All Chapters of Aku Bukan Satu-Satunya: Chapter 41 - Chapter 50
87 Chapters
Pertemuan yang Kebetulan
Hari-hari Amira menjadi tidak karuan, suasana hatinya selalu buruk baik dipagi hari ataupun malam hari. Baru saja dia dipanggil oleh ketua tim divisinya, pekerjaan Amira jadi berantakan dan tidak sesuai dengan intruksi. Banyak yang Amira pikirkan, tentu saja tentang masalah keluarganya.Untung saja Amira hanya diberi sanksi kerja lembur dan menyelesaikan semua bagiannya, ketua timnya masih berbaik hati untuk tidak mengeluarkan surat scors untuk Amira. Setelah keluar dari ruangan ketua tim, wajah Amira memerah. Dia merasa sangat bersalah untuk divisinya, karena dirinya proyek yang akan dikerjakan hampir saja gagal.Luna menghampiri Amira yang baru saja keluar dari ruangan ketua tim, dia mengelus pundak Amira dan merasa iba terhadap sahabatnya itu. Rekan-rekannya yang lain pun turut sedih, meskipun awalnya mereka merasa kesal kepada Amira karena tidak bisa bersikap profesional.“Jadikan sebagai pelajaran, Mir. Meskipun banyak masalah yang kamu hadapi, jangan diulangi lagi,” kata Samuel,
Read more
Bram Menepati Janji
Bram mendesah panjang, berulang kali Amira hanya mengaduk-aduk sotonya. Bram sampai gemas karena Amira tak kunjung menyuapkan satu sendok ke dalam mulutnya. Bram menaruh sendok dan garpunya sedikit kencang, Amira sampai mendongakkan kepala lalu melihat Bram.“Ada apa?” tanya Amira dengan polosnya.“Sini aku suapin,” sahut Bram kontan menarik mangkok soto milik Amira. Amira terkejut dengan perlakuan Bram yang tiba-tiba. Amira menarik kembali mangkok sotonya.“Maksud kamu apa?”Bram mendesah panjang, sepertinya Amira perlu disuntik cairan kewarasan, “Sejak tadi kamu hanya mengaduk-aduk soto itu tanpa berniat mau memakannya.”Justru Amira tertawa lepas, ternyata alasan itu yang membuat Bram terlihat sangat khawatir padanya. Bram memutar bola matanya malas, dia sangat kesal karena Amira menganggap kekhawatirannya ini hanya lelucon.“Iya iya, ini aku makan,” kata Amira lalu menyuapkan soto ke dalam mulutnya. Bram bisa bernapas lega jika Amira mau menghabiskan makanannya ini. Amira tampak p
Read more
Pulanglah, Nak!
Kedua orang tua Amira telah siap menyambut sang putri yang baru saja turun dari mobil. Namun, mereka terkejut karena pria yang bersama dan mengantar Amira bukanlah Alan. Ayah dan ibu Amira menyimpan banyak pertanyaan untuk putrinya tersebut. “Bram, aku sangat berterima kasih padamu,” ungkap Amira dengan tulus. Jika bukan karena Bram, dia tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa. “Sstt, jangan berkata seperti itu. Kamu seperti tidak tahu siapa aku,” jawab Bram sekaligus menyunggingkan sneyumnya. “Aku pulang dulu, ya. Titip salam untuk kedua orang tuamu, sepertinya mereka penasaran mengapa kamu bisa bersamaku malam ini.” Bram melambaikan tangan, setelahnya dia masuk ke dalam mobil. Setelah kepergian Bram, Amira menghampiri kedua orang tuanya, tak lupa dia menyalami tangan ayah dan ibunya. Amira memeluk erat tubuh sang ibu, dia menumpahkan tangisnya dalam pelukan hangat dan tulus yang selalu ibunya berikan. Mendengar suara isakan Amira, Mina sang ibu turut meneteskan air mat
Read more
Menolak Perjanjian
Semalaman Alan tidak bisa tidur, setiap hendak memejamkan kedua matanya dia selalu teringat akan Amira. Amira semakin jauh darinya, sudah dua hari dia tidak pulang ke rumah, ponselnya pun selalu tidak aktif. Alan mengira bahwa nomornya telah diblokir.Alan berusaha untuk mengunjungi kantor tempat Amira bekerja, tetapi dia tidak pernah menemukan istrinya itu keluar dari gedung kantornya. Bahkan untuk bertemu dengan Luna saja dia sangat kesulitan. Alan sangat frustasi, entah ke mana lagi dia harus meminta bantuan.“Bram?” celetuk Alan teringat oleh seseorang yang mungkin tahu keberadaan Amira. Namun, tidak mungkin Alan bertanya kepada Bram. Terakhir kali mereka berdua bertemu, antara Alan dan Bram terjadi pertengkaran kecil. Bertanya kepada Bram adalah kesalahan besar.“Ke mana lagi aku harus bertanya?” lirih Alan juga mengacak rambutnya asal.Alan mendudukkan dirinya di ujung ranjang, dia menggengam ponsel di tangan kanannya. Alan memejamkan mata, berharap bahwa sang istri menghubungin
Read more
Jangan Datang ke Rumah Ini
“Amira, kapan kamu sampai?” tanya Alan panik, bahkan suaranya sedikit bergetar.Amira memandangi Alan dan Kayla secara bergantian. Adanya wanita itu membuat Amira enggan untuk memasuki rumah ini. Amira balik badan, awalnya dia berniat untuk kembali dan beristirahat di rumah yang telah ia tinggal beberapa hari, tetapi adanya Kayla membuat Amira tidak sudi menginjakkan kakinya di rumah ini.Prasangka Amira mulai buruk, dia mengira mungkin Kayla telah menetap di rumah ini bersama Alan saat dirinya tidak ada di rumah. Bisa jadi pula bahwa ibu mertuanya yang menyuruh Kayla untuk tinggal bersama Alan. Jika seperti itu kehadiran Amira benar-benar tidak dibutuhkan lagi.Amira lebih baik pergi, dia memantapkan hatinya untuk meninggalkan rumah milik Alan ini. Ya, karena rumah ini milik Alan, jadi tidak ada hak untuk tinggal di tempat ini apalagi memilikinya. Sebelah tangan Amira dicekal oleh Alan, pria itu tidak membiarkan Amira untuk pergi.“Mas bisa jelaskan,” kata Alan berusaha membuat Amira
Read more
Menemui Kedua Orang Tuanya
Setelah kepergian Kayla, Amira tetap mengabaikan Alan. Bahkan beberapa kali suaminya itu memanggil namanya, Amira tetap diam seolah-olah Alan tidak ada di sampingnya. Amira tidak peduli bagaimana cara Alan bisa membuat Kayla pergi dari rumah ini, yang ia kesalkan karena Kayla dengan berani datang dan Alan membawanya masuk ke dalam rumah.Alan sampai bingung harus dengan cara apa lagi agar Amira tidak marah padanya. Seharusnya Alan membuat sang istri bahagia setelah kembali ke rumah, tetapi dia membuat Amira sangat marah malam ini. Alan tidak bisa berpikir jernih, hidupnya saat ini dipenuhi dengan rasa takut.“Amira, maafkan Mas.” Alan terus membujuk Amira agar menghentikan aktifitasnya yang saat ini sedang memasukkan beberapa barang-barangnya ke dalam koper. Padahal Alan tadinya berpikir bahwa setelah kepergian Kayla, Amira akan tetap tinggal bersamanya.“Kalau kamu berani membawa masuk dia ke rumah ini, itu tandanya kamu memberi peluang dia masuk ke dalam rumah tangga kita.” Amira be
Read more
Tidak Ada Artinya Lagi
"Itu semua sudah cukup, Mas."Amira menatap Alan di tengah-tengah kesadarannya hanya lima persen. Amira menengok jam di dinding yang saat ini menunjukkan pukul satu malam. Namun, Amira masih belum bisa memejamkan kedua matanya, lalu mengarungi alam mimpi. Alan sangat keras kepala, tidak hanya itu, suami Amira ini sejak tadi sibuk memasukkan barang-barang milik Amira ke dalam koper. Padahal cukup satu koper saja untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan Amira saat tinggal dengan kedua orang tuanya. Alan tidak ingin Amira merasa kekurangan saat jauh darinya. Dia mempersiapkan semua barang yang menurutnya penting. Juga... Alan ingin citranya terlihat baik di depan mertuanya dengan memenuhi segala kebutuhan Amira. "Mas Alan benar-benar ingin aku minggat dari rumah ini, ya?" Emosi Amira mulai tersulut, perbuatan sang suami ini seakan-akan hendak mengirim Amira jauh dan tidak diperkenankan untuk kembali lagi. Kedua tangan Alan kontan terhenti dan dia menjauh dari koper Amira. Ala
Read more
Antara Aku atau Dia
"Sekarang, apa keputusan Mas Alan? Pilih aku atau Kayla?"Seperti disambar petir yang mengenai seluruh tubuh Alan, detik itu juga seluruh tubuhnya gemetar hebat. Alan tidak menyukai keberadaannya yang berada pada titik terumit. Alan menghela napas panjang, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Amira. Bibirnya terasa berat dan lidahnya terasa kelu hanya sekedar mengatakan sepatah dua patah terhadap Amira.Amira mengepalkan kedua tangannya saat melihat Alan tidak merespon pertanyaan barusan. Alan terlalu lama berpikir, bahkan saat ini dia tidak sanggup menatap langsung manik mata Amira. Amira teramat jengah, dia pergi begitu saja meninggalkan Alan di rumah ini sendirian."Amira." Alan memanggil nama sang istri, tetapi membiarkannya pergi hingga menghilang di balik pintu.Alan pun dilema, dia tidak bisa memilih salah satu diantara dua wanita yang saat ini telah menjadi istrinya. Alan sangat mencintai Amira, dia tidak akan pernah meninggalkan Amira. Begitu pun dengan Kayla, dia juga tidak bi
Read more
Berada di Posisi Sulit
"Sekarang, apa keputusan Mas Alan? Pilih aku atau Kayla?" Seperti sambaran petir yang mengenai seluruh tubuh Alan, detik itu juga seluruh tubuhnya gemetar hebat. Alan tidak menyukai keberadaannya yang berada pada titik terumit. Alan menghela napas panjang, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Amira. Bibirnya terasa berat dan lidahnya terasa kelu hanya sekedar mengatakan sepatah dua patah terhadap Amira. Amira mengepalkan kedua tangannya saat melihat Alan tidak merespon pertanyaan barusan. Alan terlalu lama berpikir, bahkan saat ini dia tidak sanggup menatap langsung manik mata Amira. Amira teramat jengah, dia pergi begitu saja meninggalkan Alan di rumah ini sendirian. "Amira." Alan memanggil nama sang istri, tetapi membiarkannya pergi hingga menghilang di balik pintu. Alan pun dilema, dia tidak bisa memilih salah satu diantara dua wanita yang saat ini telah menjadi istrinya. Alan sangat mencintai Amira, dia tidak akan pernah meninggalkan Amira. Begitu pun dengan Kayla, dia juga tidak
Read more
Aku atau Kamu yang Pergi?
“Ayo masuk, Nak!” ajak Mina, ibu Amira yang juga ibu mertua Alan.Alan dan Amira mematung di tempatnya berdiri, tepatnya di depan pintu masuk yang kini berdiri kedua orang tua Amira menyambut mereka berdua. Amira mengerutkan dahi, dia tidak salah dengar dengan apa yang diucapkan sang ibu.Ibunya berkata dengan lembut, tidak ada emosi bahkan kekecewaan di wajahnya seperti beberapa hari lalu saat Amira memberi kabar tentang perselingkuhan Alan. Ayah Amira pun tersenyum lebar, bahkan sebelumnya memeluk tubuh Alan seolah-olah seorang ayah yang lama tidak berjumpa dengan anak laki-lakinya.“Loh, tunggu apa lagi? Ayo masuk ke dalam.” Kini Arif merangkul bahu Alan dan menggiring menantunya itu masuk ke dalam rumah.Amira tidak salah dengar, bahkan dia seperti sedang bermimpi. Sikap kedua orang tuanya sangat berbeda, padahal beberapa hari lalu mereka mengatakan bahwa mereka sangat kecewa terhadap Alan. Namun, sekarang ayah dan ibunya itu menerima Alan dengan sangat baik tidak seperti apa yang
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status