Semua Bab Kapan Kamu Menyentuhku?: Bab 51 - Bab 60
121 Bab
51. Makan di Restoran
Kedekatan Dika dan Tika semakin menjadi. Bahkan kini Tika tidak lagi pulang ke rumahnya karena Dika memintanya untuk tetap tinggal di rumahnya. Kedua sepasang anak manusia itu tidak lagi memikirkan tentang ikatan yang ada, yang mereka peningkatan adalah bagaimana cara mereka menghabiskan waktu bersama. Seperti sekarang ini, Dika dan juga Tika berniat untuk berjalan-jalan. Keduanya sudah merencanakan semua itu sedari tadi malam. "Kenapa lama sekali?" Dika bergumam gusar karena Tika yang tidak juga datang. Padahal dirinya sudah menunggu wanita itu selama setengah jam.Sementara itu, di dalam kamarnya Tika sedang mencari baju yang cocok untuk digunakannya sekarang. "Ke mana baju-bajuku, kenapa tidak ada yang cocok untuk kupakai sekarang?" Tika memekik, karena dirinya tidak juga menemukan pakaian yang menurutnya cocok untuk dirinya pakai. Setelah sekian lama, akhirnya Tika menemukan baju yang menurutnya sedikit cocok. Sebuah dress berwarna biru muda, dengan sneaker berwarna pu
Baca selengkapnya
52. Keberangkatan
Usai makan dan jalan-jalan bersama, Daniel dan Nuri memutuskan untuk segera pulang. Hubungan keduanya pun sudah semakin dekat. Baik Nuri maupun Daniel, keduanya merasa nyaman saat sedang bersama. Maka dari itu, keduanya semakin sering pergi dan menghabiskan waktu bersama. Semua yang telah dirinya dan Daniel lalui membuat Nuri sedikit lupa akan bagaimana pernikahannya dan Dika yang kandas. Bersama Daniel, Nuri merasa begitu terhibur, dia merasa begitu dihargai dan diistimewakan. Hal itu yang semakin lama membuat Nuri nyaman dan tidak ingin jauh dari Daniel. Di perjalanan pulang, Nuri dan Daniel saling diam. Keduanya sama-sama tengah memikirkan sesuatu yang selama ini menjadi beban bagi keduanya. Bagaimana tidak, orang tua Daniel masih tetap kekeh untuk menjodohkan laki-laki dengan seorang gadis kaya bernama Angel. Sedangkan saat ini Daniel sedang menjalin hubungan dengan Nuri. Bahkan Daniel pun begitu mencintai Nuri. Apalgi setelah mengetahui Nuri resmi menjanda, pasti peluang un
Baca selengkapnya
53. Warung Baso
"Nuri, kamu belum menceritakan perceraian kamu pada Bu Fatma?" tanya Bu Widya saat wanita itu mengantar Nuri balik ke rumah. Nuri menggeleng."Saya sudah titip Willy, Ma. Willy yang akan bercerita pada ibu nanti, saat mereka sudah selesai mengurus kepindahan di sana." Bu Widya mengangguk paham. Sungguh luar biasa, saat sebuah perceraian bisa ditutupi dari orang tua. Untunglah semua dapat bekerja sama dengan baik, sehingga Bu Fatma benar-benar tidak tahu. Nura pun sama, adiknya itu juga belum mengetahui perihal perceraian. Nura hanya tahu, bahwa kakaknya dan Dika tidak terlalu akur. Tidak mesra ataupun manis seperti rumah tangga baru di luaran sana, tetapi untuk perceraian adiknya itu sama sekali belum tahu. "Jadi, kamu nanti akan tinggal di mana? Rumah Nura akan direnovasi dan kamu belum ada tempat tinggalkan?""Mama baik banget mengkhawatirkan saya. InsyaAllah hari ini, sore saya akan pindah, Ma. Gak jauh kok, dekat tempat kerja." Bu Widya menoleh dengan kaget. Ia tidak tahu sejak
Baca selengkapnya
54. Hubungan Tika dan Dika
"Mas kapan akan cerita ke Bu Widya tentang hubungan kita?" tanya Tika saat ia tengah menemani Dika makan malam. "Saya belum sempat ke sana, tapi pasti saya akan cerita. Saya gak mungkin terlalu terburu-buru, apalagi akta cerai saya mungkin baru minggu depan bisa diambil." Tika menghela napas. Ia ingin buru-buru dikenalkan sebagai wanita spesial Dika, tetapi pria di depannya ini sangat lamban dan terlalu hati-hati. "Kalau memang Mas niat serius, pacaran kita jangan lama-lama. Saya ingin segera dihalalkan.""Tentu saja saya serius, Tika. Saya juga mau menikahi kamu, tetapi semuanya gak bisa buru-buru. Sabar ya, Sayang." Tika masih cemberut, padahal hatinya saat ini tengah berbunga-bunga dengan panggilan sayang yang Dika ucapkan. Gadis itu masih penasaran dengan khasiat jampe Mirna. Apakah bisa membuat Dika bucin berat seperti kerbau dicucuk hidung? "Jadinya kapan?" tanya Tika lagi. "Sabar, saya makan aja belom selesai, kamu ajak saya bicara terus, tunggu ya, Tika." Dengan wajah sem
Baca selengkapnya
55. Bantuan dari Udin
Di hari yang sama, Nuri bangun pagi-pagi sekali. Ia membuat sarapan roti yang diolesin selai saja untuk mengganjal perut. Ia tidak sempat memasak yang lebih rumit karena hari ini ia harus pergi ke pasar. Masih ada beberapa bahan yang harus ia siapkan sebelum hari sabtu nanti ia pembukaan warung baso miliknya. Bu Widya tidak bisa mengantar Nuri belanja hari ini karena suaminya sedang tidak enak badan dan juga pembantu di rumahnya sedang pulang kampung. Bagi Nuri tidak masalah, karena kemarin Bu Widya sudah mengantarnya berbelanja perabotan masak. Tok! Tok! "Assalamu'alaikum, Mbak Nuri!" Suara lelaki yang menyeru namanya, membuat Nuri dengan cepat menghabiskan rotinya. "Wa'alaykumussalam, tunggu!" Jawaban Nuri dengan mulut penuh. Ia bergegas membukakan pintu untuk Udin. "Alhamdulillah udah datang. Kamu udah sarapan, Din?" tanya Nuri sambil mempersilakan Udin masuk. "Udah, Mbak, sarapan lontong isi oncom pakai sambal kacang. Ini saya bawakan dua potong untuk Mbak Nuri, berikut samb
Baca selengkapnya
56. Strategi
"Siapa, Mbak? Penunggu rumah mantan ya? Yang rambutnya panjang, bau bawang, ada tahi lalat gede di bawah bibir?" tanya Udin saat Nuri baru saja menutup sepihak panggilan dari Tika. "Iya, si Kecentilan itu." Nuri cemberut. "Bagus kalau Mbak berani balas. Lagi deket sama Pak Dika ya?" Nuri menoleh kaget. Dari mana Udin tahu? Apa Udin pernah melihat Dika dengan Tika? Kalau begitu, apa Bu Widya juga sudah tahu. "Kamu tahu dari mana? Jangan asal bicara, Din!" balas Nuri masih mencoba menutupi. Padahal seharusnya ia tidak peduli dengan apa yang mau dilakukan Dika dan Tika, tetapi rasanya memang belum ikhlas seratus persen. "Anak-anak di laundry yang bilang. Pertama, dia anter pakaian untuk disetrika ke laundry. Biasanya hanya pakaian Pak Dika saja, ini ada pakaian dia juga di tumpukan kain itu. Segala sempak udah pada melar kainnya maunya disetrika. Kedua, anak-anak pernah melihat Pak Dika membonceng wanita angker itu. Dipeluk erat gitu, kayak orang kampung. Idih, lihat fotonya juga jij
Baca selengkapnya
57. Pengantin di Australia
Sejak kemarin Nura sudah tiba di Australia, tepatnya di Canberra yaitu ibu kota Australia yang terletak di Australian Capital Teritory atau 300km sebelah barat Sydney. Canberra adalah kota terbesar ketujug di Australia, meskipun luasnya masih tidak lebih besar dari Jakarta, tetapi tetap saja bagi seorang Nura dan ibunya yang tidak pernah ke mana-mana, tinggal di luar negeri itu berat. Istilah jetlag pun masih dirasakan oleh pengantin baru itu. Nura masih tidur sepanjang hari karena cuacanya begitu dingin. Di rumah yang mereka tinggali memang ada tungku api unggun, tetapi tetap saja rumah terasa dingin. Penghangat ruangan juga ada, tetapi masih tetap terasa dingin bagi Nura dan Bu Fatma. Mungkin Willy lebih siap karena sudah terbiasa ke luar negeri. Perbedaan waktu empat jam lebih cepat Australia dari Jakarta, membuat Nura benar-benar harus menyesuaikan diri. "Mas, kalau di sini udah jam sepuluh malam, di Jakarta jam berapa?" tanya Nura pada suaminya, Willy. Mereka tengah duduk di a
Baca selengkapnya
58. Tamu tak Diundang
Obat ini harus aku segera berikan pada Dika, biar kami bisa bercinta dan akhirnya Dika bisa menikahi ku dengan cepat. Jika aku hamil, maka Bu Widya tidak mungkin tidak setuju. Satu-satunya penghalang utama saat ini adalah calon mertuaku, oleh karena itu, aku harus bergerak cepat. Batin Tika yang saat ini tengah memandangi wajah Dika yang tengah serius menonton acara televisi. "Sayang, tadi saya beresin lemari baju, terus masih ada baju Nuri di sana. Kenapa gak dikembalikan saja atau di buang mungkin?" tanya Tika saat tengah menemani kekasihnya menonton televisi. Dika menoleh kaget. "Dibuang? Saya belinya bukan pakai bulu idung, tapi pakai duit, Sayang. Lagian baju yang ada di lemari itu, belum pernah dipakai Nuri. Kalau kamu mau pakai, pakai saja!" Jawab Dika santai. Namun, bagi Tika, jawaban dari Dika lagi-lagi melukai hatinya. "Oh, gitu, kenapa gak dibawain aja sekalian, kenapa masih ditinggalin di lemari." Dika yang nampak sebal, menekan remot TV hingga akhirnya padam. "Lupa, a
Baca selengkapnya
59. Pelan tapi Pasti
"Wa'alaykumussalam, Pak Hendri. Wah cepat sekali, Pak. Alhamdulillah, terima kasih atas bantuan Bapak.""Sama-sama, Bu, kami yang terima kasih karena sudah diinformasikan bahwa ada pasangan bukan muhrim tinggal dalam satu rumah.""Ya, Pak, sama-sama. Semoga Tika tidak nekat kembali lagi ya, Pak. Saya titip mantan suami saya, Pak. Meskipun sudah mantan, tapi saya dan Dika masih silaturahmi.""Baik, Bu Nuri, saya akan pastikan Mbak Tika gak akan kembali ke rumah Pak Dika sebelum mereka halal.""Baik, Pak, sekali lagi terima kasih."Nuri tersenyum puas setelah menutup panggilan dari Pak Hendri. Akhirnya malam ini ia bisa tidur nyenyak karena Tika sudah tidak berada di rumah Dika. Cemburu? Aku cemburu? Ya ampun, bukan itu. Aku tahu Tika itu orang yang nekat dan terakhir kali insiden Dika hampir mengambil kegadisanku, pria itu begitu liat dan tidak terkendali. Ia sempat menuduh aku yang kasih obat perangsang pada minumannya, padahal aku ini wanita sederhana yang amat bolos dengan hati dan
Baca selengkapnya
60. Tanggapan Orang tua Daniel
Nuri sampai menahan napas cukup lama saat Bu Widya mencicipi baso buatannya. Wanita paruh baya itu mengunyah pelan dan nampak begitu menikmati. Bu Widya mengangkat wajahnya menatap Nuri, tapi tanpa berkata-kata. Wanita itu menyantap baso tanpa gangguan dan tanpa komentar. Nuri menunggu dengan sabar sampai isi mangkuk habis, berikut dengan kuahnya. "Nuri ini.... " wajah Nuri mulai pias. Apakah masakannya tidak enak? Apakah gagal? Apa yang harus ia lakukan jika gagal? Bu Widya mengulurkan mangkuk baso kosong pada Nuri. "Ma, maaf kalau tidak enak." Nuri sekuat tenaga menahan tangis. "Kata siapa tidak enak? Justru Mama mau minta tambah. Satu mangkuk lagi ya!" Nuri terdiam dengan mulut setengah terbuka. Ia tidak percaya Bu Widya malah minta nambah. "Eh, kenapa bengong? Ayo, cepat, Mama mau makan lagi basonya. Kalau kamu masak banyak, Mama beli deh, bungkusin dua belas. Masing-masing baso empat biji saja kalau cukup. Mama mau latihan qosidah nanti malam, biar Mama bawakan untuk teman-t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status