Nyonya Satu Miliar

Nyonya Satu Miliar

By:  R15  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
26Chapters
857views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Untuk melunasi hutang pamannya, Khania Arkana terpaksa menikahi Leo Martin--sang pebisnis sukses. Sejak saat itu, kehidupan Khania mendadak berubah. Dari gadis sederhana, kini semua orang mengenalnya sebagai Nyonya Satu Miliar dari Keluarga Konglomerat. Hanya saja orang-orang tidak tahu bahwa hubungan antara keduanya hanya terikat kontrak satu tahun saja. Lalu, bagaimana kisah keduanya? Apakah akan terus berlanjut atau harus berakhir tepat setelah satu tahun?

View More
Nyonya Satu Miliar Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Komarudin 10
semangat terus
2022-12-27 06:52:40
1
default avatar
R15
seru ceritanya, mangat terus buat author nya ...
2022-12-14 13:32:31
2
26 Chapters
Bab 1
"Turunkan aku!" Khania meronta dalam gendongan sosok pria dengan perawakan tinggi. Namun, pria itu terus berjalan santai tanpa menggubris ancaman yang dilayangkan gadis itu. Langkah pria itu terdengar menyusuri lorong mansion besar ini, dan berhenti tepat di sebuah ruangan. Pria itu pun membuka pintu dengan kasar dan masuk bersama sosok yang di gendongnya. "Kubilang turunkan aku! Ini pelecehan! Aku akan lapor polisi!" BRUK! Gadis berusia dua puluh tahun itu meringis saat tubuhnya dihempaskan ke atas sofa. Melihat itu, sang pria tersenyum sinis dan berkata, "Polisi bukan apa-apa bagiku." Manik birunya menatap Khania dengan tajam. "Dan, lancang sekali kau bilang aku melakukan pelecehan. Asal kau tahu, pamanmu sudah menjualmu padaku." Khania tersenyum miris. Lagi-lagi, pamannya berulah. Laki-laki paruh baya itu memang membuat hidup Khania selalu berada dalam masalah. Dia berani bertaruh bahwa uang yang di dapat pamannya hanya untuk berjudi dan bersenang-senang saja. "Ck," Khan
Read more
Bab 2
"Kau bercanda, kan?" tanya Khania sambil menoleh--menunggu jawaban pria itu. Leo menggelengkan kepala. "Sayangnya, aku tidak suka membuang waktu, Khania. Jadi, mari kita mulai saja sekarang." Khania berdiri dan menarik kerah baju Leo. "Kau pikir pernikahan adalah hal sepele? Aku tidak mau melakukannya!" "Khania! Jaga sikapmu!" teriak sang paman tiba-tiba. Tentu saja, Khania menatap tajam sumber dari segala masalahnya itu, tetapi pria itu malah kembali menatapnya dengan tajam. "Tak apa, aku mengerti perasaanmu," ujar Leo, menghentikan perang tatapan antara paman dan keponakan itu. Tak lupa, Leo memberi kode pada orang-orangnya untuk tidak ikut campur, terutama pada "sang paman". Seketika, pria paruh baya itu pun menunduk. Menyadari betapa berkuasanya Leo, manik hitam Khania menatap tajam ke arah pria itu. "Tidak ada pernikahan! Bahkan, hal itu tidak tertulis disana!" teriaknya lantang. Leo kembali tersenyum miring. "Sebenarnya, aku tidak peduli dengan reaksimu, tapi akan kuberi
Read more
Bab 3
Khania terdiam dan menatap dirinya di depan cermin, penampilan yang tidak pernah dia sangka, ternyata akan dikenakannya hari ini. Gaun serba putih dengan renda yang indah, rambut cokelat sebahu yang biasa terurai kini dibentuk sanggul kecil dihiasi mutiara, dan riasan tak biasa di wajah cantiknya membuat Khania bahkan tidak mengenal dirinya. Gadis itu menghela napas saat kembali mengingat apa yang akan terjadi hari ini. Leo, pria itu tidak menarik kata-katanya saat bilang acara pernikahan mereka akan dilaksanakan hari ini. Khania pun kesal saat keinginannya untuk meminta waktu agar lebih mengenal satu sama lain tidak didengar, Leo mengatakan hal itu tidak akan berguna. TOK! TOK! "Nona, lima menit lagi anda sudah harus keluar," ujar Icha di balik pintu. "Ya, aku mengerti," jawab Khania. Sudah hampir setengah jam Khania terdiam di ruangan ini, dia tidak berani keluar karena keadaan di sana begitu asing. Banyak mata yang melihatnya aneh dan itu membuatnya tidak nyaman. "Bib
Read more
Bab 4
Khania tersentak. Dia melihat Leo yang juga sedang menatapnya. "Apa aku salah dengar?" tanya gadis itu dalam hati. "Khania!" Khania begitu kaget saat mendengar suara yang sangat familiar. Sontak dia melepaskan genggaman tangan Leo dan melihat sosok yang memanggilnya. "Bibi Astuti?" ujar Khania sambil memeluk sosok itu. Leo melihat betapa besar rasa rindu Khania pada sang bibi, mata gadis itu berkaca-kaca dan bibirnya bergetar. "Aku kira bibi tidak akan datang," ujar Khania yang sekuat tenaga menahan tangis. Sebelum datang menemui Khania, Astuti lebih dulu berbincang dengan Leo untuk lebih mengenal calon suami keponakannya itu. Dirinya tahu dalang di balik semua ini adalah sang suami. Dengan lancangnya, pria itu mempertaruhkan Khania atas uang yang diterimanya. Jika bukan karena hak asuh Khania jatuh pada Bayu, Astuti pasti sudah pergi dan membawa Khania bersamanya. Pria itu bahkan tak tahu malu, kini dengan bangga menjadi wali bagi Khania. "Nak Leo," panggil Astuti. L
Read more
Bab 5
Semua orang yang melihat itu pun saling berbisik, membuat Leo terusik dan kesal karena pasti akan tersebar kabar yang merepotkan. "Leo! Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku ini kekasihmu!" bentak wanita itu. "Tutup mulutmu, jangan bicara omong kosong," jawab Leo sambil meminta orang-orangnya untuk turun tangan. "Bawa dia pergi dari sini." "Baik tuan." Wanita itu pun meronta, memohon agar Leo mau mendengarkannya. "Leo, aku mengaku salah telah menghianatimu, maafkan aku, Leo!" Wanita itu terus menerus meronta saat dibawa pergi oleh tim keamanan. "Khania, kau terluka?" Astuti sangat kaget saat menghampiri Khania dan melihat ada darah di sudut bibir gadis itu. "Ah ini, tidak apa-apa bi," jawab Khania sambil menyentuh bagian yang luka. "Siapa wanita itu? Keterlaluan sekali dia," ujar Astuti kesal. Leo pun segera menghampiri dan melihat sudut bibir Khania yang berdarah. "Kau terluka," ujar Leo hendak menyentuh wajah Khania namun ditepis oleh gadis itu. "Ini akibat dari perlakua
Read more
Bab 6
"Kau demam," ujar Khania khawatir. "Aku akan panggil kepala pelayan." "Jangan," pinta Leo tanpa melepas genggaman tangannya. "Aku tidak mau orang lain tahu kondisiku saat ini." Khania terlihat bingung saat pria itu berbicara demikian. "Baiklah, biar aku yang merawatmu." Tak ada pilihan lain bagi Khania, bagaimanapun juga saat ini Leo butuh pertolongan. "Aku akan segera kembali." Khania pun melepas genggaman Leo dan melenggang pergi. Tak lama kemudian Khania kembali dengan sebuah nampan di tangan. "Aku akan mengompresmu dengan air hangat," ujar Khania. Leo hanya diam, meski dengan tatapan sayu dia tetap memperhatikan Khania yang tengah merawatnya. "Apa ada obat penurun panas?" tanya Khania sambil mencari sesuatu. "Aku tidak biasa mengonsumsi obat seperti itu," jawab Leo dengan nada rendah. Khania menepuk dahinya. "Di rumah sebesar ini tidak tersedia obat penurun panas? Yang benar saja." "Kami memiliki dokter pribadi, tapi saat ini aku tidak mau ada yang tahu bahwa kondisik
Read more
Bab 7
CIT! CIT! CIT! Suara burung begitu merdu menyambut pagi yang cerah, udara segar dan dingin pun menyeruak masuk ke salah satu ruangan besar di mansion ini, yang juga terdapat dua insan di dalamnya. "Ugh." Khania membuka mata dan mencoba untuk bangun. "Aku tidur lelap sekali," ujarnya sambil mengusap kedua mata. Saat sadar akan sesuatu, Khania segera beranjak dan menghampiri tempat tidur. "Dia belum bangun," gumam Khania. Leo masih tertidur. Tak lama Khania pun mendekati untuk memeriksa bagaimana keadaan Leo, tangan mungilnya menyentuh dahi pria itu. "Syukurlah, sepertinya gejala semalam sudah hilang," gumamnya. GREP! "Siapa kau?" Khania terkejut saat dengan tiba-tiba Leo bangun dan menatapnya tajam. SET! "Ahk!" Gadis itu merasa tenggorokannya terbakar saat Leo mencekiknya dengan cepat. Entah apa yang terjadi, tapi Khania bisa melihat tatapan kebencian pada diri pria itu. "Aku bertanya padamu!" bentak Leo. "Se- sesak," lirih Khania. Rasa sakit mulai menjalar di leher
Read more
Bab 8
Khania terdiam saat mendengar kata bulan madu dari pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. Leo pun tertawa lepas saat melihat ekspresi Khania. "Harusnya kau lihat wajahmu sekarang," ujar pria itu masih dengan tawanya. "Aku hanya bercanda, tenang saja." Khania membalasnya dengan tersenyum kaku, sesaat dia teringat pesan sang bibi. "Khania, sesungguhnya tidak ada pernikahan yang di dasari hutang, karena itulah kau harus tetap berperan layaknya seorang istri yang baik, apa kau siap dengan semua itu?" Itu artinya, dia benar-benar harus melayani Leo. "Saat itu tak ada keraguan pada diriku, ada apa sebenarnya?" batin Khania. Leo melihat perubahan ekspresi Khania, dia merasa ada sesuatu yang membebani gadis itu. "Kau tidak perlu khawatir," ujar Leo. Khania pun menoleh. "Untuk yang itu," ujar Leo dengan wajah memerah. "Maksudku, kita tidak perlu melakukannya, aku tidak akan memaksamu." Khania terdiam, pria itu ternyata tahu apa yang sedang dia pikirkan. Memang hal yang memalu
Read more
Bab 9
"Nyonya!" Khania menoleh dan melihat Icha berlari ke arahnya. "Ada apa, Icha?" "Itu, anu," ujar Icha terbata-bata. "Tenanglah dulu, atur napasmu dengan benar." Khania mengelus punggung Icha. Pelayan kecil itu menghela napas panjang dan menatap Khania. "Nyonya Rebecca bilang, kalau anda yang sudah meracuninya," ujarnya sedih. Khania hanya terdiam. "Semua orang sedang membicarakannya di ruang utama," lanjut Icha. "Sudah kuduga," ujar Khania sambil menghela napas berat, gadis itu sedikit merapikan pakaiannya dan berjalan di ikuti Icha. "Nyonya, saya mohon kuatkan diri anda, jangan menyerah, mereka semua orang jahat," ujar Icha dengan mata yang berkaca-kaca. "Tenang saja, aku akan mulai memainkan peranku dan tidak akan kalah dari mereka," jawab Khania sambil tersenyum. "Karena akulah nyonya besar di rumah ini." *** "Bagaimana mungkin?" "Tega sekali dia melakukannya." "Sudah kuduga, kehadirannya di sini hanya menghadirkan bencana." Lagi, Khania mendapatkan cibiran yang en
Read more
Bab 10
Leo terkejut mendengar penuturan Khania, tak percaya dengan apa yang dia dengar. "Cih! Lakukan saja yang kau mau, itu tidak akan berpengaruh padaku maupun keluarga ini," hardik Rebecca sambil berjalan meninggalkan ruangan. Khania melihat kepergian Rebecca yang diikuti beberapa pelayan. Leo menghela napas panjang sambil memegang kepala dengan sebelah tangan. "Maaf atas sikap bibiku padamu, dia memang seperti itu," ujarnya sambil menatap Khania. Gadis itu tersenyum dan menjawab, "Tak apa, nanti juga aku akan terbiasa." Bohong, sejujurnya gadis itu masih sangat kaget, entah apa yang akan terjadi jika dia tidak pandai membalikkan keadaan seperti tadi. "Boleh aku kembali lagi ke taman? Di sana sangat menenangkan," tanya Khania. Keinginan gadis itu mengingatkan Leo pada sang mendiang ibunya, sosok yang selalu berada di taman saat ingin menyendiri. "Tentu, mari aku antar," jawab Leo dengan sigap mengulurkan tangan pada sang istri. "Aku juga akan mengajakmu berkeliling taman." Khani
Read more
DMCA.com Protection Status