All Chapters of Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Chapter 41 - Chapter 50
137 Chapters
Bab 41
"Apa, Bu Ami? Ibu jatuh dan sekarang berada di rumah sakit? Terus bagaimana keadaannya sekarang," tanyaku.Aku merasa kaget, sebab mendapat kabar yang begitu mendadak. Aku juga merasa tidak percaya, dengan apa yang aku dengar. Baru saja kemarin aku bermaaf-maafan dengan mertuaku itu, kini malah harus mendengar berita, jika beliau masuk rumah sakit, bahkan katanya ia sudah tidak sadarkan diri. Aku merasa takut, jika sesuatu yang buruk akan menimpa mertuaku itu"Iya, Mira. Kamu segera datang ya, Mira. Assalamualaikum," ucap Bu Ami mengakhiri percakapan kami."Iya, Bu. Waalaikumsalam," sahutku.Aku pun langsung memberitahu Mas Romi, keadaan Ibunya saat ini. Setelah itu aku pun segera berganti pakaian dan mengambil tas serta segera berangkat menuju Rumah Sakit menggunakan motor maticku untuk melihat keadaan Bu Ratmi. Aku memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sedang begitu ramainya.Sesampainya di halaman Rumah Sakit, aku segera memarkirkan motorku . Kemudian aku berja
Read more
Bab 42
Iya, Bu. Mira memaafkan kalian kok, tapi Marni kemana Bu-Ibu? Apa dia tidak ikut mengantarkan Ibu? Padahal, dia yang sudah membuat Ibu sampai jatuh, hingga akhirnya mengalami stroke." Aku memaafkan mereka, serta menanyakan keberadaan Marni."Marni tidak ikut ke sini, Mira. Tadi setelah tau Bu Ratmi jatuh, ia pergi entah kemana. Mungkin ia takut, jika harus dimintai pertanggung jawaban atas kecelakaan itu. Terutama dia takut, jika kejadian itu dirinya akan berurusan dengan polisi." Bu Ami memberitahuku kemana Marni."Ternyata, Marni itu mulutnya aja ya yang gede, tapi nyalinya ciut. Memang dasar Marni itu seorang pecundang," sahutku. Aku mengatai Mirna seorang pecundang, sebab memang kenyataannya seperti itu. Dia hanya beraninya keroyokan, tetapi jika seorang diri jiwanya melempem. Seperti yang selama ini dia lakukan padaku, dia akan koar-koar saat di depan orang banyak. Tetapi saat sendirian dia akan ciut, seperti kertas yang terkena air."Baiklah Bu-Ibu, saya akan menemui Marni dul
Read more
Bab 43
"Iya, Mbak. Tadi Mbak Marni pergi buru-buru gitu. Aku juga tidak tau mau kemana dia tuh? Dia pergi membawa koper besar banget, seperti yang mau pergi berbulan-bulan." Mery menjawab pertanyaanku."Kira-kira mau pergi ke mana ya, si Marni itu, Sudah berbuat kesalahan, tapi dia tidak mau bertanggung jawab, malah maen pergi begitu saja. Dia pikir dengan pergi, dia akan terlepas begitu saja dari masalah yang diperbuatnya? Yang pastinya, jawabannya itu tidak. Justru malah dia akan terus dihantui rasa ketakutan karena merasa bersalah." Aku mengumpat kepergian Marni, yang entah pergi ke mana.Karena aku tidak mendapatkan hasil apa yang aku cari. Aku segera kembali ke Rumah sakit, sebab juga tidak tahu aku mau mencari Marni kemana? Aku pamitan kepada Mery dan juga Bu Asri, kemudian aku segera pergi membawa motor natic-ku, meluncur membelah jalan kota. Aku kembali menuju rumah sakit, tempat Bu Ratmi berada.*****"Dek, alhamdulillah kamu sudah kembali. Bagaimana? apa si Marninya ada,"tanya Ma
Read more
Bab 44
"Ya sudah, Kak, kalau memang Kak Rendi sedang sibuk dan tidak bisa pulang. Tapi Kakak bisa 'kan kirim uang buat biaya Ibu? Kita patungan buat biaya berobat Ibu," pinta Mas Romi."Aduh gimana ya, Rom. Justru untuk saat ini Mas juga belum bisa mengirimkan uang buat biaya berobat Ibu, Mas lagi nggak ada uang. Mas baru membeli mobil baru untuk Dewi, jadi keadaan uang Mas saat ini sedang menipis. Ini juga belum tau cukup atau tidak buat sebulan kedepan," sahut Kak Rendi. Ia juga beralasan, kalau dia tidak dapat membantu biaya pengobatan Ibunya. Kak Rendi tidak dapat memberikan uang sedikitpun, dengan alasan telah membeli mobil baru untuk istrinya. Aku merasa heran kepada Kakak suamiku itu, masa iya sih dia mampu beli mobil, tapi mampu memberi buat biaya berobat Ibunya. Aku juga merasa janggal dengan alasan Kak Rendi, yang tidak dapat pulang karena alasan kesibukannya. Masa iya sih, nggak bisa cuti sehari atau dua hari saja untuk nengokin Ibunya yang sakit. Menurutku dua alasan itu tidak
Read more
Bab 45
"Ibu tenang saja, nggak usah memikirkan masalah biaya, lebih baik Ibu fokus sama kesehatan Ibu sekarang, supaya Ibu cepet sembuh. Biar masalah kekurangan biaya, nanti Mira yang akan tanggung," timbrung.Aku menasehati mertuaku, supaya jangan terlalu banyak pikiran. Apalagi mikirin biaya rumah sakit tersebut."Mi-ra, ma-af-kan I-bu ya Nak! I-bu se-la-ma i-ni se-la-lu ja-hat sa-ma ka-mu," ucap Bu Ratmi meminta maaf sambil menangis"Iya, Bu, nggak apa kok itu masa lalu. Ibu nggak usah mikirin yang bukan-bukan sekarang. Ibu hanya perlu semangat untuk bisa sembuh, itu saja tugas Ibu sekarang." Aku menenangkan Bu Ratmi, supaya ia tidak banyak pikiran."Bu, cepet sembuh ya, Bu. Aku tidak mau melihat Ibu sakit seperti ini. Ibu kini tau 'kan, bahkan Ibu bisa merasakan sendiri? Kalau ternyata menantu yang selalu Ibu hina dan Ibu siksa batinnya ini. Justru dialah yang selalu membela dan membantu Ibu selama ini. Jadi aku harap setelah kejadian ini, Ibu benar-benar harus dapat menerima Mira apa
Read more
Bab 46
"Bu, ini bukti pembayarannya. Terima kasih, Ibu sudah melunasi biaya pengobatannya Bu Ratmi," ucap Petugas kasir Rumah Sakit, sambil menyerahkan kwitansi pelunasan biaya pengobatan mertuaku."Iya, sama sama," sahutku. Kemudian, kwitansinya aku masukan ke dalam tas, beserta obat yang barusan sekalian aku tebus. Setelah itu aku pun pergi, sambil menelepon Mas Romi untuk memberitahu dia, kalau Ibunya sudah bisa pulang. Seusai memberitahu Mas Romi, aku pun bergegas kembali menuju ruangannya Bu Ratmi. Aku kemudian masuk ke dalam ruangan dan segera membereskan perlengkapan aku dan mertuaku selama di rumah sakit ini. Selesai berkemas, aku merapikan pakaian dan memakaikan kerudung kepada mertuaku. Aku sengaja memakaikan kerudung kepadanya, supaya Bu Ratmi bisa terbiasa memakainya. Karena selama ini, Bu Ratmi memang tidak biasa memakai kerudung. Tidak lama kemudian Mas Romi datang, kalu menghampiri kami. Mas Romi ternyata sedang menarik angkot, saat tadi aku meneleponnya. Mungkin setelah ur
Read more
Bab 47
Kok ada ya orang yang seperti Kak Rendi. Dia sepertinya sudah tidak peduli, dengan perasaan Ibunya. Aku saja yang mendengarnya merasa tidak tega, tetapi ini anaknya kok tega sekali. Ia berbuat tega, berbuat sejahat itu kepada orang tuanya sendiri. Masa iya orang tua masih hidup dimintai warisan, sampai dengan lantangnya bilang mau menjual rumah, yang masih ditempati Ibunya. Ternyata Kak Rendi semaruk itu, semoga Allah segera memberi hidayah kepadamu"Kak, kenapa rumah Ibu mesti dijual? Itu kan satu-satunya kenangan kita dari mendiang Bapak. Rumah itu banyak kenangan kita semasa kecil lagi. Masa sih abang tega menjualnya, sedangkan Ibu saja masih hidup. Nanti beliau mau tinggal di mana? Mendung kalau dua mau tinggal bersamaku selamanya," protes Mas Romi kepada Kakaknya Rendi."Ren, ke-na-pa ru-mah Ibu mau di-jual?" tanya Bu Ratmi.Bu Ratmi ikut bertanya kepada Kak Rendi, kenapa ia sampai mau menjual rumah Ibunya itu."Jadi begini, Romi. Kak Rendi sama Mbakmu Dewi benar-benar lagi but
Read more
Bab 48
"Ibu ti-dak rela Romi, ru-mah itu kenang-kenang-an dari ayah-mu. Ibu ti-dak rela Romi, ti-dak Rela." Bu Ratmi berkata sambil menangis tersedu.Sepertinya Bu Ratmi sangat terpukul, dengan semua itu. Ia terus menangis di pangkuanku, mungkin dia tidak menyangka, jika anak yang dibanggakannya malah menodongnya dari belakang."Kak Rendi, Ibu tidak rela, kalau rumahnya di jual. Jadi aku harap, Kakak bisa mengurungkan niat Kakak untuk menjual rumah tersebut. Karena uangnya juga tidak akan berkah, jika orang tua kita tidak meridhoinya, Kak. Aku mohon sama Kakak, jangan menjual rumahnya ya, Kak? Itu rumah banyak kenangan kita sewaktu kecil lho, Kak. Apa Kakak nggak sayang sama rumah itu? Lagian, apa Kakak nggak mikirin, kalau Ibu nanti mau tinggal dimana, jika rumahnya dijual. Aku bisa saja meminta Ibu untuk tinggal di rumah ini, tapi Kakak harus mikir dong apa Ibu mau tinggal di sini? Kakak juga harus memikirkan nasib Ibu untuk kedepannya," tutur Mas Romi panjang lebar, menasehati Kakaknya, s
Read more
Bab 49
"Aku akan memakai uang, buat biaya pendidikan anak-anak Mas. Biar nanti aku nabung lagi, yang penting sekarang bisa menyelamatkan rumah Ibu dulu, supaya tidak jatuh ke tangan orang lain." Aku memberitahu Mas Romi, dari mana aku mendapatkan uang untuk membeli rumah Ibunya tersebut."Ya ampun, Dek, kamu memang perempuan hebat. Mas nggak nyangka, kalau kamu mempunyai uang sebanyak itu, buat pendidikan anak kita. Sejak kapan kamu mempunyai tabungan itu, Dek?" tanya Mas Romi.Ia bertanya kepadaku, tentang aku menabung buat biaya pendidikan itu sejak kapan. Mungkin Mas Romi merasa kaget saat mendengar, kalau aku akan membeli rumah Ibunya, dengan uang pendidikan anak kami. Mas Romi heran, hingga dia bertanya padaku, sejak kapan aku menabung buat pendidikan anakku tersebut. Karena selama ini dia mang tidak mengetahui, jika aku memiliki tabungan buat biaya pendidikan anakku tersebut."Aku menabung buat anak, semenjak kita resmi menikah, Mas. Walaupun saat itu kita belum memiliki anak, tetapi
Read more
Bab 50
"Iya, Bu. Istriku ini memang nggak mau dipuji, tapi maunya di kasihi." Mas Romi menimpali ucapanku."Istri-mu ada-lah istri tela-dan, Romi. Coba saja jika ka-kak-mu me-nikah de-ngan wa-nita se-perti Mira, yang seder-hana mung-kin hidup-nya tidak akan seper-ti itu." Bu Ratmi menimpali ucapan Mas Romi.Padahal dulu, Bu Ratmi begitu memuji semua menantunya, yang bekerja dan selalu berpenampilan modis. Tapi kini ia merubah sudut pandangnya terhadap penampilan, ia malah memuji kesederhanaan hidupku. Setelah itu, kami ngobrol ngalor-ngidul membahas untuk kedepannya. Pada saat kami bertiga sedang bercengkrama, Lusi memberitahuku kalau ada orang yang sedang mencariku. Aku pun menyuruh Lusi, supaya orang tersebut langsung masuk. Ternyata, tamu yang mencariku dan datang ke rumahku itu adalah Paman Ali. Paman yang mengelola kebun serta sawahku. "Paman Ali, ayo masuk!" ajak suamiku."Paman ada apa? Tidak biasanya, Paman datang tanpa menelponku dulu. Apa ada masalah, Paman?" tanyaku to the poin.
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status