All Chapters of Istri Seksi Tetangga Sebelah: Chapter 81 - Chapter 90
133 Chapters
81. Deg-degan
"Oke, saya bantu kamu cari kunci! Tapi tidak lama-lama, Sya." Syamil bernapas lega. Ia mengangguk semangat begitu Didin setuju untuk membantunya. Dua pria beda usia itu pun sibuk mencari kunci rumah hingga satu jam lamanya. Semua tempat dibongkar, tetapi mereka tidak menemukan benda itu. Syamil semakin panik karena sudah sangat malam dan tidak mungkin jam dua belas lewat dia pergi ke rumah Hani. "Gak ada, Sya," ujar Didin menggeleng pasrah. "Iya, Bang, entah di mana kunci rumah. Biasanya juga nyangkut di lubang kunci." Syamil mendesah kecewa, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan tidak mungkin juga ia membuat keributan dengan mendobrak pintu rumah. "Tidurlah, besok kamu pasti akan sangat lelah. Besok, saat kamu solat subuh, kamu bisa pergi ke rumah Hani." Didin berjalan masuk ke kamar untuk melanjutkan tidurnya. Syamil pun melakukan hal yang sama ia masuk ke kamar dengan perasaan amat gamang. Padahal hanya lima langkah, tetapi ia tidak bisa menemui Hani. Kenapa h
Read more
82. Pernikahan
Syamil bagaikan tengah melihat setan, begitu Hani mengantar Zahra semakin dekat dengannya. Jantungnya saja berdetak lebih cepat dari laju kereta api. Jika saja ia belum sarapan, pasti saat ini ia pingsan. "Bang." Zahra menegur Syamil yang fokusnya bukan pada dirinya yang ada persis di depan matanya, melainkan sorot bola mata itu mengarah ke belakang tubuh istrinya. Syamil tersentak. Kemudian ia mengucap istighfar dalam hati sebanyak-banyaknya. Dengan malu-malu, Zahra mengulurkan tangannya untuk suaminya. Syamil menyambut tangan itu dengan gematar. Bukan karena sekarang statusnya berubah, tetapi karena ada Hani dalam acara pernikahannya. "Silakan, pengantin pria membawa pengantin wanita kembali duduk di kursi akad untuk menandatangani dokumen pernikahan," ujar MC yang memimpin acara pernikahan yang Zahra percayakan pada EO. Zahra menggandeng lengan suaminya saat mereka berjalan menuju kursi pengantin. "Mas Syamil, benar ini pengantinnya?" tanya penghulu setengah baya itu menggoda S
Read more
83. Takdir
Acara sesi foto paling menegangkan dalam hidup Hani, akhirnya berakhir juga. Semua para bridesmaid dan bridesman berbaris antre mengucapkan selamat pada Syamil dan juga Zahra. Hani memilih berbaris paling belakang, agar ia bisa mengatur detak jantung dan stok oksigen yang ia rasa saat ini begitu kurang banyak. "Selamat ya," kata itulah bisa ia ucapkan pada Syamil. "Terima kasih, Mbak. Akhirnya saya ketemu Mbak juga. Semoga Mbak juga bisa bahagia ya." Syamil menyadari saat ini ia adalah suami orang dan tidak boleh main hati. Apalagi Hani sudah bersama dengan kakaknya Zahra. Hani hanya menanggapinya hanya dengan anggukan. Begitu canggung karena ia pun sebenarnya tidak menyangka harus bertemu Syamil disaat memang sudah tidak ada celah lagi untuk mereka bisa dekat. "Selamat, Zahra. Semoga bahagia ya, Sayang." Sekali lagi Hani memeluk Zahra dengan tulus. Suami istri yang ia sayangi karena kebaikan mereka. "Terima kasih, Hani." Zahra menjawab dengan kalimat sama tulusnya. Hani pun turu
Read more
84. Malam Pengantin yang Menegangkan
Setengah jam sebelum pengantin meninggalkan gedung acara. "Cari siapa, Mas?" tanya Zahra yang duduk di lingkaran meja VIP untuk menyantap makan siangnya sebelum mereka pulang. Tersisa keluarga inti, para bridesmaid yang juga sedang makan, dan juga beberapa tamu yang terlambat datang, tetapi untungnya hidangan masih ada, sehingga semua orang masih dapat menikmati makan siang walau tidak bisa terlalu santai. "Mas gak lihat Hani." Raka celingak-celinguk mencari sosok Hani di lingkaran meja khusus bridesmaid yang sedang makan. "Iya, Mas, selesai foto saya juga gak lihat lagi. Mungkin Hani pulang duluan. Ada pesenan online mungkin." Raka mengangguk paham. Syamil yang sedang makan di samping Zahra hanya mendengarkan saja percakapan kakak dan adik itu. "Ya sudah, kalian lanjutkan makan, habis acara kamu, Mas mungkin mau main ke rumah Hani." Raka bangun dari duduknya. Syamil menoleh pada Raka, menatap pria yang usianya lebih dewasa darinya itu, yang saat ini tengah dekat dengan Hani. Tam
Read more
85. Jadi, Mau Kamu Apa?
Zahra sudah kembali memakai bajunya. Begitu juga Syamil yang bahkan memutuskan untuk mandi hadas besar, meskipun urusannya belum selesai. Begitu Syamil keluar dari kamar mandi, Zahra sudah berhenti menangis, tetapi sisa sesegukannya masih ada. "Mandilah, kita bicara lagi nanti!" Pinta Syamil. Zahra turun dari tempat tidur perlahan. Wanita itu memejamkan mata, saat menahan pedih karena sisa percintaannya dengan suaminya tadi. Syamil melihat Zahra yang kepayahan, memutuskan untuk membantunya ke kamar mandi. "Maafkan saya," kata Zahra lagi sebelum menutup pintu kamar mandi. Syamil mengambil air di dalam gelas yang sudah sengaja ia siapkan untuk pertempuran bersama Zahra. Ada juga aneka kue yang memang dipisahkan sedikit oleh ummi-nya saat resepsi tadi. Semua amunisi untuk berjuang sudah lengkap, tetapi ia harus putar balik karena lawannya mengangkat bendera putih. Syamil tersenyum miris. Ia menoleh ke atas ranjang, ada bekas noda merah pekat di seprei. Itu tandanya ia berhasil memeraw
Read more
86. Sikap Zahra
Mendengar suara Syamil yang sedikit tinggi, membuat nyali Zahra menciut. Wanita itu menunduk takut, sedangkan Syamil berjalan mondar-mandir di dalam kamar, merasa bingung akan situasi rumah tangga yang masih dalam hitungan hari, tetapi sudah seperti benang kusut. "Astaghfirullah, Zahra. Sudah, sekarang kamu keluar, kita sarapan atau kamu mau ngapain sama ummi atau Teh Laila terserah deh." Syamil keluar dari kamarnya sambil membawa ponsel Zahra. "Bang, ponsel saya! Kembalikan ponsel saya!" Teriak Zahra, hingga membuat Syamil kembali menarik napas dalam, lalu mengebuskannya pelan. Teriakan Zahra pasti mengundang tanya anggota keluarganya di bawah sana yang sudah pada bangun semua. "Zahra, suara kamu bisa lebih pelan? Di rumah ini tidak ada yang berteriak dan di rumah ini sedang banyak orang, Zah. Jangan bikin semua keluarga saya curiga dengan apa yang terjadi pada kita. Saya mohon!" Mengalah adalah hal yang harus ia lakukan demi kebaikan kesehatan ummi dan juga menjaga nama baik aba
Read more
87. Pagi yang Ribut
"Ini HP kamu!" Syamil memberikan ponsel Zahra kembali. Lalu ia menuangkan semua pakaian yang sudah ada di koper, ke dalam lemari. "Semua sudah menunggu kamu di bawah, jangan bikin saya malu! Saya cuma minta satu hal, jangan bikin saya malu!" Syamil menarik tangan Zahra untuk segera bangun. Ia mengambilkan kerudung, lalu ia berikan pada Zahra. "Pakailah, kita turun berdua!" Syamil merendahkan suaranya. Zahra merasa sangat beruntung karena Syamil orang yang sangat sabar. Ia merajuk sedikit saja, suaminya langsung takut. Bukankah ini sangat menguntungkannya? Batin Zahra senang. Sebelum turun, Zahra menyemprotkan parfum di sekitar jilbabnya. Lalu ia menghampiri Syamil yang sudah menunggunya di depan pintu kamar. Syamil dan Zahra pun turun sambil bergandengan tangan. Syamil memperlihatkan wajah semringah, begitu juga Zahra, padahal semua hanya kepura-puraan. Bu Umi tersenyum melihat anak menantunya turun. Sekali lagi Bu Umi memuji menantunya di dalam hati karena wajah dan juga sikapnya
Read more
88. Ipar Aneh
Selesai sarapan, Zahra kembali ke kamarnya. Ia tidak mau bergabung bersama keluarga Syamil karena ja menilai seluruh keluarga suaminya nyinyir. Apapun yang ia katakan, pasti saja salah dan diprotes. Pantas saja sejak awal ia keberatan setelah resepsi pulang ke rumah Syamil karena ternyata hal ini yang ia dapatkan. Ponselnya berdering. Kali ini nama mamanya yang ada di layar. "Halo, assalamu'alaikum, pengantin lagi apa?" "Wa'alaykumussalam, Ma. Baru aja sarapan, tapi.... ""Tapi apa, Nak?""Tapi gak selera. Masakannya asin, Ma.""Begitu kalau masih baru, Sayang. Nanti juga terbiasa. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Baik-baik gimana kalau gak selera makan? Mama masak apa di rumah? Kirim ke sini deh, Ma, biar nanti Zahra yang bayar ojeknya."Suara tawa renyah Bu Tia terdengar di seberang telepon sana. "Mama masak ikan pesmol sama sambal. Kesukaan kamu dan Raka.""Mau, Ma, anterin ke sini deh. Minta Mas Raka aja yang antar juga gak papa. Mas Raka masuk ya, Ma?""Masuk, pulang sore. Gak
Read more
89. Ada Janda Lagi Jemur Cucian!
"Mi, sini dulu! Duduk sebentar!" Laila menarik tangan ummi-nya untuk duduk di kursi yang tadi ia duduki. Laila menggenggam tangan ibunya yang mendadak dingin bagaikan terkena air es. "Mi, Ummi gak boleh panik, ga baik untuk kesehatan Ummi. Zahra masih muda kan. Masih labil pikirannya karena emang mereka itu pasangan muda. "Lebih tua dari Syamil satu tahun," potong Bu Umi cepat. Laila menghela napas. "Iya, tapi tetap saja Zahra masih berusia muda. Apalagi baru selesai menikah, langsung diajak ke rumah mertua, jadi canggung dan gak nyaman.""Apa bedanya nginap sekarang sama nginap seminggu lagi? Sama saja kan? Nanti juga ke rumahnya lagi. Begitu bukan?" Laila menerima gelas dari Didin yang berisi air hangat untuk diberikan pada Bu Umi. "Mi, mungkin Zahra masih kaget. Jadi kayak ngambek gitu. Lagian ke Turkinya masih bulan depan kan? Masih lama juga. Empat puluh lima hari lagi karena Syamil harus mengurus pengajuan data Zahra sebagai istri. Untuk pasport dan lain-lain. Anggap saja pe
Read more
90. Meminta Haknya
Syamil dan Fadli bubar. Syamil berjalan cepat masuk ke pesantren, tetapi ia belum benar-benar masuk sebelum ia memastikan bahwa kurir paket sudah beneran pergi dari rumah Hani. Saat motor kurir melewati pagar pesantren, saat itulah Syamil ikut berbalik dan berjalan masuk ke rumah."Kamu dari mana saja, Sya? Pengantin baru jangan keluyuran melulu. Enakan kelonan sama istri," tegur Bu Umi saat melihat putranya masuk dengan tubuh berpeluh."Iya, Mi, ini juga mau naik, gerah banget." Syamil sengaja tidak mau berlama-lama di dekat ummi-ya karena khawatir akan banyak pertanyaan beliau nanti tentang istrinya. Syamil membuka pintu kamar. Ia mendapati Zahra sedang tidur sambil memegang ponselnya. Syamil hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala. Pemuda itu membuka baju kausnya yang basah keringat. Ia mengibas-ngibaskan bajunya agar keringatnya cepat kering. AC di kamar memang cukup dingin, tetapi belum mampu menghilangkan rasa gerahnya. Mendengar suara kibasan kain, Zahra terbangun
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status