Bab 55Pov Author Sebulan telah berlalu, keluarga Dewi pun kembali berkumpul seperti semula. Meski untuk menjadi seratus persen seperti dulu itu adalah suatu hal yang sangat mustahil. Dewi merasa telah memiliki jalan yang benar, karena Fika menurutnya masih memerlukan sisik seorang Ayah. Sedangkan Fika sebenarnya masih belum mantap hatinya, hanya saja dia tak ingin membuat sang ibu bersedih."Dek, aku berangkat ke luar kota dulu ya. Paling lima hari atau seminggu lagi aku sudah kembali sampai di rumah."Iya, Mas. Kamu hati-hati ya." Dewi menjawab sambil tersenyum.Rasa canggung sebenarnya masih terasa di dalam keluarga itu, tetapi mereka masih berusaha untuk bertahan.Bahkan selama satu bulan ini, Dewi pun tak pernah membiarkan sang suami menyentuhnya. Rasa jijik dan kurang sreg masih saja menyelimuti hatinya. Butuh waktu yang tak sebentar bagi wanita itu untuk bisa melakukan hubungan suami istri itu."Ma ... emang Mama percaya jika nanti di luaran sana Papa akan setia?" Fika yang be
Bab 56Untuk pertama kalinya setelah keluarga kami kembali utuh, Mas Hasan pamit ada pekerjaan keluar kota. Meski sebenarnya hati ini masih merasa ragu dengan kesetiaannya, tetapi aku berusaha untuk terus menepis rasa itu. Aku telah memberinya kesempatan untuk yang kedua kali, itu berarti aku pun harus kembali membangun kepercayaan itu. Hanya terus mencoba untuk berpikiran positif dan yakin jika Mas Hasan pasti akan berubah.Jika kali ini aku tak menaruh kepercayaan pada Mas Hasan, lalu bagaimana dengan Fika? Aku tahu saat ini putriku itu masih belum bisa mempercayainya Mas Hasan seutuhnya, jadi sebisa mungkin aku harus bisa membuat dia percaya lagi."Ayo Ma kita berangkat sekarang!" ucap Fika sambil menggandeng tanganku yang memang sejak tadi sudah berdiri di teras.Aku pun mengikuti saja langkah Fika. "Bi Nur dan Lio sudah siap?" tanyaku sambil menoleh mencari asisten rumah tanggaku itu."Sudah siap Nyonya!" teriak Bi Nur sambil tersenyum. Kemudian dia pun mengunci pintu.Pagi ini
Bab 57Mendengar perkataan dari Bu Supar itu, entah mengapa kami bertiga pun sontak menoleh dan berdiri. Dengan suara dan senyum yang kurang ramah dia pun bersedekap dada. "Maaf, Bu. Saya memang datang tanpa memberitahukan dahulu," ucapku yang merasa tak enak juga akhirnya.Tetapi sungguh apa yang dilakukan oleh Bu Supar itu sangatlah tidak pantas sebagai tuan rumah."S-sudah pulang, Bu," ucap Pak Supar yang juga nampak kaget.Wajah Pak Supar ternyata sama kagetnya dengan kami, bahkan lelaki itu langsung menyerahkan Lio pada Bi Nur. Seperti dia itu takut sekali dengan istrinya.BU Supar tak menjawab, tetapi wanita itu pun melirik pada suaminya dengan tatapan sinis. Hal itu tentu saja membuatku semakin bingung saja."Seharusnya tuh Bu Dewi kalau mau kesini itu ya bilang dulu dong. Jangan seenaknya begini, siapa tau saya ini sendang malas menerima tamu!" sungut Bu Supar yang semakin sewot sambil menghempaskan bobot tubuhnya di kursi dengan keras dan menaruh belanjaan di lantai dengan a
Bab 58Terhitung empat kali ini aku berkunjung ke rumah keluarga Adelia ini, sekali pun aku tak pernah memperhatikan perut dari istri Pak Supar itu. Orangnya memang kurus sih dan memang sepertinya saat ini sedang hamil, mungkin ditebak usia kandungannya sekitar lima atau empat bulan. Kenapa aku sangat kaget dengan kehamilan seorang wanita meski dia punya suami? Karena menurutku usianya sudah terlalu tua untuk memiliki anak. Usia almarhumah Adelia dan Arum mungkin sepantaran Fika, jadi kurasa umurnya pun tak jauh beda denganku, mungkin sekitar empat puluh lima, usia yang rawan sekali untuk hamil."Kenapa kok muka Ibu Dewi terlihat kaget gitu? Apa aku hamil itu sesuatu yang nggak mungkin?!" Bu Supar seperti mengerti yang ada dalam hatiku saat ini, sehingga dia kembali berucap dengan sewot."Bu---" Pak Supar sepertinya sungkan dengan sikap sang istri yang memang tak sopan, tetapi dengan satu kali kerlingan mata sang istri saja, lelaki itu sudah langsung kembali terdiam."Usia Bu supar
Bab 59Pov Author Dari kunjungan ke rumah Adelia untuk yang terakhir kali ini, Dewi pun jadi tahu jika sesungguhnya Bu Supar dulu tak begitu suka dengan kedua putri kembarnya. Malah saat ini dia sangat bersyukur jika keduanya telah meninggal dunia. Karena menurutnya itu membawa kesenangan tersendiri. Hidup memang pilihan dan setiap orang pun memiliki cara pandang yang berbeda. Awalnya memang Dewi tak suka dengan cara pandang Bu Supar, tetapi kembali tentu itu bukan hal dia. Jadi, akhirnya dia pun pamit pulang dan janji tak akan datang kembali ke rumah itu.'Aku punya niat baik yang tak diterima, jadi mulai sekarang aku janji pada diri sendiri untuk lebih menyayangi Lio, anggap saja dia kini telah menjadi sebatang kara!' gumam Dewi dalam hati sambil menatap sedih pada Lio.Berarti memang Adelia dulu telah tahu jika Bu Dewi akan merawat anaknya lebih baik dari pada Sang ibu kandung sendiri.***Sementara itu, di luar kota Hasan mendapatkan banyak sekali godaan. Karena memang sebenarny
Bab 60Pov Fika"Kamu harus fokus pada kuliah kamu saja ya, Nak. Mama dan Papa sudah kembali berbaikan. Insyaallah keluarga kita pun akan jadi membaik seperti dulu. Meski mungkin memang sangat berat, tetapi kamu memang tetap harus memberikan kepercayaan lagi pada Papa," ucap Mama sambil mengelus pucuk rambutku."Insyaallah ya, Ma. Fika akan selalu berusaha untuk menjalin lagi hubungan baik dengan Papa, saat ini pun sebenarnya kepercayaan itu mulai tumbuh. Enam bulan telah berlalu sejak kejadian itu, sepertinya memang Papa yang dulu sudah kembali," jawabku sambil tersenyum.Sesungguhnya aku mengatakan hal seperti itu adalah untuk menyenangkan hati Mama saja. Padahal hingga saat ini rasa kepercayaan pada Papa itu masih hanya lima puluh persen lebih sedikit saja."Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah kamu nanti jangan ngebut-ngebut ya. Kabari mama jika sudah sampai."Aku hanya mengangguk dan kemudian memeluk tubuh mama erat, setelah sungkem aku pun langsung melajukan motor matic kesayang
Bab 61Pov FikaTetapi demi Mama, aku harus terus berusaha memberikan kepercayaan penuh pada Papa. Namun, sekuat apa aku berusaha seperti yang Mama lakukan saat ini, tentu saja hal itu menjadi sangat mustahil bagiku. Kepercayaan yang telah koyak ini, tentu sangat sulit sekali untuk ditaklukkan. "Fik, sepertinya sampai saat ini kamu belum bisa ya memberikan kepercayaan pada Papa seperti dulu?" Beberapa bulan yang lalu Papa menanyakan hal ini padaku.Dengan spontan aku pun langsung mengangguk kepala, dengan ekspresi wajah yang datar."Tak bisakah kamu kembali membuka hati, Nak. Papa tahu itu memang sangat sulit, tetapi Papa janji akan membuktikan jika semua ini bukanlah hanya isapan jempol belaka. Kamu bisa pegang janji ini," ucap Papa lagi ketika aku masih tetap terdiam."Tolong ... mulai saat ini jangan pernah berjanji lagi, Pa. Karena yang nanti akan merasa sakit bukan hanya aku, tetapi Mama juga. Dan, ketika hati Mama menjadi sakit, saat itu aku pun merasakan hal yang sama," jawabk
Bab 62"Gimana Bi, semua makanannya sudah siap kan?" tanyaku pada Bi Nur yang sedang asyik menata makanan di meja makan."Siap Nyonya, hanya tinggal menata sedikit saja," jawab Bi Nur dengan sopan.Tanpa berkata banyak lagi, aku pun segera membantu asisten rumah tanggaku itu.Ya, hari ini aku menang menyuruh Bi Nur untuk masak beraneka ragam makanan, karena nanti ada makan malam besar. Mas Hasan yang berada di luar kota selama sepuluh hari katanya saat ini sudah dalam perjalanan. Sedangkan Fika pun sudah menelepon kalau akan pulang bersama teman dekatnya yang kebetulan memang seorang yatim piatu. Sepertinya tak lama lagi mereka pun akan segera sampai."Saya bersihkan kamar tamu ya, Nyonya," ucap Bi Nur yang hanya aku jawab dengan senyuman dan anggukan saja.Sebenarnya sudah aku sudah menyuruh Bi Nur sejak tadi pagi membersihkan kamar tamu yang akan ditempati oleh Nesya itu, tetapi karena memang masak banyak, aku pun mengerti jika dia baru bisa mengerjakan malam ini. Sedangkan aku ta