All Chapters of ISTRI TUKANG CILOK: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
21
Dua orang laki-laki berkemeja rapi telah berdiri di ambang pintu. Aku heran sekaligus takut, ada apa gerangan."Iya benar. Mari silahkan duduk," jawabku."Ada apa ya mas? Apakah suami saya punya hutang semasa hidup nya? Kalau iya, saya minta waktu mas. Beliau baru saja meninggal," ucapku lirih.Kedua orang itu hanya tertawa kecil."Ibu, sebelumnya saya turut berduka cita yang begitu mendalam atas meninggalnya Bapak Agha. Kami berdua adalah petugas asuransi."Aku mengernyitkan dahi. Asuransi? Rasa-rasanya Bang Agha tidak pernah berbicara tentang Asuransi kepadaku."Asuransi? Suami saya tidak pernah mendaftarkan diri pak.""Loh ibu itu bagaimana ? Apa tidak tau kalau suaminya ikut program asuransi?"Aku menggeleng pelan. Apa Bang Agha memang sudah memiliki firasat?"Lalu bagaimana ya pak?" "Kami disini ingin meminta sejumlah persyaratan untuk klaim asuransi tersebut bu."Masih dimbang percaya. Penghasilan dari berjualan cilok tidak seberapa. Tetapi sang suami ternyata menyiapkan asuran
Read more
22
Mata ibu berkaca-kaca melihat kedatanganku.Apa mungkin mereka menyadari kesalahan mereka padaku lalu meminta maaf?Aku mempersilahkan mereka masuk terlebih dahulu."Maaf bu, kak. Adanya kayak gini. Ruko nya kecil,"Mbak Yanti dan Mbak Devi mengedarkan pandang, tampak juga sesekali ku lirik mereka memasang mimik muka yang tidak suka. "Airin, to the point saja, kami juga tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Kedatangan kami disini ingin kamu mencabut laporan atas bapak."Aku melongo mendengarnya. Ku kira mereka akan meminta maaf. Nyatanya kata maaf itu mahal harganya."Tidak usah berlagak bodoh. Kami ingin bapak bebas. Apa kamu tidak kasihan dengan ibu? Kehilangan dua lelaki paling berharga dalam hidupnya," lanjut Mbak Yanti."Apa kalian juga tidak berpikir bahwa aku juga kehilangan sosok suami. Apa kalian tidak sedikitpun kasihan pada aku? Membesarkan anak yang masih kecil seorang diri.""Bapak bebas atau tidak toh tidak ada hubunganya dengan kamu.""Tapi biarlah bapak mempertanggu
Read more
23
Namun saat bapak keluar dari rutan, ia melewatiku begitu saja.tidak melihat kehadiranku disini. Jangankan meminta maaf, melirik ku yang tengah berdiri menggendong Arsy pun juga tidak.Aku menghela nafas berat. Mungkin memang bagi Bapak kematian Agung sama saja dengan hancurnya dunia. Agung adalah anak laki-laki satu-satu nya.Tetapi disini aku masih mengamati gerak gerik bapak. Berkali -kali angkot lewat, tetapu sama sekali tidak ada yang satupun bapak naiki. Apakah bapak memang tidak ada uang?Dengan sepeda motor peninggalan Bang Agha dan juga sembari menggendong Arsy, aku menghampiri bapak. Ada rasa nyeri dalam ulu hati melihat bapak tampak merasa kasihan."Pak bapak, kenapa tidak naik angkot? Apa Airin antar?" tanyaku.Bapak terus berjalan tanpa menggubris prtanyaanku."Pak, aku yang membebaskan bapak. Kenapa bapak bahkan enggan menjawab pertanyaanku. Airin juga anak bapak," teriak ku dari belakang dengan nada yang mulai terisak.Bapak akhirnya menoleh ke belakang yang ku sambut de
Read more
24
Aku tetap berfikir positif. Lelah memaknai semua dengan hal negatif. Mencoba berdamai dengan hati dan kenyatan di depanya.Aku langsung menuju kontrakan. Hari ini sengaja aku tidak berjualan. Aku kira kebebasan bapak akan ada drama mengaharukan. Nyatanya hanya mengenaskan.Aku tidurkan Arsy yang telah tertidur dalam gendongan. Aku menata lemari yang berisi dokumen-dokumen ku dan Bang Agha dulu. Siapa tau ada titik terang tentang alasan Mala menangis dimakam suamiku.Dan hasilnya nihil.Tidak apa-apa. Namun saat tangan ini hendak merapikan kembali dokumen, tanganku menyenggol sebuah plastik hitam. Yang kuperkirakan isinya kertas, saat mencoba aku remas. Tanpa menunggu apa-apa lagi, aku segera membukanya.Bau kertas yang harum seperti surat cinta.Kertasnya sudah usang. Sepertinya memang surat ini sudah lama.Aku membaca dengan seksama dan ternyata surat itu dari Mala, surat enam tahun silam saat Bang Agha belum menikahiku. Ya dalam surat ini Mala mengutarakan isi hatinya bahwa ia menyu
Read more
25
Yanti melengos. Membuang muka ke arah lain."Mana mungkin aku menyuruh Roni bekerja pak? Walaupun sekarang istri Mas Rio ada dua tetapi kehidupan kami masih terpenuhi kok.""Kamu yakin Yanti?"Yanti salah tingkah."Yakin lah. Sudahlah kalau bapak mau mengemis, ke orang lain saja. Yanti sibuk,""Astagfirullohaladzim. Tega kamu berkata seperti itu pada bapak Yan?"Hati orang tua mana yang tidak hancur dibilang pengemis oleh anak sendiri."Kakek,."Serta merta Bapak menoleh pada sumber suara itu. Suara yang sudah lama tidak bersua. Sudah lama tidak terdengar. Roni. Kunci kegelisahan bapak selama ini. Sumber dari segala pernyataan Airin.Namun belum sempat bapak menjawab panggilan Roni, suara bentakan Yanti telah mendahului."Siapa yang menyuruh kamu keluar? Masuk lagi ke kamarmu," bentaknya."Yanti, biarkan Roni kesini. Bapak rindu denganya.""Dia anak saya. Jadi saya berhak menentukan aturan untuk nya. Bukan bapak. Bapak boleh sok tegas, sok menguasai, sok ditakuti. Tetapi ingat, bapak
Read more
26
"Dasar janda g*tal,"Teriakan itu mampu membuat darahku terkesiap, hatiku berdesir. Siapa kira-kira wanita itu.Aku beranikan diri melihat apa yang terjadi.Seorang wanita memakai baju ASN yang ku perkirakan ia berprofesi sebagai guru, sedang berkacak pinggang di depan ruko ku. Dia cantik dalam balutan jilbab segi empat nya, walau mukanya memerah terkena sinar matahari juga emosi yang mendera.Dekat semakin mendekat...Plak...Dia menamparku.Aku yang kaget, tak kalah emosinya saat itu. Aku pandangi dia dengan seksama dan dalam gurat emosi yang sama.Hilya-Istri Marwan."Hilya, apa-apa an kamu?""Kamu yang apa-apa an. Pakai pelet apa hingga suamiku bertekuk lutut padamu? Hah?""Sungguh aku tidak mengerti maksutmu. Pulanglah. Kamu salah orang jika menuduh aku merebut suamimu," jawabku acuh tak acuh karena aku menyadari bisik bisik antar pelangganku. Mereka pasti mengira apa yang Hilya ucapkan itu benar adanya."Jangan sok bodoh kamu, Rin. Kamu memeras uang suamiku. Pasti kamu memberi p
Read more
27
"Lalu apa yang kalian lakukan untuk mengembalikan nama baik ku?" "Kami akan buat klarifikasi di media sosial, Rin. Kamu tenang saja."Aku melengos kesal. Sebenarnya aku tidak yakin, itu semua bisa mengembalikan sebuah nama baik. Namun aku juga butuh pertanggungjawaban dari keduanya."Cari juga pengunggah video tersebut. Dan hapus. Atau aku laporkan tentang pencemaran nama baik. Kalian itu seorang pendidik namun tidak ada adab sama sekali."Aku bersungut kesal dan pergi dari rumah mereka tanpa pamit permisi.Janji mereka ditepati, video tentangku dihapus juga sebuah klarifikasi bahwa semua itu hanyalah kesalahpahaman belaka.Namun apa yang terjadi?Ruko ku tetap sepi. Nama baik yang hancur sulit dikembalikan, tidak seinstan itu. Mungkin butuh waktu lama.Namun dalam kurun waktu yang lama itu apa aku dan anak ku tidak perlu makan?Aku hanya meratapi nasibku yang tidak seberuntung yang lainya atau memang aku yang kurang bersyukur.Dalam tangis harapku, sebuah tangan menyentuh pundak ku
Read more
28
"Sebenarnya mbak ini siapa?" tanyaku.Dia justru tertawa kecil melihat ekspresiku yang bingung."Ternyata aku belum jadi orang famous ya. Buktinya kamu saja belum mengenalku,"Alisku bertaut. Aku semakin tidak mengerti arah pembicaraanya."Hey biasa saja wajah kamu." candanya.Aku melempar senyuman. Sebenarnya dia terlihat tipikal orang yang asyik."Saya tidak mengerti perkataan mbak,"jawabku dengan polos."Oke oke. Perkenalkan saya Jesna Diandra. Youtuber sekaligus selebgram." jawabnya seraya menyodorkan tanganya mengajak ku bersalaman. Aku pun menyambut dengan hangat uluran tangan itu. Rasanya memang pernah terdengar mampir di telinga nama itu."Jadi tujuan mbak kesini?""Ehm aku ingin mereview cilokmu sekaligus aku buat konten boleh? Semoga setelah ini kamu tidak jadi pindah deh. Katanya cilokmu juga enak,""Memangnya mbak mendengar dari mana semua ini ?""Ehmm adalah. Kamu tidak perlu tau. Aku hanya meminta izinmu,"Sejenak aku berpikir. Mungkin memang ini cara Tuhan menolongku. A
Read more
29
"Rezeki Pak Hasan. Pemilik rumah mengizinkan bapak bekerja disitu. Tapi saya berpesan ya pak. Tolong jaga amanah. Jaga kepercayaan. Jangan mau ditaklukan emosi lagi. Jangan membuat kesalahan yang sama," kata Pak RT.Betapa bahagianya bapak kala itu. Baru kali ini ada yang mau mempekerjakan tenaga nya lagi walau di usia yang sudah memasuki senja.Senyuman tidak pudar kala bapak memasuki rumah."Bagaimana pak?" tanya ibu antusias."Alhamdulillah diterima bu. Awalnya mandor ragu karena riwayat hukum bapak, namun setelah menelfon si empunya rumah, dia mengizinkan. Bapak tidak sabar bertemu pemiliknya. Bapak akan ucapkan terimakasih secara langsung."Ibu pun turut bahagia. Ia tidak akan bergantung pada anaknya lagi juga tidak akan menjadi olokan bahkan hinaan dari anak dan juga menantunya.""Asalamualaikum, Minah," teriak seseorang dari luar."Wa'alaikum salam,"Di luar pintu telah berdiri Bu Sri, ibu Mala seraya mengelus gelang-gelang yang berjejer di tanganya."Yu Sri ada apa? Kamu tidak
Read more
30
"Airin," kata bapak saat mengenal sekali suara di telfon itu.Tapi terlambat telefon sudah dimatikan dari sana."Rin, ini bapak nak."Bapak masih berteriak walaupun keadaan telefon sudah mati."Pak tolong hubungkan lagi. Dia Airin anak saya."Mandor justru tertawa kencang. Namun raut muka bapak bahagia sekali."Mimpi kamu pak. Masak orang kaya punya bapak jadi kuli begini? Tidak mungkin juga kalau Nyonya Airin membiarkan bapaknya menjadi kuli,"Bapak menunduk. Begini rasanya dihina dan direndahkan. Dulu dia sering sekali menghina keluarga Airin. Tak perlu waktu lama, karma menemukan jalanya.Benar saja, hari ini bapak tidak konsen bekerja. Berkali-kali dia melakukan kesalahan."Woi, kalau tidak niat bekerja, pulang sana," teriak tukang yang dilayani bapak.Sesaat bapak tersadar dari lamunanya lalu mengucapkan maaf.Mobil CRV putih terlihat dari jauh mendekati lokasi proyek. Bapak tersenyum kecil. Semoga itu Airin. Agar bisa membungkam mulut pekerja disini yang sombong.Satu persatu or
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status