All Chapters of Istri Ketiga Mas Endara : Chapter 31 - Chapter 40
116 Chapters
Bab 31
“Aduh Dara, hati-hati dong nanti jatuh lagi,” kata Vega, saat membantu Dara turun dari brankar rumah sakit. Hari ini adalah hari kepulangan Dara ke rumah setelah dinyatakan kondisinya semakin membaik oleh dokter. Sekarang Vega sedang membantu Dara untuk turun dari kasur.“Iya Mbak,” ucap Dara, turun perlahan agar tidak membahayakan dirinya lagi. sikap Vega kali ini sangat berbeda Dara bisa merasakan perbedaan itu. Dara bahagia akhirnya Vega bisa menerima kehadirannya.“Sayang, terima kasih ya kamu sudah membantu Dara untuk turun dari brankar.” Endara menghampiri Vega mengecup kening wanita itu dengan penuh kasih sayang.“Sama-sama, Mas.” Bahagia sekali Vega akhirnya bisa kembali mendapatkan simpati Endara.“Mas tidak perlu khawatir, selama Mas bekerja nanti Dara akan aman bersamaku,” sambung Vega, dengan senyum di bibirnya untuk meyakinkan Endara tentang niat baiknya itu. Vega memang memutuskan untuk baik kepada Dara, tapi tidak akan pernah Vega biarkan Dara bahagia selama berada di t
Read more
Bab 32
Pagi-pagi sekali Dara sengaja berjalan kaki di depan rumah sambil menikmati udara segar dan hangatnya sinar matahari. Endara sendiri yang meminta Dara agar rajin-rajin berjemur di depan sambil berjalan kaki untuk mendapatkan vitamin dari matahari yang. Saat Dara sedang berada di depan, ke dua matanya tidak sengaja melihat sosok laki-laki berkulit hitam manis sedang sibuk menyiram tanaman di rumah sebelah. Parasnya manis, dengan kulit sawo matang membuat lelaki itu terlihat seperti lelaki pekerja keras. Sejak tadi Dara tidak berhenti memandangi lelaki itu sampai pada akhirnya pandangan mata mereka berdua bertemu dan membuat Dara salah tingkah. Karena tidak mau terlihat salah tingkah di depan lelaki itu, Dara pun langsung masuk ke dalam rumah. “Sudah selesai berjemurnya?” Suara Endara mengejutkan Dara sampai wanita itu menghentikan langkahnya dengan napas terengah seperti orang baru saja selesai berlari. Napas Dara yang naik turun dengan cepat menyita perhatian Endara membuat lelaki it
Read more
Bab 33
“Loh Mas, Mbak Vega sama Mbak Afifa kok perginya mendadak sih?” tanya Dara, karena pagi ini ia melihat Vega dan Afifa akan berangkat untuk liburan ke luar negeri.“Iya, baru kemarin Vega minta izin sama saya untuk pergi liburan,” kata Endara.“Kenapa mendadak banget seperti ini Mas?” Dara masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. di pikiran Dara sudah berkecamuk hal-hal yang buruk. Dara berpikir dirinya lah yang sudah membuat Vega dan Afifa memutuskan untuk pergi berlibur mendadak seperti ini.“Vega dan Afifa sudah lama tidak saya ajak jalan-jalan, jadi mereka berdua mempunyai inisiatif sendiri untuk pergi berlibur,” jelas Endara.Dara kembali bernapas lega, ternyata alasan Vega dan Afifa pergi berlibur mendadak seperti ini hanya karena ingin mencari udara segar saja. setidaknya Dara bisa lebih tenang sekarang.“Berarti kita di rumah hanya berdua dong, Mas?” tanya Dara, sambil menatap Endara yang sedang duduk di sampingnya.Setelah pagi buta tadi mengantar Vega dan Afifa ke
Read more
Bab 34
“Lepas Mas, sakit tau.”Endara menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk rumah miliknya. Lelaki itu menoleh ke belakang dan melayangkan tatapan tajam untuk Dara. Entah mengapa melihat senyum manis Dara yang ditunjukkan untuk lelaki lain membuat hati Endara terbakar.“Kenapa kamu tidak minta ke saya langsung, kepada harus lelaki itu yang mencarikan keinginan kamu?” tanya Endara, masih dengan tatapan mata yang tertutupi oleh kabut amarah. Setengah mati lelaki itu mencoba untuk menutupi rasa marahnya hanya untuk membuat Dara tetap merasa aman di dekatnya.“Dara juga tiba-tiba ngidamnya Mas, mau minta tolong sama Mas Endara, tapi Mas Endara lagi sibuk sama kerjaan,” kata Dara, tidak ingin disalahkan karena Dara merasa tidak salah. Menurutnya janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa diajak untuk bekerja sama, jadilah dirinya yang menjadi sasaran Endara.“Apa pernah saya menolak keinginan kamu demi pekerjaan?” tanya Endara.Dara diam beberapa saat, lalu menggeleng sebagai j
Read more
Bab 35
Keesokan paginya jam sembilan tepat.Dara baru saja keluar dari kamar dalam keadaan masih setengah sadar. Setelah shalat subuh, wanita itu kembali tidur setelah semalam penuh tidak bisa terlelap akibat tidak ada Endara di sampingnya. Beberapa hari ini Dara tidak akan bisa tidur juga tidak ada Endara di sampingnya, padahal dulu dirinya tidak semanja itu.Semua ruangan sudah terang itu tandanya Endara sudah bangun, tapi Dara cari di ruang kerja lelaki itu tidak ada di sana. Akhirnya Dara memutuskan untuk ke dapur mencari cemilan dan air dingin, tapi wanita itu dikejutkan dengan sosok laki-laki yang sedang memakai kaos dan celana pendek sedang berdiri membelakanginya.“Mas Endara masak?” tanya Dara, sambil menghampiri lelaki itu penuh rasa penasaran. Dara berdiri di samping Endara yang sedang sibuk memasak tumis kangkung sambil mencium aroma masakan yang sangat enak bahkan Dara langsung bisa menebak masakan Endara cukup enak untuk dimakan.“Iya, memangnya kenapa?” tanya Endara, dengan su
Read more
Bab 36
“Pelan-pelan makannya,” kata Dara, sambil memperhatikan cara makan bocah itu yang grasak grusuk akibat kelaparan.Setelah bujuk rayu yang Dara lakukan, akhirnya bocah laki-laki itu mau diajak makan. Entah sudah berapa jam lamanya bocah itu ada di sana, di sudut yang memang tidak semua orang bisa melihat. Untung saja mata Dara melihat bocah itu sedang berada di sana, jika tidak melihat entah bagaimana nasib bocah itu selanjutnya.“Kok kamu bisa sih pisah dari orang tua kamu?” tanya Endara, masih penasaran mengapa bocah itu bisa hilang dari pengawasan orang tua. Apakah orang tua tidak memperhatikan anaknya saat mereka berbelanja? Itu lah yang ada di dalam pikiran Endara. Saat nanti anaknya lahir, Endara tidak akan membiarkan anaknya berkeliaran dengan bebas di tempat umum, takut kejadian seperti ini akan menimpa anaknya di masa depan.“Riki tidak tahu, Om,” kata bocah itu yang bernama Riki.“Jadi, nama kamu Riki?” tanya Dara, dengan suara lembut. Sejak awal pertemuan mereka memang belum
Read more
Bab 37
“Sudah kan Mas belanja hari ini?” tanya Dara, kepada Endara yang sedang membawa troli yang terisi penuh dengan belanjaan mereka hari ini untuk beberapa hari ke depan. Padahal sejak tadi Dara sudah memberi peringatan agar Endara tidak mengambil semua yang terlihat di depan mata, tapi lelaki itu tidak mengindahkan ucapan Dara pada akhirnya untuk belanja mingguan hari ini cukup menguras kantong.“Sepertinya sudah,” kata Endara, sambil menatap trolinya yangs udah penuh. Raut wajah Endara seperti tidak yakin apakah barang belanjaannya hari ini sudah lengkap atau belum.“Mas, belanjaan untuk mingguan kali ini Dara rasa lebih dari cukup. Biasanya tidak sebanyak ini,” kata Dara.“Sudahlah, kamu diam saja. soalnya yang makan bukan Cuma kamu dan saya tapi anak saya yang ada di dalam perut kamu juga ikut makan,” kata Endara, lagi-lagi lelaki itu tidak mengindahkan ucapan Dara. Memang jika seseorang masih memiliki cukup uang untuk membeli sesuatu pasti tidak keberatan untuk membeli barang yang be
Read more
Bab 38
Tepat jam tujuh malam, Endara bertanya-tanya sebab sejak pulang dari supermarket siang tadi Dara tidak terlihat. Tanpa berpikir panjang lelaki itu langsung menuju kamar Dara untuk memeriksa apakah wanita itu ada di sana atau tidak. Pada saat Endara membuka pintu kamar Dara, tidak Endara sangka ternyata Dara sedang terlelap di bawah selimut tebal.“Ya ampun, kenapa dia masih tidur? Apakah tidak tahu hari sudah gelap?” gumam Endara, sambil melangkah masuk ke dalam kamar Dara. Endara tidak berani menyalakan lampu terang karena takut menganggu Dara yang sedang tidur.“Pasti Dara sangat kelelahan belanja tadi.” Endara kembali bergumam, kini lelaki itu duduk di tepian ranjang melihat Dara lebih dekat. Cahaya remang-remang yang menyoroti wajah Dara membuat gadis itu terlihat semakin manis. Kecil, mungil, tapi sering membuat Endara darah tinggi dan senam jantung akibat ulahnya.“Hey, bangun yuk, hari sudah petang dan kamu belum makan malam.” Endara mengguncang pelan bahu Dara agar wanita itu
Read more
Bab 39
Dara masuk ke dalam kamarnya untuk berbincang dengan orang tuanya. rasa bahagia menyelimuti hatinya karena sudah cukup lama Dara tidak berbicara kepada orang tuanya. Sebab, setelah menikah Dara tidak memiliki cukup waktu untuk berbicara kepada orang tua melalui telepon genggam.“Assalamualaikum, Ibu.” Dara menyapa wanita paruh baya di seberang sana dengan perasaan bahagia. Senyumnya sejak tadi tidak pernah luntur. Melihat raut wajah seorang wanita yang sudah melahirkannya ke dunia.“Waalaikumsalam, Nduk. Kok kamu jarang banget sih telepon Ibu sama Bapak?” seorang wanita paruh baya yang ada di seberang sana menitihkan air mata karena rindu kepada putrinya. Putri yang rela banting tulang untuk keluarga. Padahal seusia Dara masih senang bermain dengan teman-teman seusianya.“Maaf Bu, Dara belum ada waktu. Ini saja Dara pinjam ponselnya Mas Endara buat video call sama Ibu, soalnya Dara belum beli ponsel android,” jelas Dara, wanita itu juga ikut meneteskan air mata. Rasanya sesak sekali d
Read more
Bab 40
Pagi-pagi sekali Endara dan Dara sudah bersiap untuk berangkat. Semua perlengkapan dan keperluan selama di kampung sudah siap. Benar yang dikatakan Endara, Dara tidak perlu menyiapkan semuanya karena nanti akan disiapkan oleh orang suruhan Endara dan ternyata lelaki itu menepati janjinya.“Mas, barang-barang ini apa tidak terlalu banyak? Kita kan di sana hanya beberapa hari saja,” kata Dara, sambil menoleh ke jok belakang melihat barang bawaan mereka yang sangat banyak.“Saya rasa tidak. Untuk berjaga-jaga Dara, pasti di sana mau beli apa saja sedikit susah. Barang yang paling banyak itu barang kamu. Mulai dari cemilan, susu hamil, perlengkapan nanto tidur supaya kamu tidak digigit nyamuk dan lain sebagainya,” jelas Endara, menjelaskan satu per satu perlengkapan yang dibawa.“Mas Endara sampai segitunya memperhatikan Dara. Tidur Dara pun sudah diperhatikan,” batin Dara. Merasa bahagia karena mendapatkan perhatian khusus dari suaminya.“Heh, kok kamu melamun sih? Ada yang kurang ya?”S
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status