ISTRI TUKANG CILOK

ISTRI TUKANG CILOK

last updateLast Updated : 2024-07-03
By:  Anik SafitriCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
44Chapters
10.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

'Mau bekerja di perusahaan raksasa manapun. Toh suami kalian hanya karyawan. Tetapi sekecil apapun usaha suamiku, walau hanya penjual cilok. Tetapi dia tetap Bos' ~Airin~

View More

Chapter 1

1

"Jadi aku mengundang kalian kemari untuk merayakan kenaikan jabatan suamiku. Sekarang Mas Danang sudah diangkat menjadi General Manager," kata Berta penuh bangga dengan mata berbinar.

"Wah selamat ya beb. Kalau suami aku masih stay di asisten direktur. Ya semoga saja suatu saat ketularan menjadi direktur gitu," jawab Fatin.

"Kalau suami aku sudah betah sih jadi pemilik showroom mobil. Do'akan ya semoga bisa buka cabang yang lebih banyak lagi," lanjut Mala.

Aku hanya mengaduk-aduk minumanku. Merasa risih dengan perkataan mereka yang menurutku terlalu pamer. Ajang silarurahmi ini ku rasa telah berubah menjadi ajang pamer pencapaian belaka.

"Kalau suami kamu Rin?" tanya Fatin.

"Suaminya kan masih jualan cilok keliling," jawab Mala disertai dengan tawanya.

Tetapi tidak dengan Berta dan Fatin. Mereka saling berpandangan. Seperti tidak enak hati dengan sikap Mala.

"Rin, suami Berta dan Fatin kan jabatanya bagus di perusahaan. Coba deh suruh suamimu melamar disitu. Kali aja bisa. Jadi jadi tukang kebun. Kalau di showroom suamiku sepertinya tidak bisa. Hanya lulusan SMP ya si Agha itu," katanya dengan tawa meremehkan.

"Terimakasih. Tetapi tidak perlu repot-repot untuk mengurusi hidupku. Bahkan repot-repot mencarikan suamiku pekerjaan. Sejauh ini kami masih baik-baik saja," jawabku dingin.

Mala menghembuskan nafas pelan dengan bibir mencibir.

"Susah ya menasihati orang yang tidak mau jadi kaya," katanya seraya mengeluarkan handphone berlogo apel di belakangnya dari tas mewahnya.

"Wih handphone baru Mal," puji Fatin.

"Iya nih. Hadiah dari suami," ucapnya bangga.

"Handphone keluaran terbaru itu Mal,"

"Ya begitulah. Gimana? Apa kamu juga tidak ingin punya barang-barang mahal seperti ini Rin?"

Aku kembali tercekat dengan perkataan Mala. Entah mengapa dia selalu bersikap seperti itu padaku. Dia juga mempengaruhi yang lainya untuk seolah-olah mengolok ku.

"Mau bekerja di perusahaan raksasa manapun, toh suami kalian juga karyawan. Tetapi sekecil apapun usaha suami ku. Walau hanya penjual cilok. Tapi dia tetap bos."

Mereka kembali mengeluarkan tawanya. Setiap tawa yang keluar, hatiku semakin sakit rasanya.

"Airin, Airin. Saat sekolah kamu itu dulu yang paling pintar diantara kami. Tetapi sekarang kok...."

Belum sempat meneruskan omongan nya, mereka tertawa lagi.

"Kenapa? Aku kok bodoh? Kalian salah. Justru aku ini tetap pintar. Pintar dalam melihat setiap sisi dunia. Kalian bodoh jika hanya melihat semua hanya dari sisi ekonomi. Sejauh ini hidupku dan Mas Agha tidak kurang apapun kok. Suami ku juga sangat baik. Jadi aku bahagia walau hanya bersuamikan penjual cilok. Kalau kalian mungkin jarang ya punya waktu bersama suami. Kan suami nya sibuk," jawabku panjang lebar.

"Eh ngomong-ngomong quality time bersama suami itu penting lho. Sekarang pelakor dimana-mana. Incaranya pasti om-om berperut buncit seperti suami kalian itu," ucapku lirih setengah menghina. Ah lebih tepatnya menaikan harga diri agar tidak di injak terus menerus.

Mereka diam. Tak menanggapiku. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Atau kepikiran jika suaminya selingkuh? Hihihi

*

"Kenapa senyum-senyum Dik?" tanya bang Agha sesaat setelah aku pulang.

"Puas Bang. Bisa skak mat mulut -mulut mereka yang sombong,".

Bang Agha yang tengah membersihkan gerobaknya kemudian menolehku.

"Nggak baik Dik. Takutnya mereka sakit hati bagaimana?"

"Ngapain mikir mereka sakit hati. Toh mereka juga nggak mikir aku sakit hati atau tidak." jawabku pada bang Agha.

Bang Agha membuang nafas pelan.

"Memang benar wanita itu makhluk yang merasa paling benar," kata bang Agha dengan berdecak.

Aku tersenyum malu-malu. Bang Agha memang selalu mengalah padaku. Tetapi ia tegas jika memang perilakuku salah.

"Dik, tolong belikan Abang paketan. Siapa tau ada yang pesan cilok."

Aku bergegas ke counter dekat jalan raya. Sebenarnya ada di dekat rumah. Tapi trauma sulit masuk pulsanya.

Counter ini terdiri dari beberapa kios. Ada juga kios khusus penyewaan gadget. Tapi tunggu dulu ada seseorang wanita yang seperti aku kenal keluar dari kios penyewaan gadget. Mala? Apa yang dia lakukan?

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Heriyanti
apakah sudah tidak ada lagi lanjutannya.. semoga aja itu beneran saudara kembarannya mas Agha yg terpisahkan sejak kecil
2023-10-27 21:24:15
0
user avatar
adi syfa08
apakah masih berlanjut?
2023-10-25 17:30:17
0
44 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status