Semua Bab Nyonya Satu Miliar: Bab 11 - Bab 20
26 Bab
Bab 11
Manik hitam Khania menatap sosok Leo, yang tengah serius mengobati lukanya akibat terkilir beberapa waktu lalu. Tangan besar pria itu terasa bergetar saat menyentuh dan sedikit memijat pergelangan kaki Khania, gadis itu pun heran di buatnya. "Kenapa tanganmu bergetar?" tanya Khania, dia khawatir jika kondisi Leo akan sama seperti kemarin. "Aku, gugup," jawab pria itu. "Hah? Gugup?" tanya Khania dalam hati. Leo menatap Khania sesaat, gadis itu terlihat bingung. "Aku gugup karena mengontrol tenagaku, kau ini seperti kelinci dengan kulit dan tulang yang rapuh," lanjutnya. "Hmph! Hahaha!" Tawa Khania pecah saat mendengar penjelasan Leo, apa yang dipikirkan pria itu sungguh tidak bisa dia tebak. Yang jadi bahan tertawa Khania pun hanya terdiam dengan ekspresi datar. "Kenapa kau samakan aku dengan kelinci?" tanya Khania di sela tawanya. "Entahlah," jawab Leo sambil berpose sedang berpikir. "Mungkin karena kalian sama-sama manis." Sontak Khania terdiam. "Apa?" Leo menatap Kha
Baca selengkapnya
Bab 12
"Sesak." Khania menatap dirinya di cermin, gaun yang menurutnya aneh itu membuatnya tak nyaman, proses memakainya pun butuh waktu lama. "Icha, bolehkah aku membuka ini, apa namanya? korset," ujar Khania sambil mencoba untuk merentangkan tangan dan bergerak bebas. "Tidak boleh nyonya, itu sangat penting saat memakai gaun," jawab Icha sambil merapikan pakaian. Khania menghela napas berat dan berkata, "Jangankan untuk bergerak, bernapas juga rasanya sulit." "Maaf nyonya, anda harus tahan sampai pertemuannya selesai," ujar Icha merasa bersalah. "Karena tamu yang datang adalah bagian dari keluarga kerajaan, maka anda wajib mengikuti budaya berpakaian mereka." Hal yang sungguh merepotkan bagi Khania, dia tidak habis pikir para bangsawan itu bisa tahan dengan pakaian seperti ini. Tak hanya membuat dada terasa sesak, bergerak pun sangat sulit, alhasil gadis itu berjalan dengan langkah yang kaku. "Mari saya bantu, nyonya," ujar Icha sambil menuntun Khania dan memberi tahu sang nyonya
Baca selengkapnya
Bab 13
Khania menatap tajam ke arah Leo, apa yang dikatakan pria itu sungguh membuatnya malu. Yang dipelototi hanya mengangkat bahu seakan tidak peduli. "Begitukah? Anda memang luar biasa," puji Gabriella pada Khania. "Bu- bukan begitu ..." Khania ingin menjelaskan namun perkataannya dipotong oleh Leo. "Marquess, bagaimana kondisi perbatasan?" Rupanya Leo tidak mau larut dalam pembicaraan itu, dan mencari topik lain untuk mereka bahas, Khania pun menghela napas lega. "Sejauh ini masih baik-baik saja, meski beberapa waktu lalu para tory kembali melakukan pemberontakan," jawab Javier dengan wajah serius. "Tory? Apa itu?" tanya Khania dalam hati. Pembicaraan mereka mengarah pada politik negara, Khania hanya diam mendengarkan tanpa bisa mengerti, yang jelas ketiga kepala keluarga itu begitu serius membicarakannya. "Tuan Leo," panggil Herlan sambil sedikit mwmbungkukkan badan. "Hidangan sudah disajikan." Leo mengangguk dan berkata, "Baiklah, mari makan bersama," ajaknya diikuti ang
Baca selengkapnya
Bab 14
Siron menghampiri Khania. "Bagaimana kabarmu, Khania?" tanya pria itu sambil tersenyum. Khania tidak langsung menjawab, dia masih kaget saat tahu pria itu berada di sana. "Khania?" panggil Siron. "Eh?" gadis itu pun sadar dari lamunannya. "Ka- kabarku baik, bagaimana dengan anda?" "Kabarku juga baik," jawab Siron sambil duduk di hamparan rumput. "Dan jangan bicara terlalu formal, santai saja." Khania mengangguk ragu saat pria itu meminta demikian. Sejujurnya bukan tanpa alasan sikap Khania jadi lebih formal terhadap Siron, hal itu karena penjelasan Icha saat mereka sedang membahas tentang keluarga Leo. "Tuan Siron, dia adalah sahabat kecil tuan Leo dan merupakan anak pertama dari raja Claude, beliau menempuh pendidikan di berbagai negara untuk mempelajari kebudayaan mereka." "Pangeran!" Khania menoleh dan mendapati seorang pria berkacamata, sedang berlari menghampiri Siron. Benar, Siron adalah seorang pangeran dari negaranya yang bernama Liechtenstein, yang konon memiliki tan
Baca selengkapnya
Bab 15
"Apa salahku?" tanya Khania yang heran dengan sikap kasar pria itu. SET! Leo melepas cengkramannya pada bahu Khania, lalu berbalik membelakanginya. Kedua tangan pria itu mengepal kuat seperti menahan amarah, hal itu lantas membuat Khania semakin bingung. Setelah mengembuskan napas berat, Leo pun berkata, "Kau hanya perantara agar aku bisa mencapai tujuanku, jangan bersikap seolah-olah bisa melakukan apapun yang kau mau," ujar Leo tanpa membalikkan badan. Khania tahu itu, sangat tahu. Tapi kenapa ada rasa sakit ketika Leo mengingatkan bahwa kehadiran dirinya di sana hanya sebagai perantara. Gadis itu pun tersenyum dengan wajah sendu. "Aku mengerti, maaf jika ada hal yang kulakukan dan itu membuatmu tidak nyaman." Permintaan maaf Khania membuat Leo semakin kesal, pria itu pun bingung harus bagaimana saat dengan spontan perasaan itu muncul dan berubah setiap waktu. "Ck!" Setelah itu Leo pun pergi meninggalkan Khania, yang sedang memandang sosok itu dengan ekspresi sedih. "Tidak
Baca selengkapnya
Bab 16
Khania pun pergi tanpa memedulikan hinaan mereka yang semakin menjadi. "Dasar tidak punya sopan santun." "Sebaiknya tuan Duke ceraikan saja dia." "Cih! Sekali sampah tetaplah sampah!" CKLEK! "Nyonya!" Icha pun melihat Khania yang keluar dari ruangan itu dengan wajah berderai air mata. "Maaf Icha, aku ingin sendiri," ujar Khania sambil melenggang pergi. "Nyonya." Pelayan muda itu hanya bisa menatap kepergian sang majikan dalam diam. Hatinya terasa sakit saat sosok itu terlihat sangat terluka. CKLEK! Icha melihat seseorang yang ikut keluar dari ruangan utama, dan ternyata itu adalah Leo. "Di mana Khania?" tanya Leo. Pelayan muda itu tidak langsung menjawab, dia melihat Leo dengan tatapan marah. Hal itu pun membuat pria itu heran. "Tolong, jangan sakiti nyonya lagi, tuan," ujar Icha. Sejujurnya pelayan muda itu sangat marah, dengan apa yang telah terjadi pada sang nyonya selama berada di kediaman Martin. Dia sudah tidak peduli jika Leo akan memecatnya karena bersikap ti
Baca selengkapnya
Bab 17
JIIITT! Khania melihat wajahnya di depan cermin, penampilannya saat ini sudah seperti gelandangan di pinggir jalan. Dengan baju berantakan dan rambut bak singa si raja hutan. Bagaimana tidak, sedari tadi dia berteriak dan berguling di atas kasur berulang kali, dengan ekspresi wajah yang dia sendiri anggap jelek. "Dasar gila! Gila! Gila!" BUK! BUK! BUK! Semua bantal yang ada di sana pun menjadi korban kebrutalannya. "Aarrggh!" Khania kembali mengingat apa yang terjadi kemarin, saat dia meluapkan segala emosinya pada Leo. Khania merasa sedikit lega karena berhasil mencurahkan keluh kesahnya pada pria itu, tapi di sisi lain dia juga merasa sangat malu saat dengan tiba-tiba Leo menciumnya. Pria itu tidak tahu bahwa sebenarnya Khania masih terjaga. "Tapi saat dia bilang mencintaiku, apakah itu benar?" Khania masih belum percaya dengan apa yang dia dengar dari pria itu kemarin, meski sangat jelas, tapi sulit baginya untuk membenarkan bahwa itu nyata. Sepintas Khania kembali te
Baca selengkapnya
Bab 18
Kesibukkan terlihat di kediaman Martin saat ini, semua pelayan melakukan tugasnya masing-masing dengan gesit, adapun dari mereka membawa beberapa koper besar untuk di bawa keluar ruangan dan meletakkannya di dalam mobil mewah. Sang empu hanya melihat mereka dengan manik birunya, terkadang memberi perintah saat merasa ada sesuatu yang kurang. "Kau tidak perlu melakukan persiapan sebanyak ini, kita kan hanya pergi dua hari," ujar Khania saat melihat koper yang lumayan banyak. "Apa isi semua itu?" "Hm, pakaianku," jawab Leo. Pria itu berbohong, sebenarnya yang ada di dalam koper itu adalah berkas-berkas dan dokumen penting yang harus dia kerjakan, Leo tidak ingin memberitahu Khania karena khawatir membuat gadis itu merasa tidak enak. "Banyak sekali, padahal yang kau pakai itu-itu saja," ledek Khania. Leo menahan senyumnya saat mendengar penuturan Khania. Gadis itu benar, meski pria itu memiliki puluhan lusin pakaian, tapi yang dia pakai hanya beberapa dan cenderung berulang kali di
Baca selengkapnya
Bab 19
"Kau jahat, kenapa setega itu menghianati ibu?" "Maafkan aku bu, aku tidak bermaksud seperti itu." "Kau memang anak tidak berguna!" "Maaf, maafkan aku bu." "Leo." Khania mencoba menggoyangkan tubuh Leo, pria itu mengigau dan terus berkata maaf. Tak lama air mata mengalir di pipinya, membuat Khania semakin kaget. "Hei, bangunlah," ujar Khania. GYUT! Tiba-tiba tangan Leo meraih pinggang Khania dan memeluknya. "Tu-tunggu, Leo ..." "Biarkan seperti ini," pinta Leo. Khania tak bisa berbuat apapun, dia merasa pria itu sedang mencoba menenangkan diri dan tidak mau terlihat menyedihkan. Gadis itu pun menghela napas. "Baiklah, lakukan sesukamu." GYUUT! "Ta- tapi, jangan begini juga!" hardik Khania saat dengan sengaja Leo menenggelamkan wajah di atas dadanya. Pipi gadis itu memerah tak kala mendapati sikap sang suami dan tidak mengacuhkan perkataannya. "Diamlah." Sebenarnya Khania merasa kesal, tapi melihat kondisi Leo saat ini, dia hanya bisa pasrah. Manik hitam Khania melih
Baca selengkapnya
Bab 20
"Andri, kenapa kau ke sini?" tanya Dina dengan wajah heran. Pria itu tidak mengindahkan pertanyaan Dina, dia justru menatap Khania dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Khania sudah menikah, harusnya kamu ..." "Berisik." Andri mengerlingkan mata saat Dina mencoba untuk memperingatkannya. "Ini bukan urusanmu." Khania hanya terdiam menanggapi sosok itu. "Tapi, ini menjadi urusanku," ujar Leo yang muncul di belakang Khania. Andri terlihat tidak senang dengan kedatangan Leo, tangannya mengepal kuat seakan ingin menerjang dan meluapkan kekesalannya. Hal itu pun disadari oleh Leo. "Sepertinya ada hal ingin kau sampaikan padaku," ujarnya dengan nada datar. Bukan sekedar pertanyaan, Khania tahu sang suami sedang menantang Andri saat tahu sikap pria itu yang kurang menyenangkan. "Harusnya anda tahu malu, telah merebut kekasih orang lain," ujar Andri dengan tatapan tajam. Khania terkejut dengan penuturan Andri, tak di sangka pria itu berani mengatakannya dengan penuh percaya diri. Ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status