Semua Bab Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Bab 51 - Bab 60
137 Bab
bab 51
Mungkin Bu Ratmi sedih, sebab selama ini dia selalu salah mengira tentangku. Sehingga dia selalu berbuat kurang menyenangkan terhadapku. Tapi kini semuanya telah terbukti dengan sendirinya, aku tidak perlu mengungkapkan kalau aku anak orang kaya, tidak perlu juga aku memamerkan kekayaan keluargaku. "Sudah, Bu, yang sudah berlalu biarlah berlalu. Ibu jangan terlalu banyak pikiran, pokoknya Ibu tinggal memfokuskan diri untuk kesehatan Ibu sendiri. Aku akan selalu menyayangi dan menghormati Ibu, walaupun kini Ibu tau, kalau aku bukanlah anak orang susah." Aku menasehati mertuaku, supaya dia jangan terlalu banyak pikiran."Mira, padinya mau kamu taruh di mana? Supaya Paman sekalian menyimpannya," tanya Paman Ali."Ke gudang saja, Paman. Itu tempatnya yang ada di belakang toko, Paman. Membawa padinya pakai troli saja, biar nggak cape ya, Paman." Aku menunjuk gudang, sambil memberi saran supaya membawa padinya menggunakan troli, yang biasa dipakai membawa karungan terigu, atau bahan kue y
Baca selengkapnya
Bab 52
"Kamu bagi rata ya sama yang lain, itung-itung uang tips untuk kalian." Aku menyahut ucapan Lusi."Terima kasih ya, Mbak. Mbak memang the best," ucapnya.Setelah itu, Lusi pun kembali ke toko kue. Aku pun kemudian membagikan kresek, yang berisi kue tersebut kepada Paman Ali dan juga Bang Andi."Paman, Bang Andi, ini ada sedikit oleh-oleh untuk keluarga di kampung." Aku memberikan Paman Ali dan Bang Andi, masing- masing satu kresek berisi kue. "Terima kasih, Mira. Kamu ini segala macam saja di berikan, sudah uangnya sekarang kuenya. Semoga usahamu makin maju dan sukses." Mang Ali menerima kresek, sambil mendoakanku."Iya, Mbak, terima kasih. Semoga Mbak tetap lancar usahanya," timpal Bang Andi.Paman Ali dan Bang Andi, menerima kue dariku dengan wajah yang berseri. Menandakan kalau mereka begitu senang, saat menerima pemberian dariku itu."Paman, aku nitip ini buat Ibu dan Bapak Mira ya. Tolong sampaikan sekalian dengan amplopnya," pintaku, sambil menyerahkan kresek beserta amplop ke
Baca selengkapnya
Bab 53
"Iya, Rani, terima kasih ya. Kamu memang temanku, yang selalu mau membantuku saat aku dalam kesulitan." Aku berterima kasih kepada Rani sahabatku.Setelah itu kami pun berganti topik pembicaraan, membahas tentang usaha yang dijalani. Karena aku juga masih bergabung, dengan bisnis butik Rani. Selesai membahas semuanya, aku pun pamit karena hari telah menjelang sore hari. Mas Romi pun telah menjemputku, dengan mobil angkotnya."Ran, aku pulang dulu ya, tuh suami aku sudah datang menjemput. Nanti kita kabar-kabari ya, kalau Mas Rakanya sudah pulang dari luar kota." Aku pamit kepada Rani, sambil berdiri dan bersalaman dengannya."Iya, Mir, entar malam insya Allah suamiku datang kok. Paling besok aku Kabarin kamu ya," sahut Rani, sambil menyambut tanganku, kemudian kami cipika-cipiki.Aku pun berlalu dari rumah Rani menuju halaman rumah, Rani pun mengekoriku dari belakang untuk mengantarku hingga teras depan rumahnya. Aku pun segera menuju mobil suamiku yang terparkir di halaman rumah Rani
Baca selengkapnya
Bab 54
"Di jalan Lus, saat kami akan pulang barusan. Dia Mbak lihar sedang duduk, di depan sebuah toko yang telah tutup. Ya sudah, Mbak masuk dulu ya! Kalian lanjutkan saja kerjaannya ya," sahutku.Setelah itu, aku pun masuk ke dalam menyusul Mas Romi dan juga Marni. Pas masuk rumah, Marni sedang bersimpuh di hadapan Bu Ratmi. Dia menangis meminta maaf kepada Ibu mertuaku. Sedangkan Bu Ratmi membuang muka, saat Marni sedang meminta maaf kepadanya sambil bersimpuh."Bu Ratmi, maafin Marni ya, Bu. Marni tidak tahu jika kejadian waktu itu, malah membuat Ibu seperti ini." Marni terus bicara, ia meminta maaf kepada Bu Ratmi, tetapi ucapan permintaan maaf Marni, sama tidak di respon oleh mertuaku itu."Bu, orang yang meminta maaf sebaiknya Ibu maafin. Orang yang memaafkan lebih baik lho, Bu." Aku memberi saran kepada mertuaku, supaya ia mau memaafkan Marni.Karena sebaik-baiknya orang, adalah orang yang mau memaafkan kesalahan saudaranya. Toh mau diapakan juga kejadian tidak dapat diulang. Mungki
Baca selengkapnya
Bab 55
Pov MarniAku hidup sebatang kara, orang tuaku meninggal saat aku masih duduk di kelas tiga SMA. Aku terlahir dari keluarga berada, aku selalu dimanja oleh kedua orang tuaku. Kekayaan Ayahku di mana-mana, sebab dia memiliki sebuah bisnis yang sangat menjanjikan. Namun, aku pun tidak tahu bisnisnya apa, yang pasti aku hidup berkecukupan, serta bergelimang harta.Aku hidup sesukaku, tidak ada orang yang mau mengusikku. Karena mereka segan, dengan kekuasaan yang dimiliki oleh orang tuaku. Tidak ada satu orang pun yang meremehkanku, baik di lingkungan sekolah ataupun rumah tempat tinggalku.Bahkan aku di anggap ratu di mana pun aku berada, aku suka sekali menindas orang yang levelnya rendah jika dibanding aku. Aku suka sekali membuat orang lain sengsara akibat perbuatanku.Sampai suatu ketika, Ayahku ditangkap oleh pihak yang berwajib, sebab Ayah memiliki bisnis terlarang seperti judi dan pembuatan obat-obatan terlarang. Ayah juga sebagai otak pencucian uang dari sebuah bisnis, yang ti
Baca selengkapnya
Bab 56
"Lagian nggak mungkin juga, kalau kamu mampu mengimbangi keluarga kami, iya 'kan Mbak Dewi?" tanya Mbak Marsya, kepada Mbak Dewi."Ya iyalah Marsya, mana mungkin si Mira itu mampu menyaingi kita. Dia cuma punya penghasilan dari toko kue sekecil ini, sama dari hasil suaminya yang hanya sopir angkot. Berapa sih penghasilannya? Sedangkan kita sudah jelas, gaji kita sama suami hampir dua puluh juta. Belum lagi, kalau kita dapat bonus dari kantor bisa lebih dari satu bulan gaji 'kan. Pokoknya nggak sepadan deh sama penghasilan mereka," sahut Mbak Dewi menyepelekan penghasilanku.Padahal, kalau harus sombong penghasilan ku lebih besar, jika dibandingkan dengan gaji mereka, yang katanya dua puluh juta untuk dua orang. Penghasilanku pun kalau ditotal lebih dari lima puluh juta perbulan. Penghasilanku terdiri dari toko online, hasil karyaku bikin novel, dari toko kue, hasil kebun dan juga dari penghasilan angkot. Semuanya satu bulan lebih dari lima puluh juta. Lagian aku terkadang aneh kepada
Baca selengkapnya
Bab 57
"Bu, sudah ya. Ibu nggak usah sedih lagi, walaupun rumah Ibu sudah terjual, tapi Ibu masih bisa menempatinya kok. Karena Mira yang membelinya, bukan orang lain. Jadi Ibu tetap bisa tinggal di rumah itu semau Ibu. Sudah ya, Bu, Ibu jangan menangis lagi," pintaku kepada Bu Ratmi."Iya, Mira. Ibu hanya tidak menyangka, seorang menantu yang selama ini Ibu benci. Ibu umbar kejelekannya kepada semua orang, justru kamu yang menyelamatkan, serta merawat Ibu dikala sakit. Sedangkan anak sama menantu Ibu, yang selalu Ibu banggakan nggak ada pedulinya sama Ibu. Bahkan mereka hanya ingin memoroti harta, serta tenaga Ibu, dikala Ibu masih sehat dulu. Ibu sedih, Mira. Ibu begitu berdosa kepadamu, Nak," ungkap Bu Ratmi. Ia berkata dengan lirih, mengungkapkan rasa penyesalannya."Sudah ya, Bu. Ibu tidak perlu mengingat masa-masa kebelakang, justru Ibu harus menatap masa depan yang lebih baik. Jadikan semua yang telah terjadi itu, sebagai sebuah pelajaran berharga di dalam hidup kita. Semua itu janga
Baca selengkapnya
Bab 58
"Bu, Ibu jangan bicara seperti itu ya? Ucapan itu adalah Doa, lho Bu. Aku takut, kalau nanti ucapan Ibu akan mejadi kenyataan. Lebih baik Ibu beristigfar, ya Bu," pintakuAku menyuruh mertuaku untuk beristigfar, serta mengingatkan, jika ucapannya itu tidak baik dan takut menjadi kenyataan. Karena biar bagaimana pun, mereka adalah anak sama menantunya mereka adalah orang-orang, yang dulu pernah beliau sayangi. Aku merasa kasihan, jika suatu saat nanti ia akan menyesali ucapannya tersebut. Maka dari itu aku memberi wejangan kepada mertuaku, supaya ia tidak menyesalinya dikemudian hari."Alah sok bijak sekali kamu itu, Mira. Lagian kami nggak peduli juga, dengan semua ucapan Ibu tadi. Yang penting sekarang ini adalah uang, uang dan uang. Karena dengan adanya uang, kami akan tetap dihormati oleh banyak orang. Sebab kalau kita nggak punya uang, ya pastinya kami akan seperti kamu dulu, yang nggak pernah dianggap. Bukankah dulu juga kamu nggak pernah dianggap sama Ibu, ketika dulu kamu bel
Baca selengkapnya
Bab 59
"Ya ampun, Mira, kamu memang kelewat baik jadi orang. Makanya, mereka selalu menginjak-injak kamu, sebab kamu nya seperti ini." Bu Ratmi ikut mengomentari perbuatan kedua menantunya.Tapi biarlah, sebab aku juga tidak akan membalas, aras apa yang telah orang lain lakukan kepadaku. Karena menurutku percuma, jika aku membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan pula. Karena yang ada, kita sama saja seperti mereka, seperti orang-orang yang jahat. Aku juga bukannya mau rugi materi, tapi aku juga tidak mau membalas perbuatan mereka, biar aku serahkan saja semuanya sama Allah."Iya, Bu, nggak apa-apa kok. Ya sudah, Lusi, biar nanti Mbak Mira yang bayar ya. Hitung saja semuanya," perintahku."Baik, Mbak, kalau begitu aku permisi ya. Aku mau kembali ke toko," pamit Lusi."Iya, silahkan," sahutku.Setelah itu Lusi pun kembali ke toko, sedangkan kami berlanjut untuk makan siang dulu. Aku mengajak semua yang masih hadir untuk makan siang bersama, sebab makanannya sudah siap tersedia di atas m
Baca selengkapnya
Bab 60
Pov Bu RatmiAku seorang Ibu dari tiga orang putra, yaitu Rendi, Reyhan dan si bungsu Romi. Aku mengurus dan merawat mereka bertiga dengan penuh kasih sayang. Aku hidup dari kecil serba berkecukupan, sebab orang tuaku orang yang berada, serta mempunyai suami yang sudah mapan pula. Tanah dan sawah milikku ada di mana-mana. Sehingga selama ini, aku tidak pernah merasakan kekurangan ekonomi seperti orang lain.Tidak jarang pula, aku menghina orang yang derajatnya berada di bawahku. Hingga mereka menitikan air mata karena mungkin merasa sakit hati atas ulahku kepadanya.Namun, pada saat sedang banyak-banyaknya mengeluarkan biaya, sebab anakku Rendi d sedang kuliah semester tiga, Reyhan sekolah SMA kelas tiga, serta si bungsu Romi duduk di kelas satu tiga SMP. Pada saat itu, keluargaku menglami kemalangan, Ayah mereka yaitu suamiku meninggal dunia karena kecelakaan. Duniaku terasa seakan hancur saat itu, mendapat berita kalau suami yang sangat aku cintai telah tiada. Menurut cerita oran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status