Semua Bab Menyerah: Bab 11 - Bab 20
60 Bab
Meeting Di Hotel
Sejak malam kedatangan Mbak Dita dan adiknya, sikap Mas Elman berubah 180°, tak lagi hangat dan mesra, seperti saat hubungan kami membaik. Bahkan dia sering pulang malam dalam keadaan capek, kalau sudah begitu, dia akan langsung tidur setelah mandi. Ritual sarapan pagi pun, dia lewatkan begitu saja. Alasannya, pekerjaan sudah menunggu. Sesibuk itukah suamiku? Aku dan Zila terpaksa berangkat ke day care berdua, naik motor matic yang kubeli sebelum menikah. Rasanya hubunganku dengan Mas Elman lebih buruk daripada awal menikah dulu. Kalau dulu masih ada Eyang, dia masih bersikap mesra, meski hanya pura-pura. Tapi sekarang? Ingin sekali aku menjadi detective dadakan, menyelidiki kegiatan suamiku bila sedang di luaran. Namun apa daya, aku harus bekerja, dan masih harus mengurus Zila. Untuk menyewa orang membuntuti suamiku, aku tak tahu harus menyuruh siapa. Aku belum lama tinggal di kota ini, tak banyak kenalan. Hanya Riyanti teman dekatku, tapi gadis itu pun sama denganku, dia pendatang
Baca selengkapnya
Mulai Beraksi
Atas ide Riyanti, aku meretas WA Mas Elman. Meski terlihat polos, ternyata gadis itu lihai juga urusan sadap menyadap HP. "Nih! Kamu sudah memantau komunikasi suamimu," ucap gadis yang usianya lebih muda tiga tahun dariku itu, sambil menyerahkan ponsel. "Makasih ya?" Aku menerima ponsel itu, sambil men scrol riwayat chat suamiku. Nggak ada yang aneh, semuanya normal. Percakapan pun membahas seputar pekerjaan. "Aman aja, Ri. Nggak ada yang aneh," gumamku. "Mungkin chat lama sudah dihapus, sementara belum ada chat baru yang masuk. Biasanya orang selingkuh itu lihai, pinter nyari celah. Mereka sudah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa membongkar kebejatan mereka." Aku mengangguk-angguk mendengar penjelasan Riyanti. Masa iya Mas Elman sudah se-ekspert itu? Perasaan dia orangnya kalem. Selama ini tidak ada gejala-gejala yang aneh, hanya sering pulang malam itu saja. "Kalau misalnya mereka pakai aplikasi lain gimana? Kan ada telegram, messenger, we chat, atau mungkin kak
Baca selengkapnya
Mengunduh Diri
Aku bisa saja melabrak mereka, menampar keduanya, melampiaskan semua amarah, melampiaskan kekecewaan atas penghianatan mereka. Tapi apa daya, nyatanya aku tak sanggup melihat mereka bersikap mesra, aku tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. Apakah mereka sekedar makan malam, atau berlanjut hingga ke ranjang. Kuputuskan untuk segera pulang, bagiku pertemuan ini sudah cukup membuktikan, bahwa selama ini Mas Elman membohongiku. Tak ada lagi kompromi, penghianatan tak bisa dimaafkan. Setengah mati aku berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untuk anaknya, tapi mendapat balasan yang sangat menyakitkan. Sepanjang jalan aku hanya bisa menangis, meski awalnya sudah menduga, tapi melihat kenyataannya ternyata sakit luar biasa. Kenapa Mas Elman tidak jujur saja, kalau masih mencintai Mbak Dita. Kenapa dia memintaku membuatnya jatuh cinta, kalau nyatanya hati dia masih milik Mbak Dita. Rasanya tidak akan sesakit ini, kalau aku tidak terlanjur jatuh cinta. Hal yang palin
Baca selengkapnya
Aku Tidak Akan Menceraikanmu
"Mas," ucapku ragu. "Mulai hari ini dan seterusnya, tolong kamu urus Zila. Aku mengundurkan diri jadi istrimu." Akhirnya kata-kata itu lolos dari bibirku. Rahang Mas Elman mengetat, matanya menatapku tajam. Jelas sekali terlihat dia tidak suka mendengar ucapanku.. "Maksudmu apa?" "Aku menyerah, Mas. Aku tidak sanggup lagi menjadi istrimu," ucapku pelan, bahkan nyaris tidak terdengar. Mas Elman menghembuskan nafas kasar, dia menatapku dalam-dalam. "Kenapa tiba-tiba? Pernikahan kita baik-baik saja. Aku merasa kita tidak ada masalah. Tolong jelaskan apa alasannya, apa ini ada hubungannya dengan pergimu semalam?" Aku mengangguk tanpa bersuara. "Memangnya kamu pergi kemana? Ketemu siapa?" cercanya."Jawabannya ada dikamu, Mas.""Maksudmu?""Kamu bisa jawab pertanyaanmu sendiri, Mas.""Nira, tolong jelaskan sejelas-jelasnya, nggak usah muter-muter. Kepalaku pusing, kamu pergi tanpa sepengetahuanku, dan tiba-tiba minta cerai. Kenapa aku yang harus menjelaskan." Nada suara Mas Elman terd
Baca selengkapnya
Percuma
"Aku mencintaimu""Aku nggak mau kehilangan kamu""Aku nggak sanggup hidup tanpamu""Aku mohon jangan pergi""Jangan tinggalkan kami"Entah berapa kali Mas Elman mengulang kata-kata itu sepanjang perjalanan kami, tapi aku memilih membisu. Untuk apa bersuara, kalau dia tetap pada pendiriannya. Menyimpan rapat rahasia, dengan alasan belum saatnya aku tahu. Bukankah dalam sebuah pernikahan harus landasi keterbukaan, kejujuran. Emang dia nggak tahu, komunikasi itu penting banget agar hubungan tetap langgeng? Kalau dia tetap teguh dengan pendiriannya, aku juga bisa. Usai berbalas pesan dengan kepala daycare, minta ijin tidak masuk, aku memasukkan ponsel ke dalam tas, lalu menoleh ke arah jendela. Bagiku pemandangan lebih menarik, daripada mendengar ocehan Mas Elman. Percuma dia keluarkan segala rayuan gombal, nggak mempan. Hatiku sudah terlanjur membatu. "Ra!" Mas Elman meraih jemariku dalam genggamannya, tapi buru-buru ku tarik. Malas aku bersentuhan dengan laki-laki pembohong seperti d
Baca selengkapnya
Ketemu Mantan
"Lho, Nak Elman nggak ikut nginep sekalian?" Suara Ibu bernada kecewa. Saat Mas Elman berpamitan. "Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, Bu. Lagipula saya dan Zila tidak bawa baju ganti, memang dari awal niatnya hanya ngantar Dek Nira saja." Mas Elman menolak permintaan Ibu. "Padahal sejak menikah, Nak Elman belum pernah nginep di sini lho." Setelah ijab kabul terucap, Mas Elman langsung memboyongku ke rumah Eyang tanpa menunggu malam. Waktu itu pernikahan kami digelar secara sederhana, hanya akad dan resepsi kecil-kecilan. "Ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggal, Bu.""Ya .... Sayang sekali, padahal sudah sampai sini, kenapa nggak nginep sekalian?" Ibu menatap kecewa Mas Elman. "Maaf, Bu. Saya terlanjur membuat janji. Insya Allah saya akan menginap di sini, kalau ada waktu longgar." Elak Mas Elman. Aku jadi mikir, apa dia janjian sama Mbak Dita? Menang banyak dong, Mas Elman. Aku nggak di rumah, dia bisa bebas ketemuan sama mantan pacarnya itu. Eh, ngapain aku mikirin mer
Baca selengkapnya
Ini Belum Seberapa (Pov Elman)
Pov Elman"El!" Baru saja aku turun dari mobil, hendak membuka pintu pagar, Dita datang berjalan ke arahku. "Kamu kemana aja seharian? Ponselmu mati, aku cari di kantor nggak ada. Aku khawatir banget tahu, nggak?" Wajah Dita nampak khawatir. "Aku ngantar Nira pulang tadi. Ada apa?" jawabku datar. Harusnya aku senang, mendapat perhatian dari wanita secantik Dita, tapi sayangnya hatiku terlanjur membencinya. Sebenernya bukan dia yang aku benci, melainkan ayahnya. Tapi sikapnya yang terus mengejarku, membuatku tidak nyaman. Benar-benar wanita nggak punya hati, berusaha merebut laki-laki yang sudah menjadi milik wanita lain. "Ck, cuek banget sih, jadi orang! Aku bingung tahu! Kamu nggak bisa dihubungi, orang kantor juga nggak tahu kamu kemana? Kan aku jadi panik! Takut kamu kenapa-napa! Ngabarin apa susahnya sih!" Dita bersungut-sungut dengan bibir mengerucut. Kalau ini terjadi lima tahun yang lalu, pasti aku sudah mengacak rambutnya, karena gemas. Tapi itu dulu, saat di hatiku dipe
Baca selengkapnya
Dita Menghilang (Pov Elman 2)
Pov Elman"Pak Elman, di depan ada Pak Susilo mau ketemu," ucap Edwin, sekretarisku. "Suruh langsung masuk aja!" Edwin membungkuk sopan lalu meninggalkan ruanganku. Tak lama kemudian orang yang dimaksud Edwin tersebut datang. "Pak Elman apa kabar?" Pak Susilo menyapa ramah seraya mengulurkan tangan padaku. "Baik Pak, Alhamdulillah .... baik," jawabku seraya menyambut uluran tangan Pak Susilo."Gimana-gimana ada kabar baik apa ini, sampai-sampai Pak Elman Branch manager PT. Sedayu ini menghubungi saya?" Wajah Pak Susilo nampak semringah, sejak tadi senyum tak pernah pudar dari wajahnya. Tentu saja dia senang bukan main, perusahaan tempatku bekerja melelang tender besar. Ada beberapa perusahaan yang menjadi pesertanya. Diantaranya perusahaan milik Pak Susilo, PT HD group milik Hardiono orang tua Dita dan beberapa perusahaan rekanan lainnya. Beberapa kali perusahaan milik Pak Susilo ini ikut tender, tapi kalah terus karena dianggap tidak memenuhi kualifikasi, aku tahu karena aku sal
Baca selengkapnya
Cemburu
"Siapa dia?" Mas Elman bertanya dengan nada dingin, tak lupa tatapan tajamnya yang terus mengarah pada dr. Bagus yang berjalan menjauh. "dr. Bagus, kenapa?" jawabku malas. "Dia dokter? Kok bisa-bisanya sok akrab sama kamu?" cercanya. Dari bicaranya, ada nada tidak suka. Dia cemburu, kah? Kalau bukan di rumah sakit sudah aku maki-maki dia, bisa-bisanya cemburu pada dr. Bagus. Kami hanya berbincang biasa, tak ada sentuhan fisik, bagian mananya yang membuat Mas Elman cemburu? Bagaimana kalau aku bergelendot manja pada dr. Bagus, seperti Mbak Dita padanya? "Tadinya aku memeriksakan Bapak ke klinik dr. Bagus, tahu kan kliniknya yang dekat jalan raya itu?" Mas Elman mengangguk. "Setelah diperiksa, gejalanya merujuk ke DB. Lalu tes darah di laborat, ternyata trombositnya rendah banget. Karena di klinik itu nggak punya fasilitas rawat inap, maka dirujuk ke rumah sakit ini," ucapku menjelaskan kronologinya. "Tapi nggak dia nggak perlu ikut juga, kan?" protesnya tidak suka, sementara aku m
Baca selengkapnya
Sebuah Pengakuan
"Ra, ada hal yang penting yang ingin aku sampaikan." Ditengah acara makan kami, tiba-tiba Mas Elman bicara. "Tentang?""Aku dan Dita." Kembali aku menatap dalam-dalam netra Mas Elman. Entah mengapa tiba-tiba jantungku deg-degan begini? Jangan-jangan dia mau mengakui perselingkuhannya. "Sebaiknya jangan bicara di sini, Mas. Takut Bapak denger," ucapku sambil menyuap siomay ke mulut. "Iya, aku tahu."Kembali hening, kami fokus pada makanan masing-masing, hingga dua sosok tercinta muncul di depan pintu. Memecah kebisuan diantara kami berdua. "Ibu, Mas Agus?" Kompak kami menyapa kakak dan ibuku. Mas Elman buru-buru menghampiri mereka, mencium takzim punggung tangan Ibu, dan setelahnya menyalami Mas Agus. "Katanya di luar kota, Mas?" tanya Mas Elman basa-basi. "Iya, tadi baru sampai, langsung ditodong Ibu suruh nganterin. Katanya khawatir banget sama Bapak. Tau tuh, udah sepuh masih bucin aja," seloroh Mas Agus, yang langsung mendapat hadiah cubitan di pantat dari Ibu. "Bucin piye?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status