All Chapters of Niat Menyamar Malah Dilamar: Chapter 31 - Chapter 40
54 Chapters
Bab 31. Tanda Persahabatan
"Cantik," ucap Mahardika di belakangku. Aku masih duduk di depan cermin. Tidak ada yang meragukan tim Mahardika dalam hal mendandani. Riasan natural sedikit glow terkesan sederhana namun terlihat anggun. Apalagi rambutku disanggul tinggi dengan hiasan beberapa kuntum bunga segar."Tambah cantik kalau memakai ini," bisiknya sembari mengalungkan hiasan leher berbandul permata berkilau. Kalung yang tipis tidak begitu kentara, berpusat pada bandul."Sponsor, Dika?" tanyaku sambil melihatnya melalui cermin. Mengagumi kalung yang cantik ini, model sederhana dan tidak mendominasi tetapi menambah pesona si pemakai. Betul yang diucapkan Mahardika."Kamu suka?" "Iya.""Itu memang buat kamu. Tanda persahabatan kita yang akan bersinar sampai kita menua.""Dika .... Ini berlebihan. Tanpa ini pun, kamu satu-satunya sahabatku yang menyinari di setiap langkahku. Menunjukkan jalan terang dan membuatku bangkit saat terpuruk," ucapku. Kami berpandangan melalui pantulan cermin. Tersenyum bersama dan s
Read more
Bab 32. Pencabut Nyawa
Dengan dukungan Mahardika, hubunganku dan Langit semakin dekat, walaupun aku masih belum berani menemui ibunya Langit, Den Ajeng.Aku masih kawatir, karena kebohonganku membuat Den Ajeng kecewa dan menolakku. Aku belum siap menerima kemungkinan berpisah dengan Langit.Berbeda dengan Langit, dia semakin akrab dengan orang-orang terdekatku. Tidak hanya Mahardika, sekarang ada Mbak Rahmi yang mulai akrab dengannya. Bagiku Mahardika dan Mbak Rahmi adalah keluargaku."Mas Langit orangnya baik, ya. Pantas saja Mbak Lintang terkiwir-kiwir," seloroh Mbak Rahmi saat kami makan pagi berdua. Langit sering datang berkunjung ke rumah, termasuk berbincang dengan Mbak Rahmi. Pribadinya yang super, membuat mereka menjadi akrab."Kalau sudah cocok, langsung bungkus saja. Model seperti Mas Langit sudah langka di jaman sekarang!" tambahnya semakin menjadi-jadi. "Memang makanan?" "Ya tidak jauh bedalah. Sama-sama membuat semangat! Mbak Lintang juga semakin rajin update tulisan. Aku kan baca terus. Bab
Read more
Bab 33. Pria Bodoh
Sejak mengenalmu, semua indera tertulis namamu. Aku tidak sanggup perpaling apalagi menjauh. Biarlah. Biarkan saja kau tidak menyambut. Tidak kau hilangkan diriku dari hidupmu saja, sudah cukup. ***Aku hanyalah satu titik kecil yang hampir tidak kentara, bahkan dibuang oleh seseorang yang seharusnya melindungi dan membanggakanku. Karenanya, aku diberi nama Mahardika. Kata ibu panti asuhan artinya kaya, makmur, kuat, berilmu, dan berbudi luhur, bangsawan. Nama ini akan mengantarkan menjadi titik yang lebih jelas.Suatu hari, mata ini terpaku pada satu sosok yang indah. Bersamanya aku merasa lebih berarti. Hati ini menghangat saat di dekatnya. Aku seperti mencandui setiap senyuman, sikap koyol, bahkan bayangannyapun aku rindukan. Dunia seperti hanya dia seorang, Lintang Astuti.Retak hati ini mendengar penolakan cinta yang aku tawarkan. Namun, pengertian dan perhatiannya perlahan memulihkan hati."Aku tidak mengerti tentang cinta itu apa. Yang aku tahu, bersamamu lebih sekedar dari
Read more
Bab 34. Aku Rindu
POV MahardikaSekarang dia menatapku melalui spion. Menarik napas dalam dan menghembuskan kembali. "Apa yang kamu lakukan saat merindukan seseorang?" Suara Lintang akhirnya terdengar."Aku akan mengingatnya.""Kalau masih tetap rindu." Suara Lintang seperti tercekat menahan tangis. Aku menatapnya sekilas, ada kilatan air mata yang mengambang kembali."Aku tetap akan mengingatnya.""Itu saja? Ta-tapi, kenapa malah semakin rindu? Dan hatiku semakin berat?" Dia memalingkan wajah ke arah jendela, menyembunyikan air mata yang semakin deras."Aku akan bercerita tentang kenangan indah. Dengan begitu, aku akan tersenyum kembali," jawabku sembari mengeratkan tangan ini di kemudi. Melihat keadaannya, hati ini ikut teriris. "Ceritakan yang indah tentangnya. Aku siap mendengarkan."Kami berputar-putar menghabiskan malam. Sepanjang jalan Lintang menceritakan tentang Langit. Cerita konyol tentang pertemuan mereka.Tetap dengan linangan air mata, namun ada terbersit senyuman di bibirnya. "Bagaim
Read more
Bab 35. Alasan Aku Ada
POV Lintang AstutiHati ini berdarah kembali ketika menyebut namanya. Langit dan tragedi yang berusaha aku lupakan, seakan bersanding. Hati ini bertengkar hebat berebut kebenaran. Meneruskan hubungan ini atau berhenti sampai di sini. Sungguh, ini sangat berat untukku.Semakin aku menjauh darinya, semakin lekat nama Langit di hati. Bagaikan pasir hisap. Sekuat tenaga aku meronta, semakin dalam aku ditenggelamkan.Hanya Mahardika lah yang bisa menolongku. Menarikku dari kebimbangan ini, seperti dulu saat aku terpuruk.Benar.Malam itu dia memberiku sepucuk surat dari Langit. Sesuatu yang kurindukan sangat, tetapi berat kulakukan. Namun, sikap kesal Mahardika mendorongku untuk menghadapi kenyataan. Aku mengerti, dia pasti tersiksa dengan sikap ketidakdewasaanku.Ragu, aku buka surat beramplop putih dan kubaca dengan hati yang sudah memutih ini. Perlahan suara samar semakin jelas mendendangkan nada indah. Mengantarku keluar dari keraguan.Surat dengan tulisan tangan indah Langit.~~~Lin
Read more
Bab 36. Hukuman
Kami duduk berdua di pinggir kolam. Bersandar di sunbed yang sudah disatukan. Aku yang masih sibuk menatap jari manis yang sudah dihiasi cincin indah darinya, kemudian menatapnya sambil tersenyum. Memuaskan kembali dahaga rinduku."Sayang, kenapa tadi tidak secepatnya mengatakan iya. Aku tadi hampir putus harapan. Kawatir kamu berubah pikiran dan lari lagi. Membayangkan saja, aku tidak mau," tanya Langit. "Tadi, aku terkejut sekali. Menurutku, ini terlalu cepat. Aku tidak menyangka kau seberani dan senekad ini?""Memang apa yang harus aku takutkan? Aku lebih takut kalau kehilanganmu. Kamu tahu tidak, kemarin aku seperti orang gila. Kamu menghilang tanpa bicara. Telpon, pesan, bahkan kedatanganku kamu tolak. Untung ada Mbak Rahmi dan Mahardika. Mereka membantuku. Makanya, lebih baik sekarang aku segera mengikatmu," ucap Langit, sambil merangkul pundak ini."Dengan ini?" tanyaku sambil menunjukkan cincin emas ini."Itu langkah awal. Langkah berikutnya, aku akan mengajak ibu ke sini. T
Read more
Bab 37. Kamar Rahasia
Warna merah jambu melingkupi diri ini. Inginku dan niat dia sudah menyatu, bersama untuk selamanya.Kalau perempuan lain akan sibuk mengusahakan restu orang tua, sedangkan aku mau kemana? Hanya Mbak Rahmi dan Mahardika yang aku punya. Bagaimanapun, aku tetap harus menemui bapak ibu, walaupun di gundukan tanah makam mereka berdua. Menyampaikan kisah gembiraku dan berbagi bahagia. Di sinilah aku, ditemani Langit yang memanyungiku dengan payung hitam."Bapak ... Ibuk ..., Lintang kangen. Lintang ingin cerita tentang kebahagiaan ini. Lintang ...." Aku tidak sanggup mengatakan apapun. Lidahku kelu dan air mata ini sudah membasahi pipi. Kerinduanku kepada mereka sangat, sangat sampai dada ini sesak karena memendamnya. Yang kubisa hanya memeluk batu nisan yang berdampingan ini. "Lintang .... Jangan menangis. Ayah dan Ibu pasti tidak menginginkan kau bersedih," ucap Langit mengusap bahuku. "Harusnya, mereka mendampingi aku," ucapku kemudian tergugu kembali. Langit hanya diam menungguku m
Read more
Bab 38. Menuju Kebahagiaan
Penasaran, aku segera menerobos mendahuluinya ketika pintu di buka. Kamar dengan cat abu-abu, senada dengan seprai dan sarung bantal, terlihat serasi. Gaya maskulin terasa kental, ditambah gitar yang menggantung di dinding.Yang membuatku terkejut, rak buku yang tinggi dipenuhi buku-buku tebal. Dari buku fiksi sampai buku filsafat. Dari yng berbahasa Inggris sampai bahasa Jawa. Aku baru mengerti, ternyata dia suka membaca.Aku berdiri di depan jajaran buku ini, seperti menciut bagaikan anak ayam di lumbung padi. "Ternyata suka baca novel, juga?" tanyaku meraih buku tebal. Aku membaca sampul belakang, diterangkan isi novel tentang romantika percintaan. Pantas saja dia pintar merayu. Aku menoleh ke arahnya, menatap dengan tatapan menyelidik sambil berpikir, 'Berapa perempuan yang sudah bertekuk lutut di hadapannya?'Yang aku curigai malah sibuk mengambil buku di rak satunya. "Ini novel yang sudah aku baca. Kalau mau, bawa aja." Dia menaruh tumpukan buku tebal di depanku."Aku baca no
Read more
Bab 39. SAH
Mahardika memegang kedua bahuku, menatapku lewat cermin. "Lintangku sekarang sudah dewasa, sudah siap untuk menjadi istri. Selamat, ya."Aku membalas dengan senyum sambil mengusap tangannya yang di bahu ini. Ucapan terima kasih tidak cukup untuknya, dia begitu banyak berbuat untukku. Perhatian, kesempatan, dan cintanya tercurah untukku. "Eits! Tidak boleh nangis. Nanti riasannya luntur. Walaupun waterproff tetap tidak boleh nangis," teriaknya, kemudian memanggil perias untuk memperbaiki riasanku kembali.Aku sudah selesai dirias. Baju kebaya putih yang berekor panjang. Rancangan Mahardika khusus di hari indah ini. Perpaduan antara tradisional dan modern. Peyet-payet berkilau bertaburan berpusat di bagian atas. Riasan juga mengusung tema natural, hanya sesikit sentuhan berkilau untuk menyesuaikan acara di malam ini. Sanggul sederhana dicepol berhias permata sederhana, menunjukkan leher jenjangku yang dihias kalung pemberian Mahardika. Aku bersikukuh memakainya, walaupun disarankan
Read more
Bab 40.  Demi Pesanan
"Kamu cantik dengan rambut terurai," ucapnya, kemudian menghapus jarak kami. Mencium kening dan berlanjut dengan sentuhan indahnya. "Langit, aku ganti baju dulu. Gerah." Aku dorong dia untuk menjauh. Belum sempat aku berganti baju. Inginku, aku ingin mempersiapkan malam ini dengan baju yang dititipkan Mahardika. Baju putih panjang bertali dan menerawang, menonjolkan sisi kedewasaanku. Memegangnya saja, sudah berasa lain, apalagi saat aku menggenakannya. Mengenakan lengerie sexy, parfum wangi dan bersikap lembut, itu kubaca untuk mempersiapkan diri di malam pertama. "Aku bantu," bisiknya tanpa melepaskan aku. Dengan satu tangannya, dia berhasil melepas gaunku. "Langit ...." "Hmm ...," jawabnya tanpa menghentikan sentuhannya. Memaksaku terdiam dan terhanyut kemudian tenggelam. Hilang membersamai dengusan napasnya. Aku sudah tak ingat lagi, yang aku tahu sekarang kami bergelung di selimut yang sama. Tersenyum bersama setelah melewati malam tanpa kekawatiran yang keliru. ***
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status