Lahat ng Kabanata ng Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Kabanata 131 - Kabanata 140
185 Kabanata
BAB 131. Syarat.
POV OCHA .****“Pak, Mak. Aku tidak tahu kalau A' Eko itu ternyata punya istri. Awalnya kami kenalan adalah A' Eko menjadi pelanggan tetap di toko tempatku bekerja. Lalu kami bertukar nomor handphone dan akhirnya terjadilah hubungan terlarang itu. Aku dan A' Eko berpacaran. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata aku mengetahui bahwa A' Eko sudah punya istri. Tetapi saat aku menyatakan alasannya pada A' Eko kenapa dia melakukan ini, dijawabnya adalah karena istrinya jauh darinya. Pak, Bu, istrinya itu menjadi TKW di Jepang sudah enam tahun. Itulah yang menyebabkan A' Eko selingkuh denganku. Aku tidak membela A' Eko, karena aku pun tidak setuju dengan tindakannya. Tapi, bagaimana pun juga jauh di dalam lubuk hatiku, aku sangat mencintai A' Eko. Itu sebabnya aku tidak putus dengan A' Eko walaupun istrinya sudah pulang,” jelasku pada Emak dan Bapak. Semoga saja Emak dan Bapak bisa mencerna dengan baik apa yang baru saja keluar dari mulutku.“Astaghfirullahaladzim! Jadi sudah berapa
Magbasa pa
BAB 132. Mungkin tidak sanggup.
POV OCHA. ***Emak dan Bapak saling berpandangan. Mereka justru terlihat bingung. Entahlah apa maksud Emak dan Bapak memberikan persyaratan itu. Nanti setelah Pak Eko pergi, aku harus menanyakannya pada mereka berdua.“Satu minggu. Oke! Kami sebagai orang tua dan Ocha sebagai calon istrimu, mungkin bisa menunggu satu minggu, tapi anak yang ada di dalam perut Ocha tidak bisa menunggu selama itu. Kamu ingat, ya! Bayi itu semakin hari semakin besar. Jadi kamu tidak bisa menunggu lagi. Bapak akan kasih kamu waktu dua hari. Jika tidak bisa, ya, sudah tidak usah nikahi Ocha,” kata Bapak lagi. Sungguh persyaratan yang amat berat. Aku tidak pernah menduga bahwa Bapak akan setegas ini. Pasalnya Bapak adalah orang yang lembut dan orang yang santun. Bahkan, orang yang penyayang dan penuh belas kasih pada siapa pun. Namun, entah kenapa malam ini Bapak begitu menyeramkan dan juga sangat tegas.“Baiklah, Pak. Beri aku waktu dua hari. Aku akan mengusahakannya. Tapi, tolong izinkan aku untuk bicara
Magbasa pa
BAB 133. Tamu tak terduga.
POV OCHA. ****“Baguslah kalau dia menyerah. Memang Bapak sengaja memberikan persyaratan sebanyak itu, agar dia tidak jadi menikahimu, Ocha. Setelah Bapak dan Emak pikir, memang sebaiknya kamu tidak usah menikah dengan dia. Biarlah aib kita tetap tanggung bersama. Nasi memang sudah menjadi bubur dan kita jadikan nasib itu bubur yang bisa dimakan oleh banyak orang. Lebih baik Emak sama Bapak, mengasuh anakmu dan kamu pergi kerja demi masa depanmu yang lebih gemilang. Menemukan cinta sejatimu seperti yang Emak dan Bapak katakan waktu itu,” jawab bapak.Sungguh! Aku tidak menyangka bahwa dibalik susahnya persyaratan yang Bapak berikan pada Eko, adalah menyimpan berjuta harapan untuk masa depanku. Herannya, Bapak dan Emak sengaja begitu, agar A' Eko tidak menyanggupinya.“Jadi itu maksud Emak dan Bapak? Kalau aku jujur saja. Maaf, Pak. Terserah takdir akan membawaku ke mana. Yang jelas aku tidak terlalu berharap untuk menjadi istrinya A' Eko, karena aku tidak mau menyakiti perempuan ya
Magbasa pa
BAB 134. Sah!
POV OCHA. ***“Benar itu, Bu, Pak. Sebenarnya kami sebagai orang tua pun sangat kaget dengan pengakuan Eko. Pasalnya selama ini kami kira Eko adalah laki-laki baik. Suami yang baik dan bertanggung jawab. Pebisnis yang ulung dan tidak memikirkan perempuan lain selain istrinya, tapi nyatanya dia justru menghamili anak gadis orang dan yang lebih membuat kami shock adalah gadis itu hamil bersamaan dengan istrinya yang hamil. Kepala kami mau pecah rasanya memikirkan itu semua. Belum lagi permintaan Eko yang meminta mahar begitu besar. Memang, sih, uang segitu bagi seorang pengusaha tidak ada apa-apanya. Tapi yang namanya pengusaha itu, harus memutarkan uang modal agar menghasilkan yang lebih banyak lagi. Kembali ke masalah Eko dan juga anak Bapak. Semalam Eko datang pulang ke rumah menangis meminta ampun mohon maaf kepada kami dan meminta kami untuk melamar anak Bapak dengan mahar perhiasan 20 gram dan juga uang tunai 50 juta. Kami kaget karena istrinya Eko pun sedang hamil dan kami sedan
Magbasa pa
BAB 135. Tidak sopan.
POV OCHA ***[Sayang. Aku merindukanmu. Bagaimana semalam? Kamu puas, kan?] Kubaca pesan yang masuk dari nomor inisial Diki. Siapakah dia? Kenapa dia mengirim pesan pada A' Eko? Mesra banget, tapi kalau dilihat dari namanya, dia ini laki-laki. Membaca pesan ini, rasanya kepala dan hatiku tiba-tiba sakit sekali. Padahal, kami masih pengantin baru. Tiga bulan usia pernikahan kami dan aku sedang hamil kurang lebih tujuh bulan. Apakah A' Eko selingkuh? Tapi, rasanya tidak mungkin, karena ini juga nama laki-laki. Atau, Lisa lagi? Aku harus menanyakannya pada A' Eko. Tapi, kalau aku tanya, apa dia tidak akan marah, ya, aku membuka ponsel tanpa seizinnya?[Sayang. Kok, cuma dibaca doang? Bales, dong? Emang kamu nggak rindu sama aku?] katanya lagi. Duh! Siapa, ya, dia? Apa aku balas aja? Tapi, kalau aku balas, nanti A' Eko marah. Lebih baik aku tanyakan saja. A' Eko ada di halaman belakang sedang memberi makan ikan-ikannya.“Ini ada WhatsApp dari Diki. Maaf, tadi kebuka. Soalnya nggak senga
Magbasa pa
BAB 136. Curiga.
POV OCHA. ***“Iya. Maaf, Teh. Soalnya hawa di kamar panas banget. Jadi aku pakai baju kayak gini. Pas aku keluar, nggak sengaja ada A' Eko. Nggak apa-apa, kan, kalau aku pakai baju kayak gini? A' Eko, jangan pikiran yang macem-macem, loh!” jawab Rara mengalihkan pandangannya ke arah A' Eko.“Iya ... iya. Nggak, kok! Nggak apa-apa. Yang penting, jangan pas keluar rumah. Kalau di dalam rumah, kan, cuma ada aku sama Teteh kamu. Jadi nggak apa. Lagian, kita, kan, sudah menjadi saudara. Kalau sampai ke luar rumah, gak enak di luar dilihat orang komplek. Lagi pula, apa kata orang kalau sepupu istriku berpakaian seperti itu. Aa juga nggak suka kalau dilihat banyak orang,” jawab A' Eko. Dia terlihat salah tingkah, tapi apa yang dikatakan A' Eko itu memang benar adanya. Orang di sini sungguh memalukan. Awas aja kalau dia sampai pakai baju begitu ke luar rumah. Bakalan aku bejek-bejek dia dan aku pulangkan saja ke kampungnya.“Iya, Aa. Nggak bakalan, kok, aku keluar rumah pakai baju kayak g
Magbasa pa
BAB 137. Bertingkah.
POV OCHA. ***“Ya udah, iya. Aa tunggu 15 sampai 30 menit lagi. Sekarang mana lagi yang mau dipijit. Aa pijitin. Sepertinya istri Aa ini, semakin manja, ya, semenjak hamil. Ngidam apa pun maunya diturutin. Sudah gitu, sensitif lagi,” kata A' Eko. Aku hanya tersenyum saja. Memang benar apa yang dikatakannya, tapi mungkin juga ini bawaan si utun. Jadi aku sangat sensitif dan inginnya dimanja terus oleh A' Eko. Andai saja aku bukan istri simpanan. Andai saja aku istri A' Eko satu-satunya. Maka aku akan bebas bermanja-manja di mana pun.“Teteh. Aku mau ke pasar, nih. Sudah sore, kan? Mana uangnya?!” teriak Rara dari luar. A' Eko beranjak bermaksud membukakan pintu, tapi aku cegah. Enak saja. Memang dia majikan yang harus dibukakan pintu? Gak, kan?“Masuk aja, Ra! Pintunya nggak dikunci, kok. Uangnya di sini,” jawabku kesal. Tak lama, Rara pun masuk dan sudah di hadapan kami berdua. Ya, Tuhan, ini anak benar-benar, ya, degil atau gimana? Mau ke pasar saja dandanannya tetap membahana begin
Magbasa pa
BAB 138. Siapa di kamar Rara?
POV OCHA. ***“Iya, iya. Maaf, deh. Aa ini ada WhatsApp dari si Lisa. Ya, sudah Aa berangkat dulu, ya. Ingat kamu harus tegas sama Rara! Dia nggak boleh aneh-aneh di luaran sana. Kalau sampai terjadi sesuatu sama dia, kita yang bakalan dimintai tanggung jawab sama orang tuanya. Nampaknya juga orang tua Rara itu, sepertinya mata duitan. Bisa-bisa dia minta denda yang besar sama kita, kan? Dari pada uangnya untuk denda, lebih baik untuk kita beli tanah atau tabungan anak kita. Iya, nggak, sih?” kata A' Eko lagi dan aku setuju banget. Suamiku ini memang perencanaannya sangat matang. Maklumlah. Dia, kan, sarjana. Sedangkan aku hanya lulusan SMP. Jadi dia lebih tahu segalanya dariku, Aku sangat beruntung punya suami sarjana yang kaya raya seperti A' Eko. Meskipun aku hanya istri simpanan dan hanya lulusan SMP.“Jadi ke sininya kapan?” tanyaku. Pasti tidak bisa memastikan kapan ke sini lagi. Aku jadi sedih.“Kenapa kamu tanyanya begitu, Sayang? Padahal, kan, baru saja mau pulang. Ya, secep
Magbasa pa
BAB 139. Playing victim.
POV OCHA. ****“Tidak usah mengatur hidupku, Teh. Aku hanya sepupu. Jadi tidak usah ikut campur terlalu dalam!” protes Rara.“Tapi, kamu tinggal di rumahku! Kamu harus patuhi aturan di sini!” sanggahku tak terima.“Aturan apa, sih, Teh? Lagi pula, aku tidak melanggar apa pun di sini. Sudahlah, aku mau tidur. Malas ngeladenin Teteh.”“Tunggu dulu! Teteh belum selesai bicara, Ra!” Rara tetap masuk ke kamarnya dan dia lebih memilih mengabaikanku. Kurang ajar sekali! Harusnya dia patuh padaku. Bukan malah begini! Awas aja kamu, Rara! Besok aku akan pulangkan kamu! Tidak sudi aku menampung perempuan murahan seperti itu. Aku akan adukan semuanya pada A' Eko. Aku yakin A' Eko pun akan mendukungku.***“Pemalas sekali kamu! Jam segini baru bangun. Aku yang majikan saja sudah bangun dari subuh,” tegurku pada Rara. Bayangkan saja. Dia jam 08.00 pagi baru bangun. Apa dia tidak salat? Aneh sekali.“Iya, Teh. Aku capek sekali. Tadi habis salat subuh, aku tidur lagi,” jawab Rara tanpa merasa bers
Magbasa pa
BAB 140. Apa yang terjadi?
POV OCHA. ***“Siapa yang jahat sama kamu, Rara? Teteh itu cuma nanya aja. Kalau kamu nggak merasa, ya sudah. Nggak usah drama begini. Pakai nangis-nangis segala. Ini juga kenapa kamu belain si Rara? Kamu, kan, lihat sendiri tadi. Dia baik-baik saja dan dia asyik nonton, tapi setelah aku datang, aku menanyakan pada dia, kenapa memfitnahku dengan cara aku melempar piring padanya dan mengadu padamu, ini malah dia nangis terus gak karuan. Kok, Aa malah bela Rara? Udahlah, Aa. Aku nggak sanggup lagi kalau menampung Rara di sini. Lebih baik dia pulang saja. Tolong besok Aa antarkan dia pulang! Aku enggak mau Rara ada di sini lagi. Bisa-bisa aku stress mau nunggu lahiran bukannya bahagia, malah stres begini,” jawabku kesal.“Tuh, kan. Aa dengar sendiri, kan, kalau Teteh itu memang galak, Aa. Dia semaunya sendiri. Ini malah mengusirku pulang. Bagaimana dong, Aa? Kalau aku nggak bekerja lagi, orang tuaku gimana, Aa?” Rara makin menangis histeris. Dia kini justru memeluk A' Eko. Meski A' Eko
Magbasa pa
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status