All Chapters of Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Chapter 31 - Chapter 40
185 Chapters
BAB 31. Disapa madu pertamaku.
Kulirik jam ternyata sudah jam 05.15 WIB. Ya, Allah ... aku kesiangan! Aku segera lari ke kamar mandi yang ada di luar. Masih sepi bahkan tak terlihat satu orang pun. Kulongok rumah sebelah yang punya hajat banyak para bapak yang tertidur di tenda tamu di sembarang tempat. Apa mereka semua mabuk. Membayangkannya saja aku bergidik ngeri.Tepat jam enam aku selesai salat subuh dan juga zikir pagi. Di luar sudah terdengar suara beberapa orang mungkin yang bantu-bantu punya hajat sudah mulai berdatangan.Aku bangunkan gadis ini sejak tadi, tapi tidak juga mau bangun apa dia tidak salat."Neng, sudah jam enam, emang Eneng enggak sekolah?" "Neng, bangun! Sudah jam 9 lewat, tuh!” seruku berbohong, benar saja gadis ini langsung bangun dan lari ke belakang. Aku tertawa melihat tingkah konyolnya."Ah, Teteh bohong, masih jam 6 tuh!" katanya ngambek sambil menata buku sekolahnya."He he ... maaf deh! Enggak usah cemberut gitu dong, nanti enggak Teteh beliin kuota lagi, loh. Sudah sana mandi na
Read more
BAB 32. Rumah disita Bank?
🌸🌸🌸🌸🌸Kutarik lengan anak ini dan gegas mengajaknya pergi dari sini.“Teh, kenapa kok, buru-buru?”“Teteh takut ketemu siapa itu si Eko. Ups!” jawabku keceplosan.“Ha ha ... iya, Teh. Emang mengerikan itu laki-laki mata keranjang. Kalau lihat aku saja enggak mau kedip. Apalagi lihat Teteh yang cantik jerit begini,” jawabnya. Untung saja anak ini enggak curigaan. Aman!“Makanya itu Teteh takut. Yuk, buruan! Itu mobil Teteh di sana!” ajakku."Baru kali ini loh, aku sekolah diantar pakai mobil, biasanya nebeng sama teman kalau Bapak enggak bisa antar," celotehnya.“Alhamdulillah semoga saja nanti Neng jadi orang sukses dan ke mana-mana naiknya mobil,” jawabku.“Aamiin ... Teh!” Kemudian dia selfie-selfie. Bisa gawat nih, kalau dia update status terus ketahuan Mas Eko dan yang lainnya.“Neng. Pemandangan di sini bagus sekali , ya?”“Iya, Teh. Kan, masih di pelosok kampung. “"Eh, iya Neng, tahu enggak kebun di sini yang mau dijual? Kayaknya kalau beli kebun di sini enak juga,"
Read more
BAB 33. Tak tahu diri.
[Bu, kata orang Bank, bapak dan ibu harus segera pulang kalau tidak maka saya terpaksa harus mengosongkan rumah ini.]Kubaca berkali-kali WA dari Mbok Wati. Kalau posisiku ada di Mbok Wati pasti aku juga akan terus mengirimi pesan untuk majikanku. Kasihan dia pasti bingung.[Iya, Mbok, tolong sampaikan kepada orang bank aku akan segera pulang mungkin kalau tidak besok ya, lusa dan akan segera datang ke bank untuk mengkonfirmasi.] Dengan tangan gemetaran aku mengetik balasan untuk Mbok Wati.[Baik, Bu!][AKu juga minta tolong Mbok, jangan beritahu pada ke dua orang tuaku. Biarlah aku yang menyelesaikan masalah ini sendiri. Kasihan mereka sudah sepuh.][Iya, Bu. Pasti Mbok akan rahasiakan ini dari orang tua Ibu.]Tak kubalas lagi Wa dari Mbok Wati. Aku harus segera tancap gas dan mencari tahu tentang perkebunan yang Mas Eko janjikan untuk teh Oca.Laki-laki itu benar-benar brengsek. Dia tak hanya cukup dengan satu wanita saja bahkan sampai tiga wanita berhasil dia bohongi. Kalau tahu j
Read more
BAB 34. Mereka kenapa?
“Ha ha ha ... kasihan banget sih, kamu. Sudahlah ditinggal nikah ini jarang dibelai dan Mas Eko memilih aku. Heh, Lisa! Yang harusnya berkaca itu kamu bukan aku nyatanya Mas Eko memilihku dari pada kamu. Asal kamu tahu aja ya, Mas Eko setiap denganku pasti dia selalu membandingkan aku dan kamu bahwa kamu itu loyo tidak bisa memanjakan suami sedangkan aku bisa. Itulah kenapa Mas Eko lebih memilihku dari pada kamu. Sudah, ya, awas kamu kirim-kirim pesan lagi Sama Mas Eko. Aku tabok mulutmu!”“Ha ha ha ... kamu mau Mas Eko? Ambil! Ambil sana! Aku sudah tidak butuh laki-laki seperti dia. Buaya buntung seperti Mas Eko memang pantas untuk aku hempaskan jauh-jauh dari hidupku. Silakan pungut sampah yang sudah aku buang. Memang sampah itu pantas dipungut oleh pemulung seperti kamu dan satu lagi kamu dan aku memang berbeda bagaikan langit dan bumi. Aku cantik, kamu jelek. Aku berkualitas kamu tidak! Yang menjadi andalan kamu hanyalah Miss V dan goyanganmu saja. Aku ditinggal Mas Eko tidak ma
Read more
BAB 35. Bertemu juragan tanah.
“Assalamualaikum ... permisi, Pak,” sapaku pada seorang lelaki tua yang masih berkacak pinggang di teras rumahnya.Sebenarnya aku sedikit takut untuk bertamu kalau tidak mengingat harus menyelesaikan semuanya dan harus tahu tentang kelakuan Mas Eko di sini maka aku tidak sudi mendatangi bapak sepuh yang terlihat amat sombong ini. Salamku saja tidak dijawab malah dia melengos lalu memperhatikanku dari atas sampai bawah.“Kamu siapa dan cari siapa?” tanyanya ketus.“Saya Vira, datang ke sini mau bertemu dengan Bapak si juragan kebon. Apakah itu anda?” jawabku balik bertanya. Aku tidak mungkin mengatakan namaku Lisa kalau sampai aku ketahuan mengorek informasi dari lelaki di depanku ini, maka Aku pastikan dia tidak akan terbuka nantinya makanya aku sengaja menyamarkan namaku.“Betul sekali saya si juragan kebun. Apa Neng, mau beli kebun?” tanyanya lagi. Kali ini ada sedikit guratan senyum di bibirnya. Mungkin menurutnya, aku adalah keberuntungan baginya karena menanyakan tentang kebun
Read more
BAB 36. Dimaki.
“Bagaimana, Pak, apa kebunnya bisa ditunjukkan sekarang? Ini sudah siang dan aku harus kembali pulang karena masih banyak pekerjaan!” tegasku sekali lagi pada juragan kebun. Aku tidak mau mengulur-ulur waktu karena ditakutkan Mas Eko pulang terlebih dahulu.“Oh ... ya, Neng, bisa! Mangga bapak antar. Mau pakai mobil Eneng atau pakai mobil Bapak?” tanyanya bersemangat sekali.“Kita beriringan saja, Pak. Aku pakai mobilku dan Bapak pakai mobil bapak sendiri,” jawabku.“Oh ... ya, sudah kalau gitu saya di depan, Neng ngikutin saya di belakang.” Aku mengangguk setuju.Ponselku sejak tadi berdering dan itu dari Mas Eko. Entahlah dia mau apa lagi yang jelas untuk beberapa jam ke depan aku tidak mau diganggu oleh dia.Harusnya hari ini aku kembali ke tempat bidan Linda karena urusan ini jadi aku menundanya. Semoga saja penundaanku dan kedatanganku ke sini tidak sia-sia.Dreeettt ....Ada telepon dari nomor tak dikenal. Segera saja aku jawab takutnya itu dari Mbok Wati. Perempuan paruh baya
Read more
BAB 37. Sepakat.
“Terserah kamu saja Mas, mau ngomong apa aku sama sekali tidak peduli!” balasku melalui voice note. Terlihat Mas Eko pun sedang mengetik pesan.Meski sebenarnya aku emosi pada Mas Eko, tapi lebih baik aku tahan dulu karena aku sedang berkendara dan juga jika aku ladeni dia maka akan berefek pada moodku.Aku sangat heran pada perubahan Mas Eko. Kenapa dia sekarang jadi seperti itu? Gila harta dan egois! Mungkinkah karena pergaulannya dengan orang-orang yang tidak benar atau mungkin juga pengaruh dari ke dua orang tuanya? Dulu dia tidak begitu jangankan untuk menikah lagi dengan perempuan lain selingkuh pun tidak pernah. Itulah sebabnya aku sangat percaya pada dia dan juga Mas Eko itu tipe laki-laki yang romantis.Mobil masuk di area persawitan dan tidak lama kami berhenti. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri juragan tanah. Aku yakin sekali di sini adalah perkebunan yang dibeli Mas Eko.“Sawitnya sepertinya baru menanam sekitar 5 tahunan ya, Pak?” tebakku.“Iya, benar sekali Ne
Read more
BAB 38. Siapa yang berhutang siapa pula yang suruh bayar.
“Dik, kamu di mana katanya Mirna dua hari ini kamu tidak masuk ke kantor?” tanya Mas Eko melalui voice note.Duh, Mirna juga kenapa sih, pakai bilang aku enggak datang? Tapi, kalau dipikir-pikir ini juga salahku harusnya aku bilang sama Mirna siapa pun yang mencariku jangan katakan yang sebenarnya.“Di mana pun aku, kamu tidak perlu tahu Mas. Karena mulai sekarang kamu tidak boleh lagi mencampuri masalahku,” balasku. Sebenarnya aku ingin memaki, tapi aku tahan.“Eggak bisa begitu dong, Dik! Kamu itu masih istri sahku dan sampai kapan pun yang namanya seorang istri apa pun yang dia lakukan di luar rumah suami itu wajib tahu.”“Iya, Mas. Aku tahu itu, tapi mulai sekarang kamu tidak wajib tahu apa pun yang aku lakukan di luar rumah karena kamu pun tidak pernah memberitahukan kepadaku apa saja aktivitas kamu di luar. Jadi impas, kan? Bukankah suami istri itu memang seharusnya terbuka dalam segala hal? Kamu yang mulai duluan kan, Mas? Jadi, tidak usah banyak menuntut padaku.”“Makin ngelun
Read more
BAB 39. 45 juta rupiah.
“Nah, iya, bener tuh, dia yang harusnya tanggung jawab. Ayo, cepat turun kamu!” teriak Rara. Dasar perempuan tidak tahu malu sudah menjadi benalu di rumah tangga orang lain, kini menyalahkanku.“Sebaiknya tutup mulutmu atau aku robek menggunakan tang. Sampah sepertimu tidak pantas menegurku,” jawabku pada Rara.“Kurang ajar kamu, ya! Dasar perempuan tidak tahu diri. Pantas aja Mas Eko lebih memilihku dari pada kamu. Rupanya memang kamu tuh begini tukang hutang dan juga semena-mena pada orang lain!” kata Rara lagi. Dia tidak terima dengan ucapanku.“Yang kurang ajar itu kamu bukan aku. Kalau Mas Eko memilihmu, ya wajar saja karena memang yang namanya pemulung itu mungutnya sampah. Aku tidak masalah dia mau mungut sampah seperti kamu karena barang berharga sepertiku tidak pantas dimiliki oleh pemulung tidak tahu diri seperti Mas Eko,” jawabku lagi.“Mas ... ih, kamu tidak dengar si Lisa sudah merendahkan kita begitu. Kenapa kamu malah diam saja di situ!” seru Rara. Dia meminta pembelaan
Read more
BAB 40. Apa yang diambil?
“Mbok, apa Mas Eko dan keluarganya sudah pulang sejak tadi? Apa mereka juga sudah masuk rumah?” tanyaku pada Mbok yang sedang menyiapkan baju gantiku.“Sudah, Bu. Kira-kira 1 jam yang lalu mereka memaksa masuk. Lagi pula tadi Mbok sedang bermain sama Non Fia di teras depan. Mereka lebih banyak jadi Mbok kalah jumlah. Terus setelah dua orang penagih hutang itu datang mereka ribut di depan karena Pak Eko sempat dihajar oleh dua orang itu dan diseret sampai jalan, Bu,” jelas Mbok.“Oh ... syukurlah itu berarti Mas Eko sudah kena bogeman lebih dulu dari dua orang penagih hutang itu. Oh, ya, Mbak, apa orang banknya meninggalkan berkas untuk aku pelajari terkait penyitaan rumah kita?” Mbok terlihat bingung lalu menggeleng.“Enggak ada, Bu. Orang banknya baik. Ke sininya enggak seperti dua orang itu. Cuman memang mereka minta keterangan di mana Pak Eko berada lalu menyegel rumah ini katanya agar Pak Eko cepat melunasi sangkutannya di bank terus kan, Ibu pesan supaya pihak bank datang lagi. M
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status