All Chapters of Dendam Anak Tiri: Chapter 41 - Chapter 50
317 Chapters
40. Kejadian Pada Dini Hari (2)
"Rista! Rista!" Bagas mencari istrinya. Seluruh ruang di rumahnya sudah dia jelajahi tapi istrinya tak kunjung di temukan. Padahal dia yakin perampok itu tidak membawa istrinya jauh sampai ke luar rumah karena pintu utama rumahnya masih dikunci dari dalam. Pria itu sejak tadi sudah panik setengah mati. "Mmph! Mmph!" Sampai dia mendengar suara di depan kamar tamu. Langkahnya pun terhenti, matanya membelalak. Dan langsung menuju kamar itu dan membuka pintunya. Namun sepertinya kamar itu dikunci dari dalam karena tidak bisa dibuka. "Rista!" Bagas menggedor pintu itu keras-keras. Agar istrinya meresponsnya. "Mmph! Mmph!" Dan suara itu terdengar kian nyaring seolah minta tolong. "Siapa di dalam? Keluarkan istri saya, Biadab?!" Bagas menggedor pintunya keras dengan emosi yang telah mencapai ubun-ubun. Senyap tak ada suara menyahut selain suara istrinya. "Rista, kamu yang sabar, ya? Aku cari kunci serapnya dulu!" Bagas lalu bergegas ke kamarnya untuk mencari kumpulan kunci ruangan di r
Read more
41. Bertemu
Pagi itu sekitar pukul delapan, Alena tengah menyiram tanaman yang ada di halaman kantor dengan teko penyiram tanaman. Di saat yang sama, dia melihat Alyssa yang baru datang ke kantor. Tapi tiba-tiba Alyssa berhenti di halaman kantor, gadis itu merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel. Seperti sebuah intuisi, Alena ingin memperhatikan gadis itu dengan saksama. Sepintas lalu, Alyssa terlihat sangat cantik dan menawan dengan gayanya yang fashionable, menunjukkan kesan kalau hidupnya amat bahagia dan kaya raya. Dan Alena baru menyadari ketika dia tak sengaja mendongak, di lantai kesekian yang terlihat dari sini sedang ada perbaikan. Alena melihat ada tangga lipat besi bertengger di atas pagar balkon lantai itu. Tepat di atas Alyssa yang sedang berdiri, menunduk mengotak-atik ponsel. Perasaan Alena mendadak tak nyaman. Detik berikutnya tangga lipat besi itu terjun ke bawah. Alyssa yang sibuk dengan ponselnya sama sekali tidak menyadari hal itu. Melihat itu, refleks Alena melepas tekony
Read more
42. Pengalaman Mendebarkan
Alyssa telah tiba di kampus. Dan hari ini akan berbeda dari hari-hari biasanya. Karena hari ini adalah hari pertama para mahasiswa kedokteran bertemu dengan guru besar mereka yang biasa disebut cadaver. Rasa deg-degan yang tadi Alyssa rasakan kian meningkat tatkala dia dan teman-teman kelompoknya menunggu giliran di depan Laboratorium Anatomi. Ketika Asisten Dosen mempersilakan kelas Alyssa untuk masuk ke Laboratorium Anatomi, Alyssa beserta teman-teman sekelasnya masuk ke Lab tersebut. Aroma formalin berpadu dengan bau busuk langsung menyengat indera penciuman. Udara di dalam terasa lebih panas dari pada di luar ruangan. Alyssa seketika merasa mual dan menutup indra penciumannya. Pemandangan yang cukup menakjubkan, juga mengerikan menyambut mereka. Tak lain adalah mayat asli yang digunakan untuk praktik. Untuk mengenal secara langsung bagian-bagian tubuh manusia. Mayat tersebut sudah tercacah-cacah, berwarna hitam pekat. Giginya terlihat keropos. Semua berdiri sesuai kelompok masi
Read more
43. Makan di Restoran Mewah
"Iya. Kan tadi gue udah bilang mau ajak lo makan." Alyssa memandanginya, tersenyum. "Lo 'kan keluar pas jam istirahat. Ini pasti jam makan siang lo 'kan?" "Iya, sih. Tapi--" "Udah yuk turun." Tak menghiraukan perkataan Alena, Alyssa membuka pintu mobilnya dan turun dari sana lebih dulu. Sementara Alena masih terdiam di dalam mobil. "Alena cepetan, dong!" Alena bisa melihat Alyssa yang berdiri di depan mobil dan meneriakinya. Suara gadis itu terdengar samar dari dalam mobil yang kedap. Alena pun tersadar dan langsung keluar dari mobil itu. Alyssa memandu Alena masuk ke restoran tersebut. Alena sedikit terbengong kala memasuki gedung Pine Resto yang mewah. Suasananya seperti rumah. Ada lampu-lampu gantung menghiasi langit-langitnya yang berukir. Dindingnya bermotif. Hanya saja ruangan di sini sangat luas dan dipenuhi beberapa set meja dan kursi untuk makan yang berjejer rapi. Di dekat setiap meja terdapat pohon hias hijau yang amat cantik menghiasi. Di setiap meja juga terdapat no
Read more
44. Makan di Restoran Mewah (2)
"Dia masih mahasiswa kedokteran juga. Sama kayak gue," jawab Alyssa. Alena ber'oh' ria. "Sama sama calon dokter, nih. Kampusnya sama juga?" "Iya, Alena." Alena mengangguk-angguk. Dia baru tahu Alyssa punya pacar. "Nanti kapan-kapan gue kenalin deh ke elo. Pacar gue ganteng banget tauk." Alyssa terlihat bangga. "Kira-kira udah berapa lama ya kita nggak ketemu semenjak Nenek Karla meninggal?" tanya Alyssa lagi. "Gue lupa saking lamanya. Yang pasti udah lama banget. Dulu aja waktu terakhir kita ngumpul di rumah Moyang pas Moyang meninggal kita masih SD. Berarti sekitar delapan atau sembilan tahun lalu." "Untung gue masih ingat muka lo." "Muka gue nggak berubah 'kan?" Alena menyengir. Alyssa hanya mencibir. Alena ingat terakhir kali dia masih bisa berkumpul dengan keluarganya waktu Moyang Karla masih hidup. Di tiap tahun menjelang lebaran atau acara lainnya. Karena Moyang Karla satu-satunya keluarganya yang menyayangi ibunya setelah apa yang terjadi. Dan semenjak Moyang Karla
Read more
45. Club Malam
Waktu baru menunjukan pukul sepuluh malam, tapi suasana di diskotik malam itu sudah cukup ramai. Lampu-lampu menyorot penuh warna-warni. Laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian mini berbaur menjadi satu, berjoget ria di bawah suasana remang-remang diiringi musik yang menghentak. "Sa, lo kok tumben ngajak ke sini lagi. Padahal udah lama 'kan kita nggak ke sini? Lo izin apa sama bokap lo?" Suara Cindy terdengar tenggelam timbul ditelan hentakan musik dan suara tawa dari pengunjung lain. Mereka hanya duduk-duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar sambil menikmati minuman yang telah mereka pesan. Alyssa menggeleng setelah meneguk Mocktail pesanannya melalui sedotan dan meletakkan gelas itu di meja. Wajah gadis itu sesekali terlihat berwarna karena sorotan lampu. "Bokap gue jelas nggak tahu lah gue di sini. Yang bener aja. Kalau bokap gue tahu bisa mati gue." "Terus lo nggak izin gitu?" tanya Cindy lagi yang sambil main ponsel, sesekali menyeruput Mocktail. "Lo kayaknya ada
Read more
46. Kerusuhan di Club Malam
"Jangan, dong. Ini pasti cuman ujian kok. Kuliah kedokteran 'kan memang berat. Pokoknya lo nggak boleh nyerah. Lo harus terus lanjutin sampai selesai. Lo pasti bisa kok, Sa." Cindy menyemangati. Alyssa menggeleng. "Gue bingung. Gue sekarang lagi nggak mau mikir. Makanya gue ke sini buat nenangin diri." Alyssa, Cindy, dan Shareen sahabatan sejak SMA. Mereka berkuliah di tempat yang berbeda dengan jurusan yang berbeda pula. Cindy mengambil jurusan hukum, sedangkan Shareen jurusan ekonomi prodi akuntansi, katanya dia ingin meneruskan usaha orang tuanya sebagai Tauke Klontong. Ya, Shareen adalah keturunan chinese. Meskipun berpisah, ketiganya masih bersahabat akrab. Bagi Alyssa tidak ada teman baru yang sepengertian kedua sahabatnya itu. Di kampusnya Alyssa bahkan tidak punya teman dekat. "Eh, lo Alyssa, 'kan, mahasiswi kedokteran di kampus Buana Citra?" Tiba-tiba seorang perempuan berambut pendek menghampiri meja mereka membuat ketiganya terheran. Alyssa memandangi cewek itu. Dia kena
Read more
47. Berkunjung ke Rumah Ayah
Beberapa hari kemudian .... Sepulang dari kantor, Alena langsung mandi sore dan bersiap-siap. Gadis itu sudah rapi mengenakan kaos ketat putih yang ditimpa outer motif bunga-bunga berwarna denim serta celana kain warna senada dengan outer. Sore ini dia akan main-main ke rumah Alyssa seperti yang diminta gadis itu tempo hari. Sebelum pergi Alena termenung duduk di tepi ranjang menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengingat hal-hal yang dia lakukan akhir-akhir ini. Dia mengirim teror ke rumah keluarga Bagaskara, mengikuti Alyssa sampai ke club malam hanya untuk mengetahui gadis itu lebih dalam. Memanfaatkan kebaikan gadis itu untuk balas dendam secara halus seperti yang telah dia rencanakan. Apakah itu berlebihan? Dia rasa tidak. Apakah dia kejam? Bagi Alena apa yang dia lakukan ini belum ada apa-apanya dibanding apa yang sudah Rista lakukan terhadap ibunya dulu. Dan sekarang, rencana terakhirnya adalah ... menghancurkan Alyssa. Karena Alyssa adalah anak satu-satu mereka dan
Read more
48. Bertemu Ayah
"Cari siapa, Neng?" Rupanya satpam penjaga gerbang sudah menyadari kedatangannya. Alena menatap satpam itu di antara terali pagar. "Saya temannya Alyssa di suruh datang ke sini sama Alyssa," jawab Alena. Lagi-lagi gadis itu berbohong. "Oh, temannya Non Alyssa? Tapi Non Alyssa-nya lagi keluar. Mungkin sebentar lagi pulang." "Iya, saya tahu. Dan saya disuruh menunggu di dalam. Bisa bukain pagarnya?" Alena tersenyum. "Siap." Satpam itu pun membuka pagar tinggi menjulang itu perlahan. "Terima kasih, Pak." Alena terus menatap rumah megah itu seiring dengan langkahnya mendekati rumah itu. Berada di dekat rumah sebesar itu membuat Alena merasa kecil. Alena berdecak kagum sekali lagi mengamati rumah itu dari dekat, lebih indah dari kejauhan. Ditambah halamannya yang luas, berlantai keramik sebagian, dan terdapat taman mini di samping kanannya--di taman mini itu ada kursi-kursi yang terbuat dari batang pohon besar, juga ada kolam ikannya yang terdengar berkecipak. Taman itu terasa sejuk d
Read more
49. Keluarga Ayah
Alena mengangguk cepat sebelum Bagas menjawab. Sepersekian detik Alena bisa melihat ketegangan dalam wajah Rista. Wanita itu tampak terkejut dengan kehadirannya. Wanita itu juga terlihat tidak suka dengan kedatangannya, tapi dia berusaha menutupinya dan terlihat baik-baik saja. "Oh, sama siapa kamu ke sini?" Rista bersidekap memperhatikan Alena dari atas sampai bawah. "S-sendiri," jawab Alena singkat. Alena ingin mengatakan kalau dia sudah bertemu Alyssa dan Alyssa yang memintanya datang ke mari, tapi entah kenapa lidahnya mendadak kelu untuk bicara panjang lebar. Berhadapan dengan dua orang dewasa yang selama ini menjadi incarannya membuatnya gugup. "Tahu rumah ini dari mana?" tanya Rista lagi. "Dari Alyssa, Nek," jawab Alena. "Dari Alyssa?" "Iya, kemarin Alyssa--" "Eh, Mami, Papi, lagi ada tamu?" Ketiga orang yang berdiri di teras itu menoleh ke sumber suara. Seorang gadis mengenakan kaos ketat panjang dan celana jins terlihat menaiki tangga sebelum akhirnya mencapai teras.
Read more
PREV
1
...
34567
...
32
DMCA.com Protection Status