Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan

Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan

Oleh:  empat2887  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
137Bab
46.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hubunganku, yang tidak direstui oleh Ibu dari suamiku. Ternyata, malah berdampak buruk, terhadap kehidupan rumah tanggaku. Aku, selalu dihina dan diremehkan oleh Ibu mertuaku. Bahkan, kata-kata pedas pun selalu keluar dari mulutnya. Ibu selalu membicarakan kejelekanku, kepada setiap orang. Bahkan, terkadang ia selalu melebih-lebihkannya. Sehingga, orang-orang selalu menilaiku, menantu tidak tahu diri. Selain Ibu, ada juga tetangga yang mulutnya selalu nyinyir, terhadapku. Dia selalu mencari celah buat menghinaku. Tetapi, semua penghinaan yang aku terima, baik dari Ibu mertua atau dari si tetangga. Berangsur menghilang, seiring berjalannya waktu. Karena, kini mereka tahu, kalau aku ini siapa, tanpa harus menunjukan siapa aku. Mau tau tentang kisahku ini, ayo cus baca! Jangan lupa subscribe, kasih komentar serta love di setiap babnya. Terima kasih.

Lihat lebih banyak
Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Deeza Hashim
ceritanya bagus cuma jika boleh author tak perlu ulang ulang ayat yang sama.
2023-07-06 16:08:35
1
default avatar
Kiyowo Girl
Sukaaaa sekali buku ini... Cuss masuk rak buku jadi favoritku setelah novel punya Kak Qeqe yang Istri pilihan pewaris lumpuh.
2023-02-09 16:18:19
1
user avatar
empat2887
baca yuk gaes
2023-01-17 07:16:45
0
user avatar
empat2887
baca yuk, InsyaAllah ceritanya seru
2022-12-02 02:29:09
0
137 Bab
Bab 1
"Mbak, kenapa belanjanya hampir setiap hari, menunya cuma itu-itu saja?" Marni, bertanya kepadaku saat sedang berbelanja ditulang sayur keliling."Iya, Mar. Anak- anak yang meminta. Mereka ingin makan sayur bening bayam, sama tahu tempe ditepungin." Aku, menjawab pertanyaan Marni, yang masih memilih dan memilah sayuran.Entah, sayuran seperti apa yang sedang dia cari. Sebab, dari tadi kerjaannya hanya membolak balik dagangan saja. Aku yang baru datang saja sudah menemukan, sayuran apa yang aku mau. Tetapi, Marni belum ada satupun yang dipilihnya."Bilang saja kalau Mbak itu nggak punya duit, nggak usah bawa nama anak-anak segala, Mbak." Marni berkata dengan nada menyepelekanku."Iya bener tuh, Marni. Si Mira ini setiap hari memang kerjaannya cuma membeli sayuran murah. Bagaimana, anak-anaknya mau pintar dan badannya gemuk, coba! Dikasih makanannya saja seperti ini terus setiap hari. Mana tubuh Romi anak saya, semakin hari malah semakin kurus saja kelihatannya. Karena, dia mempunyai ist
Baca selengkapnya
Bab 2
"Iya, Marni kamu memang benar. Si Mira itu orangnya memang sok sibuk banget. Padahal, dia kerjaannya cuma masak begituan. Ia itu nggak punya kerjaan, hanya membersihkan rumah kontrakan yang hanya sepetak." Bu Ratmi, kembali menimpali ucapan Marni.Sebenarnya, aku ingin sekali berbalik badan dan kembali ke tempat tongkrongannya Marni dan Bu Ratmi. Aku ingin membalas ucapan mereka, yang masih berada di tempat dagangnya Mang Adi. Aku ingin membalas semua ucapan mereka berdua, yang semakin keterlaluan saja. Tetapi aku mengurungkan niatku itu, aku tidak mau ribut hanya karena sedang terbawa emosi. Karena menurutku tidak akan ada untungnya juga buat aku, kalau meladeni ucapan mereka dengan emosi. Lebih baik, aku segera pulang dan segera masak, serta beres-beres rumah kontrakan. Supaya pekerjaanku di rumah cepat kelar, setelah itu aku bisa kembali melanjutkan hobiku menulis novel online. Karena aku setiap hari menulis, setelah pekerjaanku kelar, serta anak-anakku sudah pada berangkat sekola
Baca selengkapnya
Bab 3
"Pelit amat sih kamu, sama Ibu suamimu. Masa iya, minta minyak saja nggak boleh." Bu Ratmi, berkata dengan entengnya."Bukannya nggak boleh, Bu. Tapi, minyaknya, jangan semuanya dibawa Ibu, dong. Nanti, Mira mau goreng tempe, sama tahunya pakai apa?" Aku, bertanya kepada mertuaku. Semoga saja, ia berbaik hati mau membagi dua minyak gorengnyanya. Masa iya, aku baru saja membeli minyak goreng sebanyak dua liter. Sekarang, aku harus membelinya lagi. Tidak lucu, 'kan?"Ah, sudahlah! Awas, Ibu mau pulang! Kamu, kalau mau menggoreng tempe atau tahunya, beli lagi aja minyaknya sana, repot amat sih! Kalau nggak, kamu menggorengnya pakai minyak goreng bekas saja." Bu Ratmi, berbicara seenaknya saja, tanpa mau mengerti perasaanku."Tapi, Bu," kataku."Minggir kamu, Mira!" ucap Bu Ratmi, sambil mendorong tubuhku.Hampir saja aku terjatuh, kalau aku tidak berpegangan ke lemari makan yang ada di sana. Bu Ratmi, bukannya mendengar apa yang mau aku katakan. Tetapi, ia malah melengos pergi tanpa pedu
Baca selengkapnya
Bab 4
"Astagfirullah. Masa iya sih, Bu. Kok bisa, Mira, sampai setega itu? Aku nggak nyangka, ternyata sifat aslinya Mira seperti itu ya, Bu." Bu Ami sampai beristigfar saat mendengar cerita dari Bu Asmi."Iya benar, Bu. Marni sampai nangis-nangis lho, datang kerumah saya. Ia menceritakan semuanya ini kepada saya. Karena saya orangnya tidak tegaan, jadi saya memberi uang seratus ribu buat berobat anaknya Marni. Saya kasih lho, Bu Ami. Bukannya ngutangin," terang Bu Asmi, ia berkata dengan banyak penekanan di setiap katanya, seolah menegaskan."Ih, Mira, Ibu nggak nyangka lho, kalau kamu ternyata sejahat itu. Sudah sana, lebih baik kamu pergi saja mencari warung lain, kalau untuk beli minyaknya! Aku nggak sudi menerima uang, dari orang yang jahat seperti kamu. Yang ada, nanti aku terkena imbas dari kelakuan kamu itu." Bu Ami mengusirku, ia tidak mau meladeni aku belanja, ternyata ia sudah termakan oleh ucapannya Bu Asmi tersebut.Rupanya memang benar apa kata pepatah, kalau mulut itu lebih ta
Baca selengkapnya
Bab 5
Sepertinya Mas Romi ragu, saat aku mengajaknya belanja ke supermarket. Mungkin dia berfikir dari mana aku mempunyai uang buat belanja. Sedangkan, uang yang dia kasih ke aku perharinya, saja tidak menentu. Kadang tiga puluh ribu, lima puluh ribu, maksimal tujuh puluh ribu. Terkadang juga, dia tidak memberi sama sekali. Bukan karena pelit suamiku memberinya segitu, tetapi karena memang penghasilan dari menarik angkot tidak menentu, tergantung dari hasil tarikannya. Jika, telah membeli bensin dan memberikan setoran kepada pemiliknya, tetapi masih ada sisa uang, maka itulah pendapatannya hari ini. Begitulah, sistem kerja di angkutan umum."Ada, lah Mas, kalau untuk berbelanja keperluan dan jajanan anak. Makanya, aku ngajak Mas jalan. Atau mungkin, Mas mau nambahin uang buat belanjaannya?" tanyaku balik, setelah aku menjawab pertanyaan suamiku."Nih, Mas tambahin lima puluh ribu. Alhamdulillah, itu pendapatan Mas hari ini. Lumayanlah, buat beli bensin untuk pulang pergi ke supermarket." Ma
Baca selengkapnya
Bab 6
"Angkat saja, Mas. Siapa tau penting," saranku. Mas Romi pun segera mengangkat telepon dari Ibunya, yang terus berdering tanpa henti. Ia juga mengeraskan suara teleponnya, mungkin supaya aku dapat mendengarkan pembicaraan mereka. Supaya, aku tidak salah paham terhadap Mas Romi."Assalamualaikum, Bu," sapa Mas Romi kepada Bu Ratmi."Waalaikumsalam, Romi. Rom, kakakmu Rendi besok akan datang bersama anak istrinya. Kamu bisa nggak, menyuruh Mira buat datang kerumah Ibu? Supaya, dia bisa membantu Ibu buat memasak serta beres-beres. Ibu malu, kalau Kakakmu datang tapi rumah masih berantakan dan makanan belum tersaji. Kamu tau sendiri, kalau Ibumu ini sudah tua. Tidak gesit lagi, kalau bekerja. Makanya, Ibu meminta bantuan Istrimu untuk bantu-bantu. Karena, selain kamu anak bungsu Ibu, kamu juga yang paling dekat jaraknya dengan Ibu." Bu Ratmi bicara to the point, ia menyampaikan maksudnya menelepon Mas Romi."Iya, Bu. Nanti, Romi tanya dulu sama Mira, ia besok bisa bantu Ibu atau nggak." M
Baca selengkapnya
Bab 7
Aku membuka selimut, serta mengangkat tangan Mas Romi yang memelukku dan menggantikannya dengan guling. Kemudian, aku bangun dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Aku, akan melakukan shalat tahajud karena, aku tadi sempat tertidur walaupun hanya sekejap. Selesai shalat, aku mengambil handphoneku kemudian kembali merangkai kata. Setelah kantuk datang, aku kembali menyimpan handphoneku ke tempat semula, kemudian aku tidur dengan lelapnya."Mas, nanti antarkan aku dulu ya sampai kerumah Ibu. Setelah itu, baru Mas Antar anak-anak sekolah, baru kemudian Mas pergi mencari rupiah." Aku meminta Mas Romi. Supaya mau mengantarkanku ke rumah Ibunya. Aku berkata saat kami akan sarapan bersama."Iya, Dek," sahut Mas Romi. Kami pun segera sarapan, supaya perut terisi sebelum melakukan aktivitas. Aku meminta Mas Romi mengantarku, bukan karena apa-apa. Tapi karena aku malas, jika harus berjalan kaki untuk datang ke rumah mertuaku yang ada di ujung gang sana. Nanti di perjalanan, banyak orang yang
Baca selengkapnya
Bab 8
Sapu yang dilemparkan oleh Bu Ratmi, hampir saja mengenai badanku, kalau saja aku tidak menghindar. Aku pun segera melaksanakan tugas, yang dilimpahkan padaku. Sedangkan Bu Ratmi pergi meninggalkanku. Aku pun segera mengerjakan pekerjaan, dari mulai menyapu, mencuci piring, serta mencuci baju. Setelah itu, aku membantu mertuaku memasak. Semua pekerjaanku, sesuai dengan daftar yang diperintahkan mertuaku. Karena kalau tidak, pasti aku mendapatkan pekannya lagi. Aku bekerja sudah seperti seorang asisten rumah tangga, yang pekerjaannya sesuai arahan dari sang majikan."Mira, kamu terus lanjutkan memasaknya! Aku mau bersiap-siap dulu, takutnya anak sama menantuku segera sampai. Kamu harus segera menyelesaikan memasak. Tapi awas, kamu jangan sambil memakannya. Apalagi kalau sampai kamu umpetin makanannya untuk kamu bawa pulang," perintah Bu Ratmi. Ia memerintahku, serta dia juga mengancamku."Iya, Bu," sahutku.Begitu rendahnya aku di mata mertuaku, sehingga aku dianggap bukanlah seoran
Baca selengkapnya
Bab 9
"Iya, Wi. Biasalah si Mira akan datang kerumah Ibu, kalau mendengar anak-anak Ibu akan datang. Ia datang dan berpura-pura mau membantu Ibu, padahal niatnya datang ke sini, supaya mendapatkan oleh-oleh dari kalian." Bu Ratmi menimpali ucapan menantunya itu, ia bahkan berkata bohong karena telah membulak balikan fakta."Ih, mit-amit deh, kok ada ya orang seperti itu. Nggak tau malu banget," ujar Mbak Dewi.Mbak Dewi berkata sambil bergidik, seolah melihat sesuatu hal yang mengerikan. Mungkin penuturan Ibu mertuaku barusan, adalah hal yang sangat mengerikan baginya."Ya ada lah, Wi. Itu buktinya, orangnya juga ada di hadapan kita," sahut Bu Ratmi, sambil menunjukku dengan gerakan dagunya."Iya, Ibu bener, haa ... aaa." Mbak Dewi tertawa, seolah ada hal lucu yang lucu, yang membuatnya tertawa seperti itu. Aku tahu maksud perkataan mereka ditujukan kepadaku, mereka terus saja mengataiku, bahkan menertawakan aku. Aku sampai berpikir, jangan-jangan mereka itu menganggapku, seperti seorang b
Baca selengkapnya
Bab 10
"Ternyata benar apa yang dikatakan Ibu, sebab kini telah terbukti di depan mataku, kalau kamu memang seorang menantu yang seperti Ibuku katakan. Aku menyesal karena dulu, aku membantu Romi untuk membujuk Ibu, supaya Ibu mau menyetujui pernikahan kalian. Tapi ternyata, ini balasan yang kamu lakukan terhadap Ibuku? Dasar kamu perempuan tidak tahu diuntung," ujar Mas Rendi panjang lebar memakiku.Mas Rendi memarahiku, sampai menunjuk-nunjuk wajahku. Ia saat ini murka sekali kepadaku, sebab aku melawan ketidak adilan mertuaku tersebut. Entah sejak kapan kejahatan harus dibiarkan, serta kita harus tunduk kepadanya. "Iya, Rendi, makanya dulu Ibu tidak sudi bermenantukan dia. Karena, Ibu dapat melihat, jika dia itu tidak sayang sama Ibu. Hu ... hu ... hu, Ibu sakit hati Rendi dikatai kasar sama dia. Dia adalah satu-satunya menantu, yang tidak mempunyai sopan santun kepada mertuanya. Dia menantu kurang ajar, Rendi," adu Bu Marni. Ia mengadu kepada Mas Rendi, sambil tergugu membuatku malah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status