisa meraup lebih banyak uang. Sebagai anggota di bagian departemen keuangan, Adi dan Yayuk memang bertugas untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan."Untuk lokasinya sudah ditentukan d
Read more
Bab 28
Bab 28Rosa sejak tadi tampak mencuri-curi pandang ke arah Handi. Pria itu sebenarnya sadar namun dia mencoba untuk diam sejenak. Rasa tak nyaman pada akhirnya membuat pria itu memutuskan untuk menoleh dan balik menatap sosok sang sekretaris."Apa ada yang ingin kamu katakan Rossa?"Wanita itu tampak tersentak kaget. Namun dengan cepat dia langsung menundukkan kepalanya perlahan sebagai tanda permintaan maaf."Maaf, Pak Handi. Saya tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan," ujarnya.Handi menganggukkan kepalanya perlahan. "Tak masalah. Ada apa?"Rossa meremas ujung jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan ragu yang sempat muncul di dalam hatinya. Bagaimanapun juga dia harus menanyakan tentang alasan mengapa sang atasan tiba-tiba memutuskan untuk membentuk tim lapangan baru."Sebenarnya saya merasa penasaran karena anda tiba-tiba berencana untuk membentuk tim lapangan baru dan merekrut Pak Adi Sucipto," ungkapnya.Handi menghela napasnya perlahan. Sejak awal dia sudah bisa menebak
Read more
Bab 29
Bab 29Sebelum Putri berlalu pergi dari ruangannya, Handi kembali memanggil gadis kecil itu agar mendekat."Ada apa, Om?" tanyanya penasaran.Pria itu lantas beranjak dari sofa dan membuka tas kerja miliknya sambil meraih sebuah kotak berisi handphone baru yang dibelinya beberapa saat lalu."Put, Om sudah belikan handphone untuk Ibumu. Nah, ambilah," ujarnya seraya mengulurkan sebuah box berisi ponsel terbaru.Mata gadis kecil itu kini tampak berbinar senang saat menerima sebuah kotak berisi handphone. Putri mendongakkan kepalanya dan menatap lekat sosok Handi."Tapi ini 'kan mahal, Om?"Putri sangat yakin kalau harga sebuah ponsel tidaklah murah karena Siti bahkan harus menghemat banyak uang agar bisa menabung untuk membelinya.Handi menggelengkan kepalanya perlahan sambil mengusap pelan puncak kepala gadis kecil di hadapannya dengan lembut."Nggak apa-apa, Put. Lagipula Om biasanya memang membelikan ponsel pada para pegawai yang membutuhkannya," kilahnya.Perkataan Handi barusan han
Read more
Bab 30
Bab 30Adi tampak bersiul beberapa kali sebelum dia masuk ke dalam rumahnya. Bu Retno yang tengah menonton TV tampak menoleh dengan kening yang berkerut karena merasa penasaran saat melihat putranya datang sambil berdendang riang."Kelihatannya kamu lagi senang, ya? Ada apa?" tanyanya penasaran.Adi terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan ibunya. Pria itu memang tengah merasa senang karena sebentar lagi akan meraup banyak uang.Adi lantas duduk di sofa dan meraih cemilan yang berada di atas meja. Namun pria itu hampir lupa tak menjawab pertanyaan sang Ibunda tercinta.Bu Retno tampak memasang wajah kesal karena merasa diabaikan oleh putranya. Apalagi wanita paruh baya itu sejak tadi berada di rumah dan menghindari beberapa teman sosialita yang mengajaknya untuk pergi keluar.Bukan tanpa alasan, Bu Retno memang sengaja melakukannya karena dia memegang uang. Wanita paruh baya itu sangat yakin kalau image-nya akan dipandang buruk jika ketahuan tak memiliki uang."Kenapa diam saja, Di? I
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status