All Chapters of SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Chapter 71 - Chapter 80
176 Chapters
Inggit Merasa Buntu
Seperti biasa, Ibu Salma terbangun di jam tiga malam. Wanita itu lekas mengerjap dan bangkit untuk pergi ke kamar mandi. Namun, baru saja membuka pintu, perhatiannya langsung tertuju ke pada Salma yang ternyata masih berada di tempat terakhir ia melihatnya. Wanita tua itu menghela napas berat. "Subhanallah, kenapa kamu tidur di situ, Salma?" gumamnya di sela langkah mendekati putrinya. Salma terlihat kuyu, tidur dalam posisi menekuk lutut dan meletakan kepala di atasnya."Dia pasti kelelahan menangis dan ketiduran di sini. Salma, Salma. Kenapa anak baik sepertimu mendapat ujian yang kian berat?"Lagi ... wanita tua itu merasa miris. Meratap pada nasib putri semata wayangnya.Ditepuk perlahan bahu Salma. Sontak wanita hamil itu pun terhenyak kaget. Matanya mengerjap untuk melihat sekeliling. Saat mendongak, barulah ia merasa kepalanya berdenyut."Auh," pekiknya pelan."Salma kamu tidak apa -apa?" Melihat ekspresi kesakitan di wajahnya, membuat sang Ibu khawatir._____________Sement
Read more
Haris sudah Gila!
Perhatian Reynand kemudian teralihkan ketika mendengar suara ketukan di pintu.“Siapa ya? Apa jam segini sudahada aktifitas di kampung ini?” Alangkah pria itu terkejut,sekarang ini, orang yang sedari tadi dicari –carinya, ternyata ada dihadapannya.“Hah? Ha –ris? Kamu mau apa?”tanya Reynand bingung.Haris tersenyum miris. “Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumsalam.”Baru saja mengucap salam, dan belum menjawab pertanyaan dari sang tuan rumah, Haris malah berlalu begitu saja melewati Reynand. Kontan hal itu membuat sepupu Salma tersebut bingung.“Di mana kamarmu, Mas?” tanya Haris, celingukan. Kakinya langsung bergerak ke arah kamar –kamar. Saat membuka kamar terdekat, Haris seperti terkejut karena melihat ke dua orang tua Reynand ada di sana.“Ah, maaf!” Haris mengangguk hormat pada mereka.“Hei apa yang kamu lakukan?” tegur Reynand.Namun, Haris tidak peduli dan berjalan ke arah kamar lain. Saat itu dia melihat seorang remaja tengah tidur pulas di atas ranjang.“Ini pasti kamar kam
Read more
Rasakan Sakitku Dulu!
"Aku tahu bahwa pria itu tulus padaku, sekarang pun dia pasti mau membantuku apa pun kesulitanku!" ucapnya dengan percaya diri. Dia tahu betul siapa Albi. Berapa kali pun Inggit mengusir dan meninggalkannya, Albi selalu kembali mencari wanita itu. Tak peduli banyaknya luka hati karena berada di sisi Inggit hanya sebagai pelampiasan dan bersenang-senang saja.Dikeluarkan lagi ponsel yang sudah disimpan di saku jaket. Lalu menggesernya mencari nama Albi. Dia harus menghubungi pria itu dan menyampaikan niatnya. Dia sangat yakin kalau Albi akan langsung menerima panggilan dan mengamini keinginannya. "Tentu saja karena bahkan dia sedari tadi terus meneleponku!" ucapnya di kala jempolnya mengklik icon panggilan.Sementara itu yang terjadi di seberang telepon .....Albi sedang menyantap bakso, makanan favorit pemuda tersebut. Sejak dari siang perut Albi belum terisi apa pun. Tadi saja akan makan di rumah Inggit, malah diusir tuan rumah. Padahal makanan sudah siap dan dia bahkan sudah berja
Read more
Talak Ke Dua
“Apa Salma tidak mau diajak pulang?” Rerynand bertanya. Dia sungguh penasaran, apa yang sedang Salma rencanakan dan putuskan. Wanita itu bahkan sama sekali tidak memberi tahu Reynand, kalau dia akan pergi dari rumah dan tinggal di rumah Ibunya.“Dia meminta cerai.” Haris menjawab lemah.“Apa?!”“Tapi, demi Allah, sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikannya,” tegas Haris. Kali ini sorot mata pria itu menajam, walau pun tidak diarahkan pada Reynand.“Tunggu!” Haris mengangkat kepala, seolah teringat sesuatu yang membuatnya terkejut.“Jangan bilang kamu nggak tahu, Mas!” terka Haris. Jika tidak, kenapa pria itu bertanya. Dia bahkan sudah punya waktu bersama dan dekat dengan Salma kemarin.Reynand diam tak menjawab. Namun, diamnya sudah cukup membuat Haris paham kalau Reynand mengamini ucapannya.“Kamu pasti senang membuatku merasa bersalahkan,” ceplos Haris sembari kembali menaruh kepala di bantal. “Heuh, nyama sekali rumah ini, begitu tenang adem dan ....” Suara pria itu tidak
Read more
Cerai dan Tetap Bahagia
Inggit menunggu dengan gelisah di sebuah halte. Tempat tunggu di seberang rumah sakit di mana Karim dirawat sekarang. Sudah lebih lima menit, tapi taksi online yang dipesannya tidak juga muncul. "Kenapa Albi tidak berinisiatif menjemput? Apa dia sedang sakit, ada orderan atau gimana?" keluhnya sembari melihat ke arah jam yang melingkar di tangan. Waktu menunjukkan pukul 22.30. "Tidak mungkin ada orang order jam segini, lagian dia kan bilang kalau malam waktu istirahat dan tidak akan menerima orderan." Wanita itu tiba -tiba ingat ucapan Albi yang memiliki kebiasaan dalam bekerja."Kecuali kalo orderan itu dari kamu, Beb. Jangankan jam sebelas, jam satu dua malam, bahkan begadang pun aku siap antar kamu ke mana pun kamu minta!" seru Albi suatu ketika. Meski begitu, Inggit mulai tak nyaman bertanya, apalagi meminta Albi berkorban datang untuknya. Bahkan, ketika pria itu menawarkan uang, itu sudah lebih dari cukup. Dia ingin tahu diri, agar tidak menjatuhkan mood Albi dan mengurungkan
Read more
Anak Korban Perceraian
"Umi!" Agni berseru, memanggil Uminya yang tengah sibuk di dapur membantu ibunya menyiapkan sarapan.Mereka boleh saja sedang sedih, tapi anak -anak tetap perlu makan untuk bertahan hidup. Walau mungkin Salma sendiri tidak akan berselera makan nanti.Mendengar panggilan sang anak, Salma lekas ke luar mendekat pada Agni yang berada di ruang tamu. Mata wanita hamil itu menyipit melihat putrinya tengah berdiri di depan jendela dengan menyibak sedikit gorden, melihat ke arah luar."Ada apa, Sayang?" tanya Salma yang juga penasaran berjalan ke arah jendela itu."Lihat, mobil Abi masih di sini. Apa artinya Abi tidak pulang?" tanya Agni. Dia pikir Abinya pasti sudah pergi begitu Umi menolaknya. Pasti tidak akan masalah bagi Abi Agni. Dia kehilangan Salma yang sudah tua, dan mendapat istri baru yang cantik dan muda. Pria itu juga jadi bebas sekarang mau melakukan apa pun dengan Pelakor tersebut.Salma menghela napas berat. Kalau Haris masih di Bogor, dia harus siap menghadapinya lagi hari in
Read more
Dunia Memang Kejam, Nggit!
“Apa kamu mau masuk?” tanya Inggit.Albi sengaja menghentikan mobil di lobi sebentar. Mendengar pertanyaan Inggit, pria itu menggeleng. Untuk apa dia masuk ke dalam? Semua itu hanya akan menambah buruk mood –nya saja. Melihat perempuan tua yang kelakuannya lebih buruk dari Mak Lampir.Sopir yang mengantarkan Inggit, kemudian mengeluarkan kepala dari pintu yang kacanya sudah diturunkan. Lalu mendongak menatap bangunan menjulang tinggi di depannya. “Rumah sakit ini pasti mahal,” gumamnya.“Bangunannya saja seperti hotel, belum nanti alat –alat canggih yang harganya pasti selangit.” Pria itu menyambung. Membayangkan ruangan pasien yang ditempati Karim mirip hotel.Padahal, keluarga Inggit bukanlah orang berada, kenapa nekad mencari rumah sakit mahal dan tidak pergi ke rumah sakit –rumah sakit yang di sana ada subsidi pemerintah.“Ya, bisa jadi. Aku belum pernah datang ke sini dan membayar. Semoga saja tidak mahal dan sisa uang ini lebihan banyak. Aku akan memakainya untuk modal dan mencic
Read more
Surat Terakhir Haris
“Abi!” seru Abram yang melihat sosok Abi –nya memasuki ruang Mushola.Di mana semua orang tampak khusyu.’ Melakukan sholat qobliyah yang pahalanya lebih berharga dari pada dunia dan seisinya, sebagian wirid usai sholat sembari menunggu Imam naik ke tempatnya dan memulai sholat berjamaah. “Hem, Sayang. Kalian baik –baik saja?”Abram memeluk Haris, begitu pun adiknya, mengekor dan melakukan hal sama dengan kakaknya. Haris pun duduk dengan memeluk anak –anaknya di ke dua sisi. Betapa dia sangat merindukan moment ini. Padahal baru sehari mereka tidak bertemu, tapi rasanya sudah sangat lama. Mungkin, karena hubungan mereka sedang tak baik –baik saja. Haris merasa ini adalah detik –detik terakhir yang menyiksa. Dia bisa jadi akan kehilangan komunikasi dengan anak –anak itu lebih lama.“Abi baru datang?” tanya Adik Abram menjauhkan kepala agar bisa melihat ekspresi sang ayah.“Ehm, kapan ya?” Haris pura –pura berpikir. Miris sekali rasanya.“Nanti aku mau pulang bareng Abi saja ya? Ikut A
Read more
Abi ... Abi ....
“Halo, Al.” Inggit menyapa orang di ujung telepon. Suara perempuan itu serak karena menangis.“Ya? Ada apa? Kenapa kamu menangis?” Albi merasa heran. Padahal Inggit sudah mendapat uang darinya. Apa dia tahu kalau uang itu hanya sebagian kecil dari apa yang harus dia bayar semuanya? Atau terjadi sesuatu yang lain? Pertanyaan –pertanyaan itu berkelabatan di kepala Albi.“Apa terjadi sesuatu pada Bapak?” tanyanya ingin memastikan dugaan.“Iya, Al. Bapak kena serangan jantug, dan ternyata jantungnya perlu dioperasi agar Bapak tetap hidup normal.” “Operasi? Wah, maklum sudah tua itu, Nggit. Mungkin, dokter perlu menggantinya ya, tapi harga jantung aja satu Miliyar koma enam.” Albi menyebut nominal dengan sedih. “Kalau orang miskin macam kita yang sakit begituan, ya sudah, pasrah saja.” Dia tahu nominal itu saat iseng –iseng bertanya pada temannya yang ikut sindikat jual beli organ dalam. Ilegal di dunia medis, tapi nyatanya bisnis itu tetap eksis sampai sekarang karena ada aliran dana be
Read more
Pukulan untuk Wawan
"Apa masih panas?" tanya Nenek ikut panik. Pasalnya sudah dari pagi, ketemu pagi lagi, tapi panas Abram belum juga turun. Padahal, mereka sudah memberikan obat penurun panas. Dingin sebentar. Sekarang panas lagi."Ya, Bu." Salma mengucap lemah.Meski sekarang Abram terlihat pulas. Namun, masih suka mengigau dan memanggil Abinya. Sebagai seorang Ibu, Salma tahu, bahwa anaknya sedang mengalami fase malarindu ke pada abinya."Apa mau dibawa ke puskesmas? Tapi kalau ke sana juga cuma dikasih obat-obatan kaya gini." Nenek duduk di sisi ranjang. Mengamati satu per satu botol obat di nakas. Bukan hanya Paracetamol, Salma juga membeli vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh Abram.“Apa kita bawa ke rumah sakit dulu, Mi?” usul Agni. Dia sudah lelah. Jenuh. Merawat adiknya membantu Uminya yang sedang hamil besar.Walau pun banyak hal yang ia kerjakan, tetap saja adiknya masih sakit begini. Belum lagi Farhan yang sering rewel dan Agni yang mengandel. Dia bahkan sampai harus bolak –balik ke w
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status