Semua Bab SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Bab 61 - Bab 70
176 Bab
Maafkan Aku, Mas!
Mata Haris menyipit, sebuah viedo terlihat di layar ponsel milik Reynand. Melihat adegan sekilas di sana, dia langsung berpikir Reynand ini ternyata otaknya mesum juga.Namun, melihat tokoh wanita dalam video yang tak asing membuat Haris membeku dengan dua mata melebar. Belum lagi situasi latar rumah yang juga tak asing baginya. Direbut ponsel Reynand tersebut dari tangan pemiliknya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Reynand heran dan terkejut.Haris mengulang video dari awal. Di waktu yang sama, suara anak kecil merebut perhatiannya.“Abi!”Haris pun menoleh. Saat itulah, Reynand mengambil kembali ponsel yang berada di tangan suami Salma. Dia tak menyangka pria itu bisa bersikap tak sopan. Bertolak belakang dari apa yang dia tampakkan tadi di rumahnya. Seorang pria sholeh yang bahkan meneguk minum saja menyempatkan membaca doa lebih dulu.Karena perhatian Haris sudah fokus ke Farhan yang menghambur ke arahnya, lelaki itu pun tidak lagi memikirkan ponsel yang tadi diperhatikan pemiliknya
Baca selengkapnya
Tawaran dari Reynand
Agni melihat ke arah jam dengan gelisah. Sudah hampir masuk waktu Magrib, tapi ke dua orang tuanya, juga adik –adiknya belum juga pulang.“Mereka ke mana sih? Apa jalan –jalan? Makan bareng jamu tamu orang yang heboh tadi?” keluhnya yang merasa agak kesal.“Tapi nggak mungkin. Seenggaknya kalau pulang telat, karena mampir ke suatu tempat, Umi pasti kasih tau.” Agni mengetuk ketukkan bolpoin ke kepala.Gadis itu menghela napas panjang. Dia akhirnya harus mandiri dan bersikap dewasa seperti Hania kakaknya pesankan. Merasa lapar, gadis remaja itu pun berjalan ke dapur. Melihat masakan di atas meja makan seadanya.“Huft, Mi ... Mi.” Agni menggeleng. Ibunya itu tidak sempat masak karena terlalu sibuk, atau karena waktunya tersita memikirkan masalah abinya.“Oke, Agni. Mari kita memasak!” Gadis itu menggelung lengan dasternya. Sebelum melakukan pekerjaan itu, disempatkannya menyalakan ponsel dan merekam pekerjaannya.Tentu saja, hal itu bukan tanpa tujuan, dia ingin membanggakan diri pada H
Baca selengkapnya
Salma Menyerah
“Mana Abi?” tanya Farhan yang sudah berdiri di dekat Reynand. Pria yang sedang membeku menatap Haris tergesa pergi memasuki mobilnya, lalu mobil itu perlahan meninggalkan area Majlis Ustaz Fawwas.Reynand menoleh dan menurunkan pandangan ke bawah. Menatap sosok mungil yang juga menatap Abinya dengan bingung. Anak kecil itu pasti berpikir, kenapa Abinya pergi dan tidak mengajaknya? Kenapa dia harus ditinggal? Padahal sedari tadi Farhan sangat lengket dengan Bapaknya.Melihat mobil Abinya bergerak menjauh, Farhan berlari mengejar. Mata Reynand melebar. Takut jika terjadi sesuatu pada anak kecil itu, ia pun bergerak mengayun langkah cepat sampai setengah berlari.Tak mendapat apa yang diinginkan Farhan menangis. Abinya benar –benar hilang dari pandangan, karena mobil itu bergerak semakin cepat di tikungan jalan. Tangis Farhan semakin menjadi ketika dua tangan kekar melingkar di tubuhnya yang mungil daan menghentikannya.“Abi!” Anak kecil itu masih berteriak di sela tangis. Ia seolah akan
Baca selengkapnya
Salma Tidak Sebodoh itu
“Sudah loe lakukan?” tanya Albi pada orang di ujung telepon. Dia ingin memastikan apakah temannya itu mengerjakan apa yang dia minta. Maklum, jaman sekarang pun walau pun katanya teman, mereka tetap berbisnis dan mengesampingkan loyalitas. Setidaknya itulah yang Albi pahami. Dan tadi ... dia lupa akan mengatakan pada James kalau akan mengirim uang. “He em.” James menyahut cepat. “Loe belum mengeceknya?” Pria itu balik bertanya. “Hah?” Mata Albi melebar dengan ke dua alis terangkat. Terkejut. Begitu cepat James bekerja bahkan sebelum dia membayar. Namun begitu, tentu saja Albi juga sangat senang karenanya. Tak membuang waktu, pria itu pun menggeser layar, mencari aplikasi Instragam. Di akun Inggit sudah tidak ada. Ia pun bergerak ke nama akun fake yang digunakan anonim tersebut memposting video. “Benar, sudah tidak ada James.” Albi menggumam selagi matanya fokus mencari ke segala akun yang mungkin diupload ulang oleh akun lain. Albi menghela napas lega, saat tidak lagi menemukan v
Baca selengkapnya
Salma tidak Sebodoh itu (2)
“Hah?” Ibu Inggit tidak mengerti. Tapi dengan sabar Karim menjelaskan sampai semua jelas. Raut wajah Ibu Inggit yang sangat kesal dan tegang sebelumnya berubah menjadi sebuah senyuman.“Ya, ya Pak aku ngerti.” Ibu Inggit menjawab sambil tersenyum ke arah Inggit. Sementara istri ke dua Haris itu menatap sang Ibu dengan ekspresi bingung.Dahi Inggit yang mulus mengerut karena secara refleks memikirkan apa yang sedang ibu dan bapaknya rencanakan sekarang? Sebagai boneka yang digerakkan dan diatur ke dua orang tersebut, dia hanya bisa bersabar. Menahan diri untuk tidak membantah. Terkadang sampai bertanya –tanya, kenapa dia bisa se –penurut itu?Kini Ibu dan Bapak Inggit sudah selesai bicara di telepon. Wanita itu pun tak sabar ingin memberi tahu apa yang Karim katakan pada anaknya. Ia kemudian lekas menarik Inggit untuk bicara.“Sini, sini!” Wanita itu mengarahkan anaknya ke sofa agar lebih nyaman bicara di sana. Seperti biasa, Inggit menurut dan mengikutinya.“Apa Bu?”“Lupakan yang tad
Baca selengkapnya
Meninggalkan Haris
"Kalau begitu, apa Agni yang memposting video itu? Karena sejak awal, dia -lah yang memilikinya." Salma menggumam. Memikirkan betapa yang dilakukan anak di bawah umur itu sangat berbahaya untuk dirinya sendiri.Salma terpaku. Dia tak tahu harus melakukan apa sekarang? Tampaknya Pak Willis sekarang ada di pihaknya. Yah, kalau tidak mana mungkin dia memberikan flashdisk itu pada Agni, dan sekarang bahkan berbohong demi keselamatan Agni.Informasi mengenai pasal pidana pernikahan siri yang selama ini Salma abaikan, juga Pak Willis katakan padanya. Tangannya yang masih menggenggam dua ponsel itu, lalu bergerak menggeser layar. Ia kemudian ingin mencocokkan, apakah nomor yang tadi dihubungi Haris di Majlis adalah nomor yang sama dengan nomor Inggit yang disimpan pria tersebut di gadget satunya yang berada di tangan Salma?Tangan Salma meremas ponsel yang dipegang. Melihat bagaimana suaminya berusaha keras menipu dan memprioritaskan wanita lain, tekadnya semakin kuat untuk pergi.“Umi!” Sua
Baca selengkapnya
Haris tidak Percaya
Beberapa waktu sebelumnya ....Karim berada di dalam taksi yang dipesannya secara online saat berada di rumah Willis tadi. Meski dengan buas dia menghajar pemilik perumahan di kontrakan lamany, tetap saja Willis masih mau berbaik hati membantu Karim. Pria tua yang sejak awal memang harus dihormati. Tatapan Bapak Inggit mengarah ke luar jendela. Senyumnya merekah. Dia senang, karena pria yang dia pikir adalah musuh dan menikam dari belakang, rupanya malah membantu Karim memuluskan niat. Dia bisa menghindarkan Inggit dari kemarahan Haris akibat video porno itu.“Bapak tenang saja. Berhenti mencari tahu siapa pelaku yang sudah memposting video itu.” Ucapan Willis terngiang –ngiang di telinga. Obrolan mereka tadi terekam jelas dalam kepala Karim.“Kenapa?” tanya Karim. “Kamu takut kalau ketahuan? Atau kamu melindungi orang yang menguploadnya sebab itu adalah bagian dari rencanamu memberikannya?” ketusnya lagi. Pria itu tidak akan mudah percaya pada ucapan pria yang sebelumnya sudah jelas
Baca selengkapnya
Otot Tua Karim
Setelah beberapa jam berada di dalam mobil, Salma dan anak –anaknya akhirnya sampai di Bogor. Rumah Ibu dan mendiang Bapaknya. Dari dalam, wanita tua yang mendengar deru mesin mobil berhenti di depan rumahnya, lekas bergegas ke luar untuk melihat.Mata sayu Ibu Salma melebar melihat Salma turun dari mobil itu. Dan kemudian membuka pintu mobil belakang, hingga tampak anak –anak juga ada di sana. Sementara itu, Maya si sopir sibuk membuka bagasi untuk mengeluarkan barang bawaan penumpangnya.Ibu Salma makin terkejut, sopir wanita itu menarik tas –tas berat yang sepertinya berisi pakaian. Saat itulah dia tahu kalau Salma telah meninggalkan rumahnya.“Salma!” teriak Ibunya. Salma yang baru akan membangunkan Agni, anak tertuanya sekarang, menoleh ke asal suara. Ibunya berlari ke arahnya, hingga Salma mengurungkan niatnya. Dia kini menyambut wanita tua yang berjalan cepat ke arahnya dan memeluknya diiringi tangisan yang pecah begitu saja.Karena Ibunya menangis, Salma pun ikut menangis.“Ke
Baca selengkapnya
Ceraikan Aku, Mas!
“Salma!” teriak Ibunya. Wanita tua itu memeluk putrinya erat –erat. Dia tahu bahwa Salma sekarang berada di masa sulit, entah sajak kapan.Reynand yang sebelumnya menyampaikan pesan ke padanya mengenai pernikahan Salma dan Haris, bahkan juga tidak bisa menjawab. Ponakannya itu bilang, bahwa dia sendiri tahu hal itu dari Hamid temannya, bukan dari Salma secara langsung.Salma benar –benar tertutup mengenai ini. Jangankan Reynand. Dia yang ibunya saja tidak tahu apa –apa.Karena Ibunya menangis, Salma pun ikut menangis. Dia tidak tahu harus berkata apa. Untunglah hari sudah malam, dan kampung tempat tinggal orang tua Salma rumahnya jarang –jarang, hingga mereka bisa bebas menangis tanpa takut dilihat oleh orang –orang dan digunjing kemudian.Maya akhirnya diam. Menunggu anak dan Ibu itu menyelesaikan tangis mereka, sebelum kembali mengeluarkan barang lain dan kemudian mengangkatnya ke arah rumah. Dia mengerti bagaimana perasaan ke duanya. Pasti berat.“Kenapa bisa seperti ini, Salma?” t
Baca selengkapnya
Stroke Dadakan
“Tapi, Sal ....” Suara Haris menggantung, sebab mendapat dorongan dari tangan Salma, dan pintu di depannya tiba –tiba ditutup.Wanita itu seolah tidak mau memberinya kesempatan untuk minta maaf dan memperbaiki kesalahannya.“Salma! Buka! Kita harus bicara! Maafkan aku!""Kamu salah kira! Aku datang untuk memutuskan Inggit, dia sudah berselingkuh dengan pria lain!""Dia sudah pergi Salma, aku meninggalkannya!""Dan sekarang, kamu juga akan meninggalkanku!""Salma! Buka!" "Buka!" Haris tak berhenti mengetuk pintu. "Bukan hanya aku yang salah! Kamu juga salah kan? Pergi dengan Reynand ke sini. Aku tahu kalian pasti sepakat untuk meninggalkanku, dan sengaja pakai taksi agar bisa mengelabui orang –orang? Salma! Buka! Ini perintah. Aku masih suamimu!” Haris mengeraskan suaranya, tak peduli jika nanti ada yang mendengar dan melihat. Dia mulai kehilangan kesabarannya.Namun, begitu ... tetap saja dia berusaha mengontrol diri agar orang kampung tidak kesal dan kemudian mengeroyoknya.‘Ah, l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
18
DMCA.com Protection Status