All Chapters of Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Chapter 21 - Chapter 30
137 Chapters
Bab 21
"Sudah, Mbak diam dulu! Nanti juga Mbak bakal tau kok, apa yang aku kasih sama mereka." Lusi berbisik kepadaku."Oh, baiklah," sahutku.Aku pun menuruti perkataan Lusi, aku hanya diam dan melihat reaksi emak-emak, yang sedang melihat sesuatu di handphonenya Lusi. Sebenarnya aku juga benar-benar penasaran, dengan apa yang dimaksud Lusi ini. Tapi aku berusaha memendam dulu, mungkin nanti Lusi akan menjelaskannya."Marni, jadi kamu itu membohongi kami ya?" tanya Bu Asmi, sambil melipat tangan di dadanya."Apa maksud, Bu Asmi?" Marni bertanya balik."Tuh, kamu lihat sendiri! Kemudian kamu jelaskan sama kami, ini maksudnya apa?"tanya Bu Asmi."Bu Nuri berikan handphonenya kepada Marni, biar dia melihatnya kemudian dia harus menjelaskannya!" Bu Asmi menyuruh Bu Nuri untuk menyerahkan handphone Lusi kepada Marni.Marni pun menerima handphone tersebut, yang disodorkan oleh Bu Nuri. Kemudian dia pun melihat ke arah handphone Lusi, ia menonton apa yang dilihat Bu Asmi, serta Ibu-ibu yang lain.
Read more
Bab 22
Setelah itu, semua Ibu-ibu yang berjumlah lima orang tersebut langsung pergi dari hadapan kami. Mereka semua pasti segan, dengan ancaman Bu Asri yang akan membawa suaminya, jika mereka tidak segera pergi dari kontrakan miliknya itu.Setelah kepergian Ibu- Ibu gemuk Marni tersebut, aku dan Lusi pun masuk ke rumah kami masing-masing. Begitu juga dengan Bu Asri, ia pun pulang karena kebetulan sudah waktunya shalat dzuhur.***"Mas, kamu tahu nggak, kalau tadi aku di labrak sama Ibu-ibu, yang suka nongkrong di warungnya Bu Ami?" Aku bertanya kepada Mas Romi, tentang kejadian yang memintaku tadi siang. "Memangnya kenapa, Dek? Mereka melabrak kamu?" tanya balik Mas Romi.Mas Romi jiga sepertinya heran, kenapa aku bisa sampai di landak oleh Ibu-ibu. Kebetulan saat ini kami sudah berada di kamar, sebab seperti biasanya setiap malam dan sebelum kami tidur. Kami selalu membahas tentang kejadian seharian yang kamu alami. "Biasa, Mas, gara-gara mulutnya si Marni." Aku memberitahu Mas Romi, ke
Read more
Bab 23
Rupanya Mas Rendi, tadi siang pulang dulu ke rumah Ibunya, hanya untuk meminta bantuan kepada Ibu dan Kakaknya. Tetapi kenyataannya, Mas Romi sama sekali tidak mengatakan niatnya kepada mereka. Karena ia mendapatiku, sedang diperlakukan sewenang-wenang oleh keluarganya."Mas, apa boleh Mira meminta alamat rumahnya?" tanyaku."Untuk apa, Dek?" Mas Romi bertanya balik kepadaku."Mas, tadi Rani bicara padaku, kalau dia sedang mencari rumah buat investasi. Bagaimana, kalau kita memberitau Rani saja, supaya ia yang membeli rumahnya? Sayang 'kan Mas, kalau rumahnya sampai diambil orang lain?" Aku memberitahu Mas Romi, tentang alasanku meminta alamat rumah, yang akan di jual tersebut.Aku sengaja membawa nama Rani untuk meminta alamat tersebut, sebab kalau aku meminta secara langsung, Mas Romi pasti akan banyak tanya kepadaku. Sedangkan aku belum mau memberitahu Mas Romi, kalau akulah yang ingin melihat rumah tersebut. Jika rumahnya sesuai dengan keinginanku, aku akan segera membelinya. Aku
Read more
Bab 24
Mereka berdua menyeberangi jalan, kemudian masuk ke sebuah mini market. Setelah kepergian mertua serta iparku, ada angkot datang dan aku pun segera menyetopkan angkot tersebut. Aku lalu masuk ke dalam angkot tersebut, kemudian mobil angkotnya kembali melaju.Aku pun kini telah menduduki bangku, yang ada di mobil angkot tersebut. Menetukan myatannyactidak terlalu penuh, jadi masih leluasa buatku. Setelah sampai persimpangan jalan yang menuju rumahku, aku menghentikan laju angkot tersebut. Aku turun dari mobil angkot tersebut, kemudian aku berjalan kaki menuju rumah kontrakanku. Sesampainya di depan rumah kontrakanku, aku segera membuka kunci pintu dan segera masuk ke dalamnya. Aku beristirahat sejenak, sebelum melakukan aktivitas seperti memasak dan lain sebagainya. Sebab aku belum menyiapkan makan siang buat keluargaku.*****"Dek, bagaimana dengan Rani? Jadi nggak dia membeli rumahnya?" tanya Mas Romi, saat dia beristirahat seusai pulang kerja."Jadi, Mas. Bahkan minggu depan transa
Read more
Bab 25
"Terserah aku dong, Mbak, kalau aku mau ngapain juga! Bibir-bibir aku, yang bercerita juga aku," sahut MarniIa seenak udelnya saja menjawab, sepertinya Marni sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya sama aku. Mungkin juga hati si Marni ini telah tertutup, oleh sifat iri dan dengkinya terhadapku. "Iya, Marni, memang yang bicara itu mulut kamu. Tapi yang dibicarakan sama kamu itu tentang aku, mending kalau kamu bicara semua itu, tentang aku itu hal yang nyata. Kebanyakan yang kamu omongin itu, hanya fitnahan untukku. Makanya aku minta sama kamu, kamu nggak perlu lagi kepo sama kehidupanku." Aku kembali menegaskan kepada Marni, kalau setiap kali dia bicara tentangku, ia selalu saja menyakiti hatiku."Alah, Mbak Mira. Bicaramu seperti orang yang tidak pernah ngomongin orang saja, sampai berani menasehatiku seperti itu." Marni tidak terima, saat aku minta supaya dia jangan mengganggu kehidupanku.Marni rupanya tersinggung, dengan ucapanku kalau dirinya suka seka
Read more
Bab 26
Aku menceritakan tentang rumah kamu yang telah aku beli, tetapi aku mengaku kalau Rani yang membelinya dan dia juga menyuruh kami untuk menempatinya."Kamu beneran, Dek. Kalau Rani menyuruh kita untuk menempati rumahnya, yang baru dia beli tanpa harus membayar sewa?" Mas Romi bertanya balik, sepertinya ia tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan."Iya bener, Mas. Rani menyuruh kita untuk menempati rumah barunya. Bagaimana, Mas mau atau tidak?" Aku bertanya lagi untuk memastikan Mas Romi mau atau tidak. "Mas pastinya setuju dong, Dek. Mas malah bersyukur banget, kamu berteman sama Rani. Sudah orangnya baik, dia juga tidak pelit sama kita." Mas Romi memuji kebaikan Rani.Memang pada dasarnya, Rani dan keluarganya adalah orang baik. Selama aku berteman dengan Rani, baik Rani maupun keluarganya memang selalu royal kepadaku. Aku dan Rani berteman sejak kami duduk di bangku SMA sampai sekarang. Ternyata, kami pun memiliki jodoh dari daerah yang sama pula, cuma berbeda kecamatan saja."Iy
Read more
Bab 27
"Iya, Bu Ratmi. Mbak Mira itu, kalau kerja lelet banget," sahut Marni menimpali ucapan Ibu mertuaku.Mereka berdua melewatiku begitu saja, bahkan Bu Ratmi sepertinya sengaja menabrakku, padahal aku berada di pinggir pintu. Marni pun mengekor dari belakang, bagaikan seorang ajudannya Bu Ratmi."Iya maafin Mira ya, Bu. Karena, tadi Mira sedang sibuk beres-beres, Bu." Aku meminta maaf kepada mertuaku karena telat membukakan pintu untuknya.'Lagian juga buat apa mereka berdua datang? Disaat aku sedang sibuk begini, kalau hanya untuk membuat kerusuhan lebih baik jangan.' Aku bergumam dalam hati, mengomentari kedatangan kedua mahluk tuhan yang selalu membuat keributan denganku.Aku juga nggak sengaja telat membukakan pintu, sebab aku tidak menyangka kalau ternyata mertuaku yang datang. Aku pikir yang datang itu orang lain, soalnya tadi mertuaku tidak mengucapkan salam terlebih dulu, pada saat dia datang ke rumahku. Tetapi, ia hanya mengetuk pintu dengan begitu kencang. Salah siapa coba ti
Read more
Bab 28
Dia tidak percaya, jika aku membeli semuanya itu memakai uangku. Karena Bu Ratmi berpikir kalau aku tidak bekerja, jadi tidak mungkin aku mempunyai uang sendiri. Ia berpikir, jika uang yang aku punya bukanlah uang hasil kerjaku, tetapi uang dari nafkah yang diberikan Mas Romi untukku."Bu, asal Ibu tau ya, jika selama ini aku juga membantu Mas Romi mencari uang. Cuma bedanya, aku mencari uang lewat online. Aku tidak seperti orang-orang, yang bekerja berangkat pagi pulang sore. Aku memang kelihatan diam saja di rumah, tetapi aku bisa menghasilkan rupiah, Bu. Bahkan saat Ibu bilang, kalau aku hanya bisa ongkang kaki sambil main handphone. Itu semuanya tidak benar, Bu. Sebab, dari sanalah aku mendapatkan rezeki, buat menutupi kekurangan ekonomi keluargaku. Jadi Ibu harus paham itu," ungkapku."Kamu itu memang pintar sekali berbohong, Mira. Tetapi sayang, aku tidak percaya dengan ucapanmu. Karena bagiku, yang namanya mencari uang itu ya dengan bekerja, bukannya mainin handphone seperti k
Read more
Bab 29
Aku menjelaskan semua yang terjadi kepada Bu Nuri, supaya dia tidak terus menyalahkanku atas kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Aku bosan harus terus disalahkan dan dipojokkan, mulai sekarang aku akan melawan siapapun orangnya yang berbuat semena-mena kepadaku. Akan aku buktikan kepada mereka, siapa Mira sekarang."Kamu sekarang sudah berani melawan ya, Mira. Kamu nggak sadar siapa aku, aku ini lebih tua dari kamu. Kamu kalau bicara itu yang lemah lembut, jangan ngegas begitu!" Bu Nuri memprotesku, sebab menurutnya pembelaanku ini adalah melawan baginya."Kalau anda sopan, aku juga pasti segan," sahutku, sambil berlalu pergi meninggalkannya.Aku biarkan dia terus berteriak dan memakiku, bahkan mengatakan aku kurang ajar sekalipun, aku tidak peduli dan tidak mau meladeninya lagi. Lebih baik aku berkemas, supaya aku cepat pindah dari tempat yang seperti penjara buatku ini.*****"Mas, semuanya sudah selesai 'kan?" tanyaku. Aku bertanya kepada Mas Romi, yang sedang mengangkat barang
Read more
Bab 30
"Mas, siapa? Sepertinya kalian sudah saling mengenal?" tanyaku."Iya, Mbak. Kami sudah saling mengenal, bahkan bukan hanya kenal, tapi kami hampir saja menikah. Sebab aku adalah orang, yang dijodohkan oleh Ibunya Mas Romi. Sebelum Mas Romi menikah dengan Mbak. Tapi sayang perjodohan itu tidak berlanjut, sebab Mas Romi malah memilih Mbak untuk dijadikan istrinya." Delisa menjelaskan dengan gamblang, tanpa ada yang ditutupi olehnya. Rupanya benar, kalau perempuan itu adalah Delisa, orang yang akan dijodohkan dengan suamiku oleh mertuaku. Ternyata apa yang dikatakan Bu Ratmi tentang Delisa adalah benar. Dia itu perempuan berparas cantik, tinggi dan memiliki bodi goal. Tapi kenapa Mas Romi menolaknya? Bahkan ia malah memilihku, yang sudah jelas tidak ada apa-apanya, jika dibandingkan dengan Delisa. Balik lagi, mungkin semua ini adalah takdir Allah, yang membuat kami bersatu. Bahkan kehidupan rumah tanggaku sudah bertahan, lebih dari enam belas tahun. Menurutku kami sudah menjalani perj
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status