All Chapters of KEMBALINYA CINTA PERTAMA SUAMIKU: Chapter 11 - Chapter 20
78 Chapters
Kian Genting
"Ti—tidak, Inez. Aku tak bisa menjemputmu. Kau pergi saja sendiri," ucap Rio terbata-bata. Sekilas ia dapat melihat betapa amarah Hana lewat wajahnya yang kian memerah. "Hah! Abang jangan aneh-aneh. Abang pikir aku bisa menerima ini. Nggak mau, pokoknya jemput aku! Bukankah Abang sudah janji akan menjemputku, bahkan tempat tinggal untukku sudah Abang sediakan. Atau Abang takut dengan istri berwajah lusuh Abang itu?" Inez menggerutu. Ia tak tahu jika di sini semua wajah tersulut amarah oleh kalimatnya barusan, terlebih Hana. Rio mengusap keringat dingin yang berjejalan keluar di dahinya. Inez sukses membuat laki-laki itu didera ketakutan. "Sudah—" Rio berusaha menyudahi pembicaraannya. Namun, dengan cepat perempuan di sana memotong kalimatnya. "Biasanya juga tak peduli dengan perempuan itu. Kalau memang nggak mau jemput, kenapa nyuruh aku dateng ke sana." Suara perempuan itu terdengar kesal. "Bukan—bukan begitu, Nez. Ah, aku—aku sibuk," ucap Rio sambil memejamkan mata. Ia benar-be
Read more
Pertengkaran Hebat
"Dapat bagian katamu? Lantas, rumah yang kau bangun di dekat rumah Mama?" tanya Hana dengan tatapan menantang. "Rumah yang kau bangun dengan menghabiskan uang ratusan juta dan dibuat atas nama kamu. Bahkan surat rumah pun tak kau izinkan aku menyimpannya di rumah ini. Kau lebih percaya orang tuamu, sedangkan surat rumah ini yang aku simpan di rumah Ibu kau paksa aku untuk memintanya. Apakah ini adil menurutmu?" tanya Hana dengan mata tajamnya. "Semuanya adalah jerih payahku, Hana. Kau hanyalah ibu rumah tangga yang sama sekali tak menghasilkan rupiah," ucap Rio tak tahu malu. "Oh, begitu. Kau memang sama persis dengan mamamu. Jika memang begitu, mari kita hitung apa yang telah kulakukan demi keluarga ini, dan apa yang telah kau lakukan untuk keluarga ini," ucap Hana dengan kalimat tegas dan jelas. Tak ada lagi kata mengalah dalam kamus kehidupannya kali ini terhadap laki-laki tak tahu balas budi itu. "Silakan. Dan kupastikan kau hanya benalu yang numpang makan selama bertahun-tahun
Read more
Kemarahan Orang Tua Hana
Tatapan tajam menghunus dari mata renta dengan tubuh yang masih nampak begitu kokoh itu terarah pada Rio. Hatinya sebagai orang tua meyakini jika laki-laki itulah sumber masalah dalam rumah tangga anak bungsunua itu sekarang. Rio memalingkan pandangan ke jendela. Rasa kesalnya pada Hana kian besar kala melihat raut wajah laki-laki yang selama ini tak pernah manis terhadapnya. Ia tak sadar jika apa yang dilakukan Husni terhadapnya adalah ulah dirinya sendiri, ulahnya yang kerap kali menyakiti hati Hana. "Ada apa ini?" tanya suara bariton itu dengan nada datar. Hana menatap wajah laki-laki berwajah sangar dengan hati hangat itu. Ya, terhadap anak cucunya, Husni adalah seorang kakek yang hangat. Hanya saja ia tegas dalam memutuskan sesuatu dan itulah yang membuat Husni dan Rio tak pernah akur sejak dulu. "Hana minta bantuan Ayah untuk menyelesaikan ini," adu Hana pada laki-laki dengan rambut yang mulai memutih itu. Husni terdiam sejenak. Mengedarkan pandangan ke semua wajah yang ke
Read more
Tekad Hana
"Aku mencintai perempuan itu," jawab Rio dengan nada lirih. Hana tersenyum sinis. Hatinya kian meringis mana kala di depan orang tuanya Rio mengutarakan perasaannya terhadap perempuan lain. Husni terdiam sesaat. Menarik napas panjang demi mengurai sesak. Pun dengan Diana. Orang tua mana yang akan baik-baik saja kala mendapati menantunya mencintai perempuan lain? Maria nampak membuang muka. Ia tak memiliki keberanian apa-apa karena sudah terlanjur malu pada kedua besannya itu. Jika waktu dapat diputar, ia lebih memilih untuk tak datang ke sini kali ini. "Lalu, kenapa kau tak mau melepaskan Hana? Bukankah Hana telah memberimu kebebasan hanya dengan melepaskannya?" tanya Husni berusaha bertenang, meski detik ini ingin rasanya ia menghantam kepala tanpa ot*k itu ke lantai keramik yang ia pijak. "Aku tak ingin berpisah dari anak-anak," ucap Rio sedikit melemah. Husni muak mendengar kalimat barusan setelah kata 'anak' dijadikan alat untuk mempertahankan egonya. "Baiklah. Dan kau Hana
Read more
Semua Akan Terbongkar
Diana melempar sebuah jaket milik calon mantan menantunya itu ke sudut ruangan, berusaha menumpahkan kekesalan lewat benda mati tak bersalah itu. Hana tersenyum kecut melihat ulah sang ibu. "Sudahlah, Ma. Hana bersyukur akhirnya akan segera terbebas dari laki-laki itu. Hana tak akan pernah menyesal melepaskan Rio. Hana hanya akan fokus untuk masa depan anak-anak saja. Biarkan keadilan Allah akan bekerja sendiri tanpa campur tangan Hana. Cukuplah do'a hati yang terzolimi bergerak dengan titah-Nya." Hana tersenyum getir. "Kau terlalu sabar selama ini, Na." Diana berucap lirih. "Sabar tak akan pernah membuat kita rugi, Bu."Diana pun menurut. Sejak dulu Hana memang selalu begitu, meski akhirnya sabarnya menemukan titik akhir. "Baiklah, Na. Semoga setelah ini kau menemukan kebahagiaanmu sendiri."Hana kini duduk berhadapan dengan sang ibu setelah semua dirasa cukup. "Aamiin. Makasih, Bu. Hana masih mikir setelah ini Hana akan bekerja apa? Karena selama menikah, Rio memang tak pernah
Read more
Amarah Lelaki Bergelar Suami
Laki-laki mana yang akan diam saja ketika tahu wanitanya bermain gil* di belakangnya. Rasanya terlalu bod*h jika dirinya hanya akan diam saja. Itulah yang ada di kepala Marwan. Selama ini ia selalu menuruti keinginan Inez semampunya, bahkan saat pandemi ia rela bekerja siang malam apa saja pekerjaan yang bisa menghasilkan uang di masa sulit itu. Namun, apa balasan perempuan itu? Sebuah rasa sakit yang bahkna sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh Marwan. Watak Inez yang ingin selalu mementingkan pujian membuat perempuan itu begitu sulit menerima jika harus hidup susah, bahkan pernikahannya dengan Marwan pun terjadi karena uang. Ya, Marwan dulunya bekerja sebagai di sebuah supermarket dengan jabatan lumayan. Inez yang sebelumnya memiliki hubungan dengan Rio tiba-tiba meminta berpisah dari laki-laki itu kala kenal dengan Marwan, hingga akhirnya keduanya menikah tak lama setelahnya.Tatapan laki-laki itu nampak nanar. Tangan dengan kulit kasar itu mengepal kuat hingga buku-buku tanga
Read more
Marwan Benar-benar Murka
"Kau melac*r bersama bajing*n itu di sana tanpa ingat jika kau menzolimi kami di sini!"Plak! Sekali lagi tangan dengan telapak lebar itu terayun. Berusaha menumpahkan amarah yang tengah berada di puncak. "Kau gil*, Marwan!" bentak Inez sambil menutupi kedua pipi kemerahannya yang terasa panas dan nyeri. "Kau lebih gil*! Kerja kerasku selama ini sama sekali tak ada harganya di matamu. Selama ini aku berusaha bersabar dengan ulahmu yang tak pernah bisa menghargaiku sebagai seorang suami." Rahang kokoh milik laki-laki bertubuh tinggi itu mengeras. Tatapan matanya memerah, penuh kilatan amarah. "Sudah kukatakan aku ke rumah Tante Linda!" Inez setengah berteriak. Rio berbalik mengambil ponselnya di atas kasur. Mengacungkan foto mesra Inez dan Rio ke depan wajah perempuan itu. Inez menatap tak percaya. Kepalanya sibuk menerka ulah siapa yang telah membuatnya seperti ini. Namun, ia tak sempat menemukan siapa dalangnya ketika pertanyaan Rio kembali membuatnya tersudut. "Apa kau anggap
Read more
Jatuhnya Talak
Kepala dengan rambut kusut-masai itu kian tertunduk. Inez tak memiliki keberanian untuk melawan. "Kau tau, dua petak tanah milik kita bahkan telah kujual demi memenuhi gaya hidupmu yang sangat berlebihan itu." Inez tersentak. Ia bahkan baru mendengar hal mengejutkan itu barusan. Perlahan wajah itu terangkat. Wajah dengan tanda lima jari di kanan kirinya yang masih belum hilang. "Maksud, Abang?" tanya Inez memberanikan diri. Wajahnya nampak menghiba. Namun, sama sekali tak ada iba di hati laki-laki itu. Marwan terlampau lelah, meski ia sendiri belum sepenuhnya yakin dengan jalannya ini. "Apa kau masih kurang yakin? Hitung saja berapa uang yang kau minta setiap bulannya padaku, hitung juga berapa penghasilanku. Apa kau pikir itu imbang?" Marwan membuang pandangan ke arah jendela. "Tapi, setidaknya Abang rembukan dulu kalau mau menjualnya." Inez menahan kesal. "Apa kau mau menurunkan gaya hidupmu jika aku menceritakannya padamu lebih dulu?" tanya Marwan sinis. "Jangankan untuk me
Read more
Mengantar Inez
Setengah jam ia menunggu. Tak ada suara, hanya gemerisik alat-alat bergesekan dari dalam kamar ulah tangan Inez yang terdengar hingga ke luar. Marwan membisu sambil berbaring di sofa ruang keluarga. Satu tangannya ia letakkan di atas kening, sedang tangan lainnya diletakkannya di atas dada. Ingin rasanya ia terlelap dalam alam bawah sadar. Otak dan hatinya terlalu lelah hari ini. Namun, upayanya gagal. Hingga satu jam emudian ia tetap terjaga, terlebih ketika telinganya menangkap suara langkah kaki mendekat. Inez berjalan perlahan dengan koper di tangannya. Wajah perempuan itu masih terus ditekuk. Marwan berjalan mengambil kunci mobil yang ia letakkan di lemari TV, kemudian berlalu keluar menuju garasi di mana mobil satu-satunya terparkir di sana. Mobil yang dulu pernah berniat ia jual demi mengurangi operasional. Namun, Inez melarangnya dengan alasan ia akan malu jika bertemu dengan teman-temannya yang jauh lebih sukses daripadanya. Marwan masuk tanpa peduli Inez kesusahan memas
Read more
Bahagia Melepaskan
Inez kian membeku. "Jawab!" bentak laki-laki itu dengan tatapan nyalang. Yusra beberapa kali mencubit tubuh Inez dengan sangat keras, hingga Inez mengaduh kesakitan. Gigi perempuan berusia 55 tahun itu bergemeretak. "Tak bisakah kau melihat Ibu dan ayahmu ini tenang, Nez? Apa kau ingin kami mati berdiri karena ulahmu?" tanya Burhan setengah berteriak. Telunjuknya yang kini gemetar terarah tepat di wajah sang anak. Marwan tak sampai hati mendengar kalimat barusan. Tapi, ia mesti bagaimana? Bertahan pun percuma jika hati Inez untuk Rio. "Sudah, Yah, Bu. Lebih baik sekarang Ayah dan Ibu bertenang terlebih dahulu. Maafkan Marwan karena nggak bisa menjaga amanah Ayah dan Ibu lagi," ucap Marwan. Tatapannya luruh pada taplak meja berenda yang menyentuh kakinya. "Perempen seperti ini memang pantas diberi pelajaran!" ucap Yusra sambil menampar pipi sang anak. Air mata tak terbendung lagi, hingga akhirnya tumpah di pipi tuanya. "Kau tak pernah bersyukur bersuamikan laki-laki yang tak ban
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status