All Chapters of BENIH 2 MILIAR: Chapter 71 - Chapter 80
167 Chapters
PoV Naya : Cari Perhatian
"Apa yang kamu pake, Nay?" Bang Khalid mengusap wajah sesaat setelah keluar dari kamar mandi begitu melihatku duduk bersandar di tepi ranjang."Lingerie."Dia menghela napas gusar, lalu meraih sepasang piama dari lemari, kemudian berjalan menghampiri."Sebelumnya kamu nggak pernah begini. Udah, nggak usah aneh-aneh, Nay. Nanti masuk angin. Abang suka kamu yang apa adanya." Dia pasangkan atasan piama tersebut untuk memutup tubuhku yang sebelumnya terekspos."Tapi, Abang suka Nindi yang ada apanya, kan?" sahutku kemudian.Gerakannya yang tengah mengancing piama terhenti. "Kenapa jadi bahas Nindi?""Karena dari sisi mana pun dia lebih unggul dari aku!""Astagfirullah, Nay. Nggak ada yang minta kamu buat bandingin diri. Kalian punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lagian Nindi nggak pernah pake yang beginian di depan Abang. Dia malah lebih sering dasteran.""Tapi, Abang suka, kan? Bahkan saat dia cuma dasteran pasti keliatan lebih menggoda dan seksi, ka--""Naya!" Aku tersentak sa
Read more
Berjuang Sendiri
Siangnya ...."Udah lebih dari dua minggu, Beb. Coba lu turunin sedikit gengsi dan hubungin dia duluan," celetuk Roy di tengah-tengah kegiatan mengemasi sembako untuk syukuran yang akan kuadakan demi kelancaran persalinan dalam beberapa minggu ke depan.Aku terdiam, menatap kantong berisi beras, minyak, telur, dan mie instan.Ini bukan tentang gengsi, tapi tentang harga diri dan kepedulian. Aku tak malu untuk memulai duluan, tapi bila yang bersangkutan tak ada upaya untuk sekadar memberi kabar, untuk apa aku berjuang?Meski jauh di sudut hati terdalam, kebersamaan kami dalam sepekan, membuatku mulai merasakan getaran dan rasa kehilangan serta rindu yang sulit digambarkan."Ogah, ngapain? Kalau dia nggak ada effort buat hubungin, berarti gue emang nggak pernah diprioritaskan.""Ck, kapan, sih lu bisa positif thinking sama si Khalid?""Nggak tahu, sejak Naya sadar, gue bahkan makin susah buat percaya sama dia. Bahkan saat dia janji bakal kembali dalam waktu dekat ini." Sejenak kulempar
Read more
Kontraksi
"Banyak yang terjadi hari ini, lu beneran nggak apa-apa, kan?" Roy memapahku sampai ke ambang pintu kosan. Aku mengangguk pelan, lalu perlahan menahan perut sembari duduk di karpet ruang tamu."Iya, nggak apa-apa. Mending lo buruan anter Emak lo pulang. Udah mau maghrib. Gue liat pucet banget dia tadi, kecapean." Kudorong pelan bahunya yang masih membungkuk memastikan keadaan."Sumpah, gue bakal balik lagi nanti malem. Pintunya nggak usah dikonci!"Aku mengangguk pelan, lalu melihat Roy berlalu dari pandangan.Beberapa saat kemudian adzan maghrib berkumandang. Dengan tubuh yang tiba-tiba terasa lemas tak bertenaga, kuseret langkah ke belakang, menuju keran dan mengambil wudu.Selesai bersuci, kugelar sajadah menghadap kiblat di kamar, kemudian menggunakan mukena dan mulai sembahyang.Tiap takbir yang dikumandangkan, tiap sujud yang lakukan, perasaan yang menggangguku dalam beberapa waktu belakangan tiba-tiba datang. Kutumpahkan tangis bahkan sampai di akhir salam. Bersimpuh dalam kuk
Read more
PoV Naya : Tak Ingin Bernasib Sama
Prang!Sontak aku terlonjak, sesaat sebelum terlelap, saat mendengar kaca kamar yang dilempar sebuah batu seukuran genggaman tangan dari arah halaman."Tunggu!" Bang Khalid yang merasakan hal yang sama, lebih dulu bangkit dan bersikap waspada saat dia memeriksa batu yang dilempar begitu menemukan secarik kertas yang direkatkan karet di atas permukaannya.Sementara Bang Khalid membaca kertas dan pesan di dalamnya, aku berjalan ke dekat kaca jendela dan melihat langsung keluar.Tampak seorang lelaki berperawakan tinggi besar meninggalkan halaman dari depan gerbang menggunakan motornya. Samar terlihat dia berhenti sejenak, begitu sadar aku memerhatikan. Jari tengah pun dia acungkan sebelum tancap gas dan menghilang.Aku tahu siapa sosok itu. Dia Roy, teman Nindi."Sorry, gue sengaja pake cara kasar. Soalnya gue nggak suka basa-basi apalagi kudu pencet bel yang nggak yakin bisa kedengaran, setelah telepon dari gue sengaja lu matiin tadi. Gue tunggu di RSU Kemayoran. Kalau nggak sampe dala
Read more
PoV Naya : Kritis
"Keadaan Nindi gimana?" Bang Khalid langsung bertanya saat kami tiba di hadapan Roy dan ibunya yang tengah menunggu di depan ruang bersalin."Nggak usah munafik, Sat!" Melihat kehadiran kami Roy langsung bangkit dan mendorong bahu Bang Khalid. "Lu salah alamat. Walaupun prematur tapi anak kalian udah lahir dengan selamat di sebelah sana. Peduli apa kalian sama perempuan yang bertaruh nyawa demi benih yang kalian tanam di rahimnya?"Bang Khalid tak berkutik. Kulihat kedua tangannya terkepal, menatap Roy tak kalah tajam."Akhiri kesepakatan kalian, bawa bayi kalian pergi, biar gue sama Mami yang rawat Nindi!""Nggak bisa!" sentak Bang Khalid tiba-tiba. "Secara hukum dan agama Nindi masih istri sah saya. Anda nggak berhak mengatur kapan pernikahan kami harus di akhiri. Saya masih punya tanggung jawab penuh atas dirinya!""Istri? Tanggung jawab?" Roy tertawa mencibir menanggapinya. "Bangsaaat!"Bugh!Aku terlonjak setelah melihat gerakan yang tiba-tiba Roy layangkan saat menghantam wajah
Read more
PoV Naya : Pengakuan
"Golongan darah saya juga AB negatif."Kulihat wanita dengan cardigan putih dan rambut yang dikucir itu berjalan menghampiri kami. "Tunjukkan di mana ruang tranfusinya!""Maaf, kalau boleh tahu ibu siapanya, ya?" Dokter bertanya untuk memastikan.Sejenak pandangan wanita yang sama cantiknya dengan Nindi itu beredar, menatap satu per satu dari kami, lantas menjawab dengan tegas. "Saya ibunya, Dok. Melani Pertiwi!"***Setelah kedatangan Bu Melani yang secara tiba-tiba menambah kelam atmosfer yang terjadi di rumah sakit ini. Perang dingin antara Roy dan Bang Khalid terus terjadi. Bahkan sampai jam dua dini hari ini nyaris tak ada percakapan di antara kami. Harap-harap cemas kami semua masih menunggu perkembangan kondisi Nindi sampai selesai transfusi."Bu, Pak? Apa tidak ada yang mau menengok bayinya lebih dulu?" Seorang perawat tiba-tiba datang menghampiri.Aku dan Bang Khalid bersitatap, sesudahnya kami mengangguk bersamaan."Kebetulan bayinya juga belum sempat di-adzani," tambah pera
Read more
PoV Naya : Egois
Di ruangan steril yang hanya menyisakan aku seorang. Kutatap bayi perempuan yang bergerak gelisah dalam kotak inkubator. Jemari mungil itu bergerak-gerak lucu. Bayi yang baru selesai di-adzani dan belum sempat diberi nama itu seperti mencari-cari susu.Rekah senyum di bibirku melebar, meski sesak yang masih tersisa belum juga usai. Kuseka air mata yang berkali-kali menetes tanpa sadar. Setidaknya sakit yang terus-menerus menghunjam dada ini sedikit terbayar kala menatap bayi mungil yang sudah lama kunantikan.Dia akan jadi penawar luka, penghapus air mata, penghibur derita, kala hidup yang akan kujalani nantinya tak lagi sama.Kurasakan sebuah pergerakan di belakang, suara derap langkah terdengar, dan sosok itu akhirnya berdiri di sebelah."Bu Melani?" Kutatap wanita berusia awal empat puluhan itu. Dia hanya geming menatap bayi di hadapan."Saya pikir satu-satunya kesalahan terbesar saya hanyalah menuruti nafsu sesaat dan memutuskan menjalin hubungan dengan suami orang. Saya pikir me
Read more
PoV Naya : Tekanan
Setelah Nindi dinyatakan koma, rumah sakit menyarankan untuk merujuknya ke RSCM, Jakarta Pusat yang hanya berjarak kurang lebih setengah jam dari Kemayoran. Hampir 2 x 24 jam semua pihak terkait dibuat terjaga siang dan malam melakukan segala tindakan agar Nindi mampu diselamatkan. Terlepas dari itu, ada bayi prematur berusia dua hari yang juga dipindahkan untuk mendapatkan penanganan khusus karena tubuhnya yang rentan. Dia diletakkan di ruang neonatal intensive care unit (NICU).Dokter bilang pemberian Asi yang memadai diperlukan untuk mempercepat pemulihan bayi prematur. Mendengar penjelasan itu aku jadi merasa bersalah dengan apa yang kukatakan tempo hari. Karena dalam ketidaksadarannya Nindi masih sangat beguna untuk menunjang kehidupan bayi kami.Bayi perempuan yang sebenarnya lahir sehat dengan bobot dua kilogram itu kami beri nama Fatina Alwadiea Rizqi yang artinya perempuan titipan pembawa rezeki. Sejak kemarin pengurusan akta kelahiran sudah mulai dilakukan dengan tentu saja
Read more
PoV Naya : Tak Sesuai Harapan
Tiba di rumah kami disambut Neli. Fatina langsung dipindahkan ke kamarku dan Bang Khalid yang sudah difasilitasi dengan box bayi berstandar khusus yang direkomendasikan dokter ahli. Bayi prematur yang butuh perhatian khusus agar menjaga kestabilitasan tubuhnya yang rentan. Sementara Papa pamit untuk mengurus beberapa keperluan selama kami tinggal di Jakarta dalam kurun yang belum bisa ditentukan."Kalau Nindi udah sadar, kayaknya kalian bisa pindah ke rumah yang lebih besar. Atau bisa juga Naya yang pindah, nanti biar Khalid yang pulang-pergi." Tiba di kamar, aku sudah dihadiahi dengan celetukan Mama yang terasa menohok hati."Loh, harusnya sesuai kesepakatan, pernikahannya diakhiri. Bayinya, kan udah lahir," sahut Bunda menimpali."Sejak awal kita nggak pernah setuju dengan kesepakatan itu Bu Siska. Lagian Fatina butuh Asi ekslusif sampe usia dua tahun. Sejauh ini saya liat anak-anak juga adem-adem aja. Iya, kan, Nay?" Aku terbungkam begitu Mama melempar pertanyaan."Mana ada adem-a
Read more
Saling Mengerti
Entah setan apa yang telah merasuki Naya? Setelah menyumpahiku mati, kali ini dia ingin mencabut alat-alat yang menunjang kehidupanku di ruangan ini.Caranya yang amatir membuatku yakin bahwa sebenarnya dia ragu, ragu dengan apa yang terjadi, ragu dengan keputusan yang dia ambil sendiri.Kecemburuan telah membuatnya lupa, kecemburuan telah membuatnya menutup mata, hati, dan telinga. Bahwa sekeras apa pun usahanya untuk menyingkirkanku, tak akan pernah bisa mengubah takdir yang Maha Kuasa."Ma-u a-pa, Na-y?"Sontak tangan itu dia tarik paksa. Gemetar bukan hanya jari tapi juga sekujur tubuhnya saat ini. Secepat tangisan Naya yang akhirnya pecah, secepat itu pula Khalid tiba bersama dengan tim medis untuk memeriksa.Mungkin Naya tidak tahu, bahwa sebelum dia datang Khalid sudah lebih dulu menyadari bahwa tanpa-tanpa kesadaranku sudah terjadi. Setelah Khalid selesai membaca Surat Yasiin aku bisa menggerakan kedua jari, tapi memang belum bisa membuka mata ini.Begitu lelaki itu pergi, Nay
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status