All Chapters of Jadi Kuyang: Chapter 11 - Chapter 20
33 Chapters
11. Piyasa
Mayang sudah lebih segar hari ini. Badan lemas dan pusing yang dideritanya sudah sirna. Dalam dua malam berturut-turut ia sudah mendapat Mangsa. Minyak dalam botol sepertinya juga sedikit bertambah. Pantas saja meski digunakan dalam rentang waktu puluhan tahun oleh pemilik sebelumnya, isinya tak habis-habis. Mayang baru tahu, begitu rupanya cara kerja minyak tersebut. Jika Mayang berhasil mendapatkan darah Bayi dan ibu yang melahirkan, maka minyak kuyang tak akan berkurang, tapi malah sebaliknya. Kali ini wanita kuyang itu menatap wajahnya di cermin. Tak ada lagi kerutan yang tersisa. Ia sekilas tersenyum, merasa puas dengan perubahannya sekarang. Walau Mayang tahu, kecantikannya itu nanti tak akan bertahan lebih lama. Ya, setidaknya saat ini wanita tersebut menikmati masa wajah terbaiknya. Sesaat kemudian, Mayang mengalihkan pandangan, mengangkat tas yang sudah ia siapkan dan menyampirkan selendang warna jingga di bahu. Ia harus secepatnya menemukan Edi dan mencari solusi agar ia
Read more
12. Berlututlah!
Seorang lelaki tengah mondar-mandir dengan gelisah di beranda rumah. Berulang kali ia melipat jari-jarinya hingga menimbulkan bunyi berkeretek. Dia khawatir sebab tak biasanya sang istri begitu lama pergi ke pasar.Selain berdecak berulang-ulang, lelaki tersebut juga menghela napas penuh sesal. Istrinya tadi sempat berucap minta ditemani, namun ia dengan alasan yang tak jelas langsung menolak. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada sang istri? Ia tak bisa membayangkannya. Begitu hampir satu setengah jam berlalu dihitung tepat saat istrinya pergi, saat lelaki tersebut memutuskan untuk menyusul, istrinya datang bersama seorang tamu yang mengenakan selendang jingga. Wajahnya menyuratkan kelegaan. Namun, saat tamu yang menyertai istrinya membuka penutup kepala, lelaki itu serta-merta membeliak.Mayang langsung mengenali lelaki yang kini menatapnya sambil melotot itu. Meski begitu, wanita tersebut masih berusaha menahan diri. Mayamg terlihat tenang, ia harus tahu segalanya dengan perlahan, t
Read more
13. Penyalin Ilmu Laknat
"Baru seumur jagung, kak. Ini tahun ketiga pernikahan kami," sahutnya sambil mengelap telapak tangan Mayang yang baret. Benar rupanya, Mayang sudah menduga, ia cuma istri yang dimanfaatkan. Midan sudah dua tahun lebih dulu menikahi Liyah. Tentunya mereka menjalin ikatan dengan perasaan yang sama. Sama-sama mencintai, tak seperti dirinya. Mendadak terbersit rasa iri di benak Mayang. Ia tersenyum miris. Liyah menarik napas dalam dan melepasnya dengan berat, seakan ada beban di dadanya."Kenapa?" tentu saja Mayang penasaran dibuatnya."Sebenarnya kami hampir saja berpisah, Kak. Ada kabar angin mengatakan Bang Dan menikahi janda di kampung seberang. Bahkan, ia sering berminggu-minggu tak pulang. Saat itu aku ingin minta talak saja. Namun, Wawan, teman kerjanya mengatakan kalau Bang Dan diminta pemilik gudang untuk mengurusi kebun rotannya yang ada di sungai Lantabu. Aku sempat berpikir untuk menggagalkan kehamilan yang baru berusia dua bulan waktu itu. Untungnya kebenaran akhirnya terun
Read more
14. Lelaki Tua Berpeci Putih
Sejak pulang dari sungai Lantabu, beberapa minggu ini perilaku Dewi mulai aneh. Ia sering terlihat melamun. Penyendiri dan enggan bergaul. Tak ada lagi kebiasaannya yang sering pulang pergi bermain ke tempat teman sebaya. Bahkna yang lebih parah dari itu, Dewi enggan pergi ke sekolah. Jika tidur, Dewi sering kali mengigau. Ia selalu berteriak memanggil Bapaknya berulang-ulang hingga suaranya serak. Jika dibangunkan, gadia kecil tersebut akan menangis. Wajahnya mendadak pucat manai dan tampak kelelahan.Pagi ini, Nyai memaksa anak gadisnya itu untuk pergi sekolah. Sebab sudah cukup lama ia absen setelah libur caturwulan. Dewi bersikeras menolak. Dan Nyai pun tak kalah keras memaksa anaknya. Wanita itu khawatir putrinya tinggal kelas. "Takut sama apa Wi, sampai tak ingin sekolah. Mau jadi bodoh kamu? Sampai caturwulan satu ini pun, kau belum bisa membaca. Nanti uang saku Mak tambah seratus perak asal kau mau masuk hari ini." Dewi tetap duduk tertunduk dan diam. Ia hanya memainkan ja
Read more
15. Bayi Perempuan dan Takdirnya
Sepekan sudah Mayang menetap di Sungai Piyasa. Bisa dikatakan, ia masih mengandalkan Midan. Lelaki itu, tak seperti yang Mayang Kira, untungnya lelaki itu masih mau menepati janji. Memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebab, mencari pekerjaan tak semudah yang wanita itu bayangkan.Hari-hari Mayang selama seminggu ini hanya ia habiskan untuk merenung dan memikirkan cara untuk menyakiti Midan pelan-pelan. Mayang sudah berjanji, ia tak akan melibatkan Liyah, kecuali perempuan itu melahirkan anak laki-laki. Ah, selain itu. Beberapa hari lalu, Mayang juga meninggalkan tubuhnya tanpa kepala di rumah kontrakan ini. Benar, ia sudah melakukannya sekali. Dan hal itu benar-benar tak bisa Mayang hindari. Beruntungnya, tak ada desas-desus setelah bayi yang didapatkannya kala itu meninggal. Kali ini, saat malam kian larut, Mayang yang berbaring sambil menatap langit-langit kamar, masih tenggelam dalam pikiran-pikiran tak menentu mulai merasakan hal yang paling ia benci. Hal yang sama sekali tak ing
Read more
16. Cemburu
"Izinkan aku mengurus Liyah dan bayinya. Meski ia lebih dulu kau nikahi, aku sudah menganggapnya seperti adik." Pinta Mayang saat Midan mengantarnya pulang menjelang dini hari tadi.Tentu saja ini muslihat Mayang. Ia harus memastikan bahwa anak perempuan dari Midan itu, harus tumbuh dengan baik. Mayang juga harus bisa dengan perlahan mengambil hatinya. Ia tak mau kehilangan kesempatan terakhir ini untuk memindahkan minyak sesat yang membuatnya merasa lebih sakit dari mati. Sebenarnya jika bisa memilih, menatap pun pada istri pertama suaminya tersebut, Mayang tak akan sudi.Tapi, Mayang harus menahan diri. Seperti yang ia lakukan tadi. Mayang terbangun tepat setelah Liyah dan bayinya dibersihkan oleh bidan. Midan yang kebetulan memindahkan tubuh Mayang ke kamar lain, sempat terdengar mengucapkan terima kasih. Namun hal itu tak sedikit pun membuat Mayang goyah dan berubah pikiran. "Ya sudah, aku percaya padamu Yang. Andai saja kau ingin menyakiti pun. Pasti sudah sejak Liyah sendiria
Read more
17. Mayang Tak Berkutik
Kemarin, haji Sabrun yang ingin ditemui Mayang tak berada di rumah. Wanita tersebut hanya menitip pesan pada anaknya untuk datang lagi hari ini. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, Mayang sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah pemilik kontrakan tersebut. Rambut ikal panjang wanita itu sengaja ia gelung lebih tinggi, leher jenjangnya sengaja ia tutupi dengan sehelai selendang biru.Selain itu, hari ini Mayang juga sedikit bersolek, celak hitam ia kenakan pada kelopak dan bagian bawah mata untuk mempertegas garisnya. Lipstik merah tak ketinggalan juga ia poles pada bibir ranumnya. Belakangan, Mayang jarang menggunakan alat rias tersebut, ia terlalu sibuk mengurus pekerjaan rumah serta merawat Liyah dan bayinya. Jadi, ketika kembali berdandan, saat ini ia merasa wajahnya semakin bersinar saja. Terlebih semalam, Mayang usai mendapatkan bayi baru lahir di ujung desa. Tepat saat wanita itu keluar dan hendak mengunci pintu, terdengar suara seorang lelaki mengucap salam. Mayang ta
Read more
18. Wanita Kuyang di Piyasa
Tahun 2007"Kamu benar-benar yakin Wi?" tanya Nyai yang masih ragu dengan keputusan anak gadisnya. Telapak tangannya yang terasa dingin mengelus lembut punggung putrinya yang duduk membelakangi. Dewi yang sedang mengemasi pakaiannya berhenti sejenak, ia berbalik, kemudian bibirnya menyunggingkan senyum dan mengangguk dengan pasti. Ia tak akan berubah pikiran."Dewi sudah memantapkan pilihan Mak," sahutnya sambil menggenggam jemari sang Mamak. Benar. Dua bulan lalu, setelah dapat informasi dari bidan senior di klinik, Dewi mengikuti tes penerimaan di sebuah rumah sakit yang baru selesai dibangun di Sungai Piyasa. Beruntungnya Dewi lulus, tapi, hal itu tak membuat Nyai senang melainkan sebaliknya, ia merasa gamang. Ia sangat khawatir membiarkan Dewi pergi ke seberang sendirian. Jika Dewi bekerja di rumah sakit, anaknya itu juga harus menetap di Sungai Piyasa sana. Bukan. Bukan saja khawatir sebab akan berpisah dengan putrinya itu, hanya saja Nyai merasa sangat takut, bagaimana jika p
Read more
19. Tak Mau Terlepas Sebelum Terbalas
Usia Mayang sudah genap 66 tahun saat ini. Namun, berkat ilmu dari minyak kuyang yang masih rutin ia gunakan, wajahnya tetap kencang berseri. Tubuhnya segar bugar. Tak tampak sama sekali jika ia wanita yang sudah berumur. Meski masih sering dimanfaatkan Midan untuk membantu pekerjaan Liyah di rumah. Bahkan kadang-kadang menemani Ningsih saat suami istri itu pergi, Mayang bersyukur sampai saat ini rahasianya sebagai wanita kuyang masih tersimpan rapat. Belakangan, ia juga semakin mempercantik diri mengikuti mode yang sedang tren di kalangan anak muda, rambut hitamnya ia ubah menjadi blonde. Ia juga belajar memoles wajah dengan make up sederhana yang membuatnya semakin menarik. Meski sebenarnya sudah banyak orang yang membicarakan hal yang tak wajar tentang Mayang. Namun, wanita tersebut tetap bersikap masa bodoh selama tak ada yang mengungkit tentang minyak kuyang. Ilmu hitam. Atau wanita iblis. Pernah suatu kali, saat di pasar, kartu tanda penduduk milik Mayang terjatuh saat ia men
Read more
20. Secangkir Kopi, Hujan dan Jodoh
Dewi masih syok mengingat kejadian yang belum lama ini dialaminya. Dulu, waktu masih kecil, ia juga mengalami hal sama. Melihat kuyang yang terbang tak jauh dari tempatnya buang air besar. Kejadian dulu saja cukup mengerikan, apa lagi yang baru saja terjadi, makhluk legenda yang sering diceritakan orang-orang sejak zaman dulu itu, tepat berada di depan matanya sendiri. Jika mengingatnya, Dewi mendadak merasa mual. Padahal selama jadi bidan, ia tak pernah merasa jijik sekali pun melihat darah. Tapi, melihat isi perut kuyang yang menjurai tadi, ia bergidik. Dewi menghela napas, berusaha menepis ingatan mengerikan yang terus membayanginya. Malam sudah semakin larut saat ini. Mata Dewi juga mulai sepat. Saat duduk di ruang jaga tadi pun, kepalanya sempat terangguk-angguk menahan kantuk. untuk mengakali agar tak tertidur saat dinas begini, ia berjalan-jalan. Menyusuri lorong yang sepi sambil menguap sesekali. Kali ini, gadis itu menengok ke langit yang sesaat menjadi terang. Kilat seka
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status