15. Bayi Perempuan dan Takdirnya
Sepekan sudah Mayang menetap di Sungai Piyasa. Bisa dikatakan, ia masih mengandalkan Midan. Lelaki itu, tak seperti yang Mayang Kira, untungnya lelaki itu masih mau menepati janji. Memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebab, mencari pekerjaan tak semudah yang wanita itu bayangkan.Hari-hari Mayang selama seminggu ini hanya ia habiskan untuk merenung dan memikirkan cara untuk menyakiti Midan pelan-pelan. Mayang sudah berjanji, ia tak akan melibatkan Liyah, kecuali perempuan itu melahirkan anak laki-laki. Ah, selain itu. Beberapa hari lalu, Mayang juga meninggalkan tubuhnya tanpa kepala di rumah kontrakan ini. Benar, ia sudah melakukannya sekali. Dan hal itu benar-benar tak bisa Mayang hindari. Beruntungnya, tak ada desas-desus setelah bayi yang didapatkannya kala itu meninggal. Kali ini, saat malam kian larut, Mayang yang berbaring sambil menatap langit-langit kamar, masih tenggelam dalam pikiran-pikiran tak menentu mulai merasakan hal yang paling ia benci. Hal yang sama sekali tak ing
Read more