All Chapters of TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
31-Pertemuan Tak Terduga
POV : AmeliaDetik ini, aku kembali berada di ruangan kecil di sudut resto. Mengamati sibuknya karyawan menyiapkan beraneka pesanan. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, mendepakku dari zona nyaman dengan status istri dari seorang manager. Aku yang dulu hanya diwajibkan untuk mengurus anak dan rumah. Tak pernah diberi kesempatan untuk bekerja di luar pasca menikah. Aku yang dulu terlalu percaya diri bahwa suami yang sangat kucintai, mencintaiku pula sama besarnya. Argh cinta. Terkadang hanya dipoles nafsu belaka.Kini aku bisa merasakan bangkit dan mandiri meski awalnya sempat tak percaya diri. Kebimbangan selalu saja merasuki hati bahkan sempat ingin mematahkan mimpi ini begitu saja. Tak perlu diperpanjang lagi jika pada akhirnya akan gagal juga. Entahlah, padahal waktu muda aku begitu pantang menyerah. Tak pernah putus asa apalagi harus bergantung pada sesama. Mandiri dan berjuang sendiri. Mungkin karena hampir delapan tahun tak lagi 'melihat dunia luar' membuatku semakin tak p
Read more
32-Sekadar Masa Lalu
Kubuka pintu mobil perlahan. Mas Denis tampak tersenyum manis menatapku tak berkedip sekian lamanya. Mataku mulai berkaca melihatnya kembali di depan mata.Aku tak tahu kenapa dia harus kembali di saat aku sudah bisa menata karir dan hati. Dia datang di saat tak tepat. Segera kulangkahkan kaki menjauhinya. Aku tak ingin dia tahu, detik ini aku kembali mengingat luka yang pernah dia tancapkan di setiap sudut dada."Amelia ... Amel!" Dia masih mengejarku dari belakang, berusaha untuk menggapai lenganku. Kutepis keras jemarinya saat menyentuk lengan gamisku."Tolong jangan sentuh aku, Mas," ucapku sedikit penekanan. Mas Denis spontan menarik kedua telapak tangannya terbuka ke depan dada."Sorry ... sorry, Mel. Aku nggak bermaksud apa-apa. Hanya saja-- "Hanya apa? Minta maaf karena dulu meninggalkanku begitu saja, iya? Di saat aku berada di dalam kebingungan, sekedar mengangkat telepon dariku pun kamu tak sudi. Sejijik itu kamu sama aku, ya, Mas?" ucapku datar. Kulipat tangan di dada tan
Read more
33-Wanita Itu
[Assalamu'alaikum Amelia, bagaimana kabarmu sekarang? Ini tante Rosita-- mamanya Denis. Sudah lupa, ya? Tak terasa, hampir sembilan tahun kita tak berjumpa] Kedua mataku terbelalak lebar membaca pesan itu di whatsapp. Tante Rosita? Mamanya Mas Denis? Darimana dia tahu nomer ponselku? Pasti Mas Denis sudah mengadu tentang pertemuanku dengannya. Siapa lagi kalau bukan dia? Dasar anak mami! [Wa'alaikumsalam, tante. Alhamdulillah kabar Amel dan anak-anak baik. Tante apa kabar? Ohya mohon maaf kalau kurang berkenan, tante dapat nomer telepon Amel dari mana, ya?] Biarlah dibilang lancang atau tak sopan langsung menanyakan soal itu pada tante Rosita. Daripada aku bisulan karena menahan penasaran. Meski dalam hati yakin memang Mas Denislah pelakunya, tapi tak ada salahnya bertanya langsung agar tak terus menduga-duga. [Alhamdulillah kabar tante dan Denis juga baik. Tante cari tahu sendiri dari google maps, Mel. Denis bilang nasi kebuli buat syukuran kantor barunya itu dari Twins Resto dan
Read more
34-Bertemu Laki-laki Itu
Pov : Bima Hari ini kudapatkan kabar gembira setelah sekian bulan menganggur bahkan membuat hidupku nyaris berantakan. Setelah merenung panjang, sedikit memperbaiki diri bersujud padaNya, akhirnya aku berhasil diterima bekerja di sebuah perusahaan cukup berkembang sebagai manager keuangan di CV Purnama Kurnia. Besok adalah hari pertamaku bekerja di sana. Alhamdulillah, kulihat ibu sujud syukur bahkan menangis tersedu mendengar kabar bahagia dariku. Melihatnya demikian, aku ikut terharu. Betapa mulia dan tulusnya hati seorang ibu. Dia akan selalu mendukung anaknya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Aku sangat bersyukur memiliki ibu sepertinya."Jadi besok kamu mulai kerja, Bim?" tanya ibu di sela isaknya. Aku mengangguk pelan. Kucium punggung tangan ibu lalu memeluknya erat, menangis di pangkuannya membuat hatiku sedikit lebih tenang. Ibu mengusap kepala dan punggungku pelan. Entah doa apa yang dipanjatkan ibu di setiap malam hingga bisa membuatku kembali ke dunia kerja lagi. A
Read more
35-Semu
Pov : Bima "Denis!" Aku kembali memanggil sembari melambaikan tangan ke arahnya. "Bapak kenal dengan Pak Denis?" tanya Aina kaget. Aku menoleh ke arahnya dengan sebuah anggukan."Dia sahabat saya," jawabku singkat. Ada binar berbeda di wajah Aina setelah aku mengatakan itu. Entah kenapa aku pun tak tahu dan tak mau tahu. "Bim! Ngapain di sini?" tanya Denis kaget. Aku pun tak kalah kaget saat melihatnya keluar dari kantor sebelah. CV Hermawan Grup. Kubaca papan nama yang terpasang di kantornya. Mungkin kah ini miliknya? Karena Hermawan adalah nama papa Denis. "Bim!" panggil Denis lagi membuatku sedikit gugup."Aku kerja di kantor sebelah. Oh ya kenalkan ini staf di kantor itu, kebetulan mau makan siang bareng di resto depan," ucapku pada Denis yang hanya manggut-manggut mendengarkan ucapanku. Saat Aina mengulurkan tangannya untuk salaman pun dia hanya mengangguk pelan sembari tersenyum, membuat Aina salah tingkah merasa tak enak hati bahkan mendadak berbisik padaku untuk pergi dul
Read more
36-Pasca Ijab Qabul
Pov : Dinda Hamzah Ramadhan. Seorang duda paruh baya yang mapan, pengertian dan dermawan. Itu yang ada di benakku saat aku bertemu kali pertama. Bahkan saat beberapa minggu berkenalan dengannya pun anggapan itu masih tetap sama. Aku bahagia tiap kali bersamanya. Kupikir dia cukup royal dan perhatian pada wanita, terutama padaku. Aku kembali berpikir, meski usianya jauh di atasku, tapi setidaknya aku tak perlu susah payah dan bingung soal duit jika sah menjadi istrinya. Tinggal ongkang-ongkang kaki menikmati gajinya tiap bulan. Bukan kah matre itu wajar? Setiap perempuan juga matre dan nggak suka hidup susah, kan? Jadi, nggak perlu munafik juga dengan menutupi semua isi hati. Matre dan berpikir realistis itu hanya beda tipis kok. Semakin hari semakin yakin jika menikah dengannya kebahagiaan sudah terpampang di depan mata. Rumah, pekerjaan dan karirnya sudah mapan. Namun, semua impian yang dulu terpampang depan mata itu ternyata zonk. Selama ini, aku selalu tak percaya akan kabar y
Read more
37-Hancur Berantakan
Pov : Dinda "Pa, aku mau tinggal di sini karena mama akan ikut suaminya ke luar negeri. Aku malas ikut mama yang selalu sibuk dengan urusannya sendiri setiap hari," ucap anak laki-laki itu lagi dengan suara meninggi. Tak ada sopan santunnya sama sekali. "Ikut saja sama mamamu. Dia yang dulu maksa papa untuk melepasmu, kan? Kenapa sekarang dia membiarkanmu kembali ke rumah ini?" Mas Hamzah balik bertanya."Kok papa bilang begitu? Dulu papa yang minta aku tinggal di sini, kan? Ooohhh ... apa karena sekarang sudah ada perempuan itu jadi papa menolakku?" tanya anak laki-laki itu ketus. Dia memelototkan matanya ke arahku. Aku sampai istighfar berkali-kali melihat sikapnya yang brutal itu. Tak seperti anak seusianya, anak laki-laki di hadapanku itu benar-benar berbeda. Mungkinkah efek orang tuanya yang broken home hingga membuatnya seperti sekarang? Entah. Hatiku mulai berdebar tak karuan. Bagaimana jika anak itu benar-benar tinggal di sini bersamaku? Impian menjadi nyonya besar akan bu
Read more
38-Terbelenggu Dalam Sesal
Pov : AmeliaSejak pertemuanku dengan tante Rosita dua minggu lalu, tiap hari wanita yang berusia lebih dari setengah abad itu selalu mengirimkan pesan padaku. Sekadar menanyakan kabar atau kegiatan yang kulakukan sehari-hari. Tante Rosita juga tak pernah lupa menanyakan tentang si kembarku, Yuki dan Yuka.Dua kali tante Rosita video call dengan dua gadis cantikku itu. Aku bisa melihat bagaimana ekspresi cinta dan sayang yang ditunjukkan wanita itu pada si kembar. Sepertinya Tante Rosita memang mendambakan celoteh-celoteh riang mereka untuk mengisi masa tuanya.Tante Rosita sering mengirimkan hadiah untuk kedua anakku. Bahkan saat kuhitung, sudah empat kali Tante Ros mengirimkan dress dan boneka untuk si kembar. Meski berulang kali kularang, tapi wanita baik hati itu tetap mengirimkannya juga. Aku tahu, mungkin tante Ros memang benar-benar merindukan kehadiran cucu. Jika dilihat dari usianya memang sudah waktunya menimang cucu. Namun, entah mengapa sampai saat ini Mas Denis belum jug
Read more
39-Tak Menyangka
Mataku terus tertuju pada beberapa foto Mas Denis yang terpajang di dinding kamarnya. Ada foto teman-teman kuliahnya, termasuk aku dan Mas Bima. Setelah kuperhatikan lagi dan lagi, ternyata foto yang menghiasi dinding kamar Mas Denis semua teman lelakinya, kecuali aku.Hanya aku satu-satunya perempuan yang fotonya terpajang di kamar ini. Tak hanya satu atau dua, tapi ada banyak sekali fotoku di sana, yang aku sendiri tak ingat kapan dia memotretnya. Sepertinya dia memotret dengan sembunyi-sembunyi.*Amelia ... meski kini dia tak menjadi milikku, namun aku akan tetap menyimpan cinta ini di dalam hatiku. Jikalau kelak memang dia tercipta untukku, aku yakin DIA akan menyatukanku dengannya kembali. Bukan hanya dengan status sahabat namun sepasang suami istri yang saling mengisi dan menemani hingga akhir hayat nanti.*Kubaca coretan kecil yang tertulis di salah satu fotoku yang terpajang di sana. Entah mengapa perasaanku menghangat kembali. Deretan kata itu mengingatkanku kembali akan tuli
Read more
40-Pingsan
"Amel ...." Suaranya kembali terdengar. Gegas kualihkan pandangan. Aku tak tahu kenapa laki-laki itu sudah ada di sini. Padahal Tante Rosita bilang jika dia berada di luar kota, makanya aku berani masuk ke sini.Aku kembali menoleh ke belakang, buru-buru menyeka air mata yang deras mengalir di pipi. Laki-laki yang dulu cukup dekat denganku itu sudah berdiri di ambang pintu. Sedari tadi kurasa dia terus menatapku lekat.Kutunjuk saja foto-foto yang menempel di dinding lalu selembar kertas yang menyatakan kemandulannya dan terakhir isi laptopnya. Tanpa suara, hanya air mata yang terus deras menetes. Mas Denis terus menatapku dengan berkaca-kaca. Aku dan dia hanya diam saling tatap lalu menunduk tanpa bicara beberapa menit lamanya. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga kudengar lirih suaranya ingin bercerita."Maafkan aku, Amel. Aku tak ingin melihat kekecewaan di wajah dan hatimu karena selembar kertas itu. Sebab itulah aku pergi meninggalkanmu perlahan. Berharap Bima bisa menggan
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status