All Chapters of Sabtu Malam Lisa: Chapter 11 - Chapter 20
38 Chapters
Chapter 11: 06.28 p.m.
06.28 p.m. (pukul 18.28)LISALisa sempat tidur sebentar tadi. Kurang dari satu jam, tapi rasanya seperti tidur semalam suntuk. Ia sendiri tak percaya bisa terlelap sore tadi dalam keadaan sedingin itu, apalagi dengan adegan Tuan Bram dan Katemi terulang-ulang dalam benaknya. Bahkan ia terbangun sebelum penghitung mundur di ponselnya selesai dan berbunyi. Biasanya terjaga di tengah-tengah tidur lelap seperti tadi akan membuat kepalanya pening, tapi kali ini ia benar-benar merasa begitu bugar. Dan tak seperti kebiasaannya melanjutkan tidur, kali ini ia langsung beranjak dari kasur. Pekerjaan menumpuk dan itu harus selesai sebelum fajar.Sekarang, Lisa berada di sebuah ruangan bawah tanah vila itu. Sendirian. Ruang itu cukup besar dan berfungsi sebagai gudang. Sebuah lampu berdaya 5 watt menggantung di tengah-tengah, sesekali berayun tertiup angin malam yang berhembus lewat lubang udara di bagian teratas salah satu sisi tembok yang masih berada beberapa jengkal di atas permukaan tanah.
Read more
Chapter 12: 07.13 p.m. & 06.23 p.m.
07.13 p.m. (pukul 19.13) LISA “Apa yang kamu lakukan?!” Lisa terjungkal ke belakang. Kepalanya membentur tembok. Sambil menggosok-gosok tempurung belakang kepalanya, ia menoleh ke arah pintu. Itu Kris. “Apa ini!?” Pemuda itu memungut papan Ouija dari lantai. “Aku baik-baik saja,” balas Lisa. Nadanya menyindir. “Oh...” Kris mengulurkan tangan. Ini kali pertama Lisa melihat wajah Kris seperti itu. Pemuda itu tampak menyesal. Ia meraih tangan Kris. Tiba-tiba semua kesalnya hilang. “Dari mana kamu dapat ini?” “Papan itu?” Lisa menunjuk ke suatu arah. “Dari peti itu.” Kris menghampiri peti itu dan mengamatinya beberapa saat. “Celaka,” celetuknya. “Apanya?” “Celaka!” Pemuda itu berbalik. Wajahnya pucat. Lisa tahu papan itu memang benda celaka. Hanya ada kejadian ganjil selepas papan itu dikeluarkan. Tapi pasti ada penjelasan di balik ini semua.
Read more
Chapter 13: 06.40 p.m.
06.40 p.m. (pukul 18.40) BRAM Ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ketukannya lemah dan memiliki jeda yang berbeda antar ketukan, membentuk suatu irama. Sekilas ingatannya berlalu. Bram ingat bahwa hanya satu orang yang mengetuk pintu dengan irama seperti itu di vilanya. Ia berusaha mengingatnya kembali, tapi sosok itu hanya melintas sekilas saja. Ia ingat, tapi juga sekaligus lupa. Itu perasaan terburuk yang pernah ia rasakan sepekan ini. Bram menyerah untuk menggali ingatannya dan menghampiri pintu. Ia membuka kunci pintu, tapi sebelum tangannya benar-benar mengenggam gagang pintu, bongkahan logam itu bergerak memutar dengan sendirinya. Lalu seorang perempuan bergaun kledercracht menghambur ke pelukannya. Bibir perempuan itu menyentuh bibirnya. Anehnya, ia tak merasa risih. Ketika bibir mereka bertemu, ada jeda sejenak. Bukan karena keraguan, tapi karena kerinduan yang entah dari mana tiba-tiba meluap-luap. Se
Read more
Chapter 14: 07.21
07.21 p.m. (pukul 19.21) LISA Lisa benar-benar dibuat ternganga oleh adegan yang sedang terjadi di depannya. Di koridor lantai dua itu, ia menyaksikan Anne sedang menindih Katemi. Anne memang aneh, itu kenyataan, dan gadis bule itu rupanya benar-benar sinting. Setidaknya itu yang akan Lisa teriakkan selain berbagai macam umpatan yang biasa ia lontarkan. Akan tetapi, ia tetap bergeming dan membiarkan Kris sendirian menangani dua perempuan yang sekarang sedang berguling-guling di lantai. Ia harap lelaki kurus itu tahu apa yang harus dilakukan. Anne terlihat seperti anjing gunung yang liar dan buas, dan sepertinya bakal bertambah ganas kecuali mulutnya segera disumpal dengan tulang. Kris memeluk Anne dari belakang. Tangannya berusaha mengunci kedua pangkal lengan Anne. Pemuda itu berusaha menarik Anne, tapi gadis itu bisa mempertahankan posisinya dengan mengaitkan kakinya ke pinggang Katemi sementara tangannya m
Read more
Chapter 15: 07.00 p.m.
07.00 p.m. (pukul 19.00) KATEMI Katemi berada di antara mereka: majikannya, Bram; si pembantu lelaki, Kris; dan bahkan anak majikannya, Anne. Mereka sedang duduk mengelilingi meja makan persegi dengan pakaian dan dalam ruangan yang serba putih. Ia sendiri sedang berkeliling mengisi mangkuk-mangkuk mereka dengan semacam sup secara bergantian. Ia mengucek rambut Anne, yang kemudian dibalas cemberut yang menggemaskan, tapi akhirnya berujung senyum lebar yang memperlihatkan deret gigi yang ramah. Di pengisian mangkuk berikutnya, ia menepuk-nepuk pundak Kris, yang membalasnya dengan senyum teduh dan anggukan ramah; “Love you,” bibir pemuda bergerak tanpa suara. Terakhir, ia meletakkan kedua tangannya di pundak Bram, yang kemudian berbalas sentuhan lembut dari tangan hangat lelaki tampan itu. Begitulah, seakan-akan mereka adalah keluarga paling bahagia di muka bumi. Meskipun ia sendiri sadar bahwa itu semua mimpi belaka, ia ingin menikmati setiap detiknya. Sampai pada suatu detik, saat ke
Read more
Chapter 16: 07.57 p.m.
07.57 p.m. (pukul 19.57) LISA Lisa melipir di salah satu sisi kamar. Ia memandangi Anne yang begitu pulas di atas ranjangnya. Katemi menangis tak henti-henti di atas sofa. Wajahnya ia benamkan dalam pelukan Kris yang wajahnya masih berlepotan darah. Sementara Tuan Bram duduk di tepi ranjang, di samping Anne, hanya bergeming dan tampak tak begitu terpengaruh dengan kejadian barusan. Wajah Tuan Bram datar dan menurut Lisa itu tampak sangat alami daripada seulas senyum yang dibuat-buat sepanjang sore tadi. “Maaf atas ketidaknyamanan ini,” kata Tuan Bram tiba-tiba. Senyumnya kembali. Lisa balas tersenyum. “Tak apa,” Lisa berhenti sebentar, agak ragu, “Tapi, boleh saya minta penjelasan?” Tuan Bram melirik ke arah Kris dan Katemi. Keduanya masih terpaku di dudukan masing-masing. Lalu ia menatap Lisa. “Kita bicarakan di ruang santai. Ruangan yang tadi siang.” Lisa mengangguk, lalu mengekor di
Read more
Chapter 17: 07.58 p.m.
07.58 p.m. (pukul 19.58) KRIS “Aku duluan,” kata Katemi, perempuan yang dulu membawanya ke Vila Di Pegunungan bertahun-tahun yang lalu. “Aku takut setan cilik itu akan terjaga dan beringas lagi.” Kris mengangguk. Pemuda itu melepaskan rangkulannya dan tersenyum sebagai upaya menghibur Katemi. Bagaimanapun, ia pernah sangat dekat dengan Anne dan julukan yang dilontarkan Katemi sebenarnya membuatnya sedikit risih. Namun, ia juga berhutang terlalu banyak pada Katemi untuk sekedar membela pendapatnya sendiri. Dalam segala ketidak-enakannya itu, ia hanya bisa berharap semoga kejadian seperti ini adalah yang terakhir kali. "Lagipula, kenapa ini terjadi lagi?"Ini semua pasti karena kelakuan gadis asisten itu yang membongkar papan berhuruf yang sudah disembunyikannya bertahun lalu, pikir Kris, tapi kemudian ia kembali menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya ia menaati perintah majikannya untuk merapikan gudang. Seandainya dia menurut, ia punya kesempatan sekali lagi mengamankan benda itu,
Read more
Chapter 18: 08.25 p.m.
08.25 p.m. (pukul 20.25)LISALisa hendak menuju gudang, tapi urung. Ia tiba-tiba merinding. Ia bukan macam orang yang percaya dengan hal-hal mistik, tapi mengingat sebuah kejadian ganjil benar-benar terjadi secara beruntun di vila ini, ia berhenti berpikir seperti biasanya. Lebih baik berhati-hati, bukan? Sekelebat bayangan di koridor tadi masih menghantuinya dan ia pikir mencari seseorang untuk menemaninya melanjutkan kerja di gudang adalah ide yang sangat bagus.Lisa memikirkan Katemi, tapi segera dienyahkan pikiran itu karena perempuan itu pastinya sedang dalam keadaan terguncang. Maka tak ada pilihan lagi selain Kris. Mungkin ia bisa meminta Tuan Bram, tapi ia masih merasa tak nyaman dengan orang itu. Berada di dekat Tuan Bram membuatnya agak kikuk dan entah kenapa ada semacam perasaan muak. Namun Lisaa menganggapnya sebagai kelanjutan perasaan sebal, karena sebenarnya ia masih yakin kalau papan Ouija itu b
Read more
Chapter 19: 04.20 p.m.
04.20 p.m. (pukul 16.20)KRISKris keluar melewati dapur, mengitari vila, lalu masuk kembali lewat pintu depan. Pemuda itu menyelinap keluar dari ruang makan dengan langkahnya yang gesit tetapi nyaris tanpa suara. Seperti angin, ia berlalu begitu saja tanpa seorang pun memergokinya selain Katemi yang itupun—sesuai keinginan Kris—tak merecokinya dengan satupun pertanyaan. Ia hendak memutar sekeping piringan hitam tadi, sesuai mandat majikannya pagi tadi, tapi begitu tamunya mengungkit perihal kematian Nyonya Maria, darahnya seperti mendidih. Begitu sampai di kepala, darah itu membuat otaknya mengepul dan dengan segera mengeluarkan sinyal perintah ke seluruh otot gerak di kakinya. “Pergi dari ruang makan,” bunyi sinyal otak itu, sementara di suatu bagian otak yang lain, seberkas ingatan yang tak ingin ia ingat lagi melintas.“Enyahlah! Enyahlah!” Tapi se
Read more
Chapter 20: 07.56 p.m.
07.56 p.m. (pukul 19.56)   KATEMI Ini adalah serangan paling kejam yang dilakukan Anne padanya. Katemi bahkan sampai merasa akan tercirit saking takutnya. Kalau saja Kris tak segera datang menolongnya, mungkin bukan roknya saja yang akan basah, tapi juga bajunya—bukan karena air, tapi karena simbahan darah. Anne, orang gila itu! Katemi yakin Anne tak akan ragu untuk mengoyak atau menggigitnya dan meminum darahnya seperti seekor setan. Jantung Katemi masih kembang-kempis dengan kecepatan tiga kali lipat biasa. Sementara itu pikirannya tak henti-henti memikirkan suatu hal: setan yang dipanggil Maria kembali bergentayangan dan kali ini semakin ganas. Bahkan, mungkin arwah Maria sendiri yang gentayangan. Sang nyonya memang tidak mati dengan tenang. Ia tak bisa melupakan kenyataan itu. “Kau sudah membakarnya, bukan?” Bisiknya pada Kris yang sedang merangkulnya. Pemuda itu bergeming.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status