Semua Bab Menikah Dengan Duda : Bab 11 - Bab 20
80 Bab
Bab 11
Gurat lelah jelas tercetak di wajah Bahtiar Gema. Matanya yang sayu cukup menjelaskan seberapa banyak beban yang di tanggungnya. Alara diam. Tidak meluncurkan tanya dan hanya membiarkan gesekan wajah Gema di dadanya. Akhir-akhir ini sikap manjanya kentara di perlihatkan. Atau memang Alara baru tahu jika Bahtiar Gema punya tabiat begini?“Abang, kan bungsu.” Ucapan Gema menjawab pikiran Alara. “Manja sudah jadi makanan abang di rumah. Sehari-hari di perlakukan kayak bayi.”“Memang iya, kan.”“Sembarangan!”Helaan napas Alara terdengar. Terkekeh sebentar dan menjawab, “Abang memang bayi. Kalau bukan, nggak mungkin ndusel-ndusel di dada aku nyari sumber kehidupan.”“Empuk, sih.” Dan berlanjut saja aktivitas yang semestinya memang terjadi. Ini terbilang cukup lama dari keduanya tinggal bersama. Selama ini yang berlangsung hanyalah sentuhan kulit biasa semacam ciuman dan cumbuan. Baik Alara maupun Gema, sama-sama menikmati.“Yang datang ke kantor siang tadi …” Gema menjeda dan memasukkan
Baca selengkapnya
Bab 12
Alara selalu dianggap mampu oleh kedua orangtuanya. Sudah dewasa dan mampu mengatasi segala urusannya sendiri. Tidak kekurangan karena mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Tidak butuh sandaran karena mampu bangkit berdiri untuk tetap bertahan sejauh apa pun pijakannya.Yang tidak pernah di ketahui oleh orangtuanya hanyalah betapa rapuhnya Alara oleh timpaan kehidupan. Seberapa sulitnya bertahan meski sudah di jatuhkan berkali-kali. Susahnya untuk bangkit meski hati tak berbentuk lagi.Mereka lupa bahwa Alara Senja tetaplah seorang anak yang memiliki kelemahan dan butuh perlindungan. Alara Senja tetaplah manusia lemah yang butuh perlindungan di saat masalah datang menyapa. Dan Alara Senja lebih dari butuh di dengarkan bersama dengan pelukan. Mereka lupa akan peran yang sesungguhnya hanya dengan melihat ‘semampu’ itu Alara Senja dalam menerima kehidupan. Bukan ingin negatif tapi pemikiran ‘di bedakan’ sudah sangat kentara terlihat walau selalu di sangkalnya. Entah mengapa Alara b
Baca selengkapnya
Bab 13
Usai makan siang, di hari Jumat, Gema izin untuk tidak kembali ke kantor. Meninggalkan Lara dengan pekerjaan yang sudah longgar dan membuat perempuan itu leyeh-leyeh. Merdeka sekali rasanya sampai Alara gegulingan di sofa yang biasa Gema gunakan untuk menerima tamunya.Oke, skip soal Alara Senja yang menikmati waktunya. Fokus ke Gema yang sedang berdegup kencang detak jantungnya. Dalam hitungan menit, Gema tarik napas dan di embuskan dengan sangat pelan. Terus begitu sampai berulang-ulang. Sesekali matanya akan melihat spion tengah guna meyakinkan penampilannya jika wajahnya tidak norak-norak amat atau pun kucel. Ini siang hari, harap maklum.“Perasaan dulu mau ngelamar mantan istri nggak gini amat sensasinya?” Gumam Gema yang di jawab suara AC dalam mobilnya. “Gusti.” Sekali lagi berteriak pelan dan mesin mobilnya Gema matikan. Sudah sampai di tempat tujuan.Rumah tujuan yang menjadi sasarannya. Sudah pernah Bahtiar Gema sambangi rumah sederhana ini. Ini ketiga kalinya dan rasanya ma
Baca selengkapnya
Bab 14
TikTokMessage:Bapak Negara: Abang hari ini pergi ke luar kota ya, Ra.Luv: Kut.Luv: Kut.Luv: Kut.Luv: Ikut.Luv: Ikut.Luv: Ikut.Adalah balasan Alara yang entah dari mana asalnya membuat Bahtiar Gema tercengang di tempatnya. Maksudnya, Alara tidak pernah bersikap demikian. Yang artinya lagi, itu bukan Alara Senja sekali. Bukan sama sekali. Maka untuk memastikan mesti waktu sudah kian mengejar, Gema sempatkan untuk membalas.Bapak Negara: Kamu kenapa, deh.Luv: Ikut pokoknya. Jemput sekarang aku sudah siap.Ini tidak biasanya. Sungguh luar biasa. Gema sampai menggaruk pelipisnya. Atau bahkan jika bisa ingin menggaruk otaknya yang mendadak gatal.Eh tapi, ada kah yang sadar dengan kontak nama milik Alara di ponsel Gema?Asli, bikin gemas sekali Bund. Abang dudanya sudah dalam mode bucin alias budak cinta akut plus parah. Sejak kapan coba?Aih, ternyata duda pun bisa ya di bikin klepek-klepek. Bapak Negara: Iya oke, Abang jemput sekarang.Sedang Alara di tempatnya sudah bergerak
Baca selengkapnya
Bab 15
Alara Senja berada di sisi Bahtiar Gema. Bersama klien yang menceritakan seluruh rangkaian kalimatnya hingga berujung pada proses perceraian. Sulit, Bund. Cuma jadi asistennya saja Alara sudah menemukan banyak kesusahan. Bagaimana dengan Gema yang selalu ekspresif menunjukkan wajah cerahnya padahal lelah maksimal?“Soal gono-gini kemarin, 'kan sudah clear bu. Sudah kita kirimkan lewat email ke Ibu dan tertuang dengan jelas berapa persen jumlahnya dan besarannya untuk di bagi ke anak-anak. Ini agak melanggar aturan sebenarnya. Karena intinya mau di kasih ke anak atau di kelola Ibunya sendiri nantinya memang ada aturannya sendiri. Jadi nggak masalah.”Nyonya Kumala Wijaya namanya. Yang posisinya berada di Bekasi dan mengharuskan Gema serta Lara untuk sampai di sini. Di Bekasi Square sekalian makan siang. Oke, tidak masalah. Toh Alara bisa santai sejenak dan cuci mata meskipun tangan dan otaknya terus bekerja. Mencatat hal-hal penting apa saja untuk di lingkari agar tidak terlewati sebag
Baca selengkapnya
Bab 16
Asli Bund, salah. Salah banget.Ngarepin keromantisan kok sama Bahtiar Gema. Di bucinin kagak di bikin dongkol sampai ubun-ubun iya.Ini loh konteks ajakannya kencan. K-E-N-C-A-N. Di bacanya wajib pelan dan di resapi supaya merasuk ke dalam sanubari. Eja satu per satu, Hyung. Biar lidahnya syahdu.Hilih kintil! Praktiknya nggak sama. Nggak sesuai ekspektasi Alara Senja yang kayak contohnya makan di restoran dengan suasana romantis. Diiringi pemain biola dan temaram lampu berhiaskan bunga-bunga mawar merah. Begitu baru benar. Atau yang lebih spesifik adalah satu restoran di booking cuma buat makan salad sayur dan wine merah dengan harga selangit. Ya, gitu tuh bayangan Lara. “Bang … gendong.” Rengek Alara yang sudah engap dengan track jalur menuju ke puncak. Ini bukan jalur pendaki yang sebenar-benarnya kalau mau naik gunung. Murni memang ingin sampai ke puncak dengan rute yang Gema buat memutar.Sayangnya nggak gitu, Beb. Enggak! Sudah mundur saja. Timbang gelinding kayak terenggiling
Baca selengkapnya
Bab 17
Pada akhirnya, setiap manusia memiliki masa di mana untuknya berhenti. Berhenti untuk tidak lagi peduli pada apa yang orang lain katakan. Berhenti untuk tidak lagi mendengarkan bagaimana orang menilai tentang dirinya. Dan berhenti untuk tidak lagi tertarik meyakinkan orang lain tentang bagaimana dirinya. Manusia memiliki kadar jenuh dan muak di dalam dirinya yang tak bisa lagi mentolerir kala orang lain memberinya penilaian buruk.Itu juga yang sudah pernah Alara Senja hadapi.Orang-orang macam itu adalah toxic. Dan sebagai penganut ‘no ribet’ Alara tinggalkan komentar pedas yang mengecam kehidupannya menajdi sebuah angin lalu lekas bergabung dengan debu jalanan. Alara sudah ada di fase persetan dengan semuanya terutama yang terjadi di dalam hidupnya. Terserah pada orang yang ingin menilainya baik mau pun buruk. Itu pilihannya dan benar kata Bahtiar Gema; kita tidak mempunyai wewenang untuk memaksa. Kenyataan yang terjadi adalah mereka hanya menilai orang dari sisi lain cerita gosip.
Baca selengkapnya
Bab 18
Setelah semalam berdebat dengan akhir yang cukup menegangkan. Gema dan Lara ketika di sandingkan memang tiada duanya. Perdebatan yang mereka ciptakan menjadi hiburan tersendiri sebelum menu utamanya di buka.Dan paginya, menjadi waktu paling tepat untuk Gema beraksi. Melihat Lara yang masih anteng bergelung dengan selimut, mata Gema bahkan harus ternoda melihat punggung mulus Lara terekspos. Sayangnya, ada sayatan luka panjang yang terpampang. Tidak Gema masalahkan. Tapi kekepoannya merajai tanpa akhlak.Sudah beristigfar—suka bikin dosa begini—Gema bisa nyebut. Bergegas bagus dan mengenakan bajunya. Gema arahkan kedua tungkainya menuju dapur. Menilik bahan-bahan apa saja untuk dirinya olah. Biarkan hari ini menjadi milik Gema. Sebelum esok Lara yang beraksi.“Telur lagi.” Gema mendesah kesal. Kenapa menunya tidak jauh-jauh dari telur. Ya maksudnya—you know what I mean? Sampai gedek Gema di buatnya.Tapi alih-alih kesal, Gema tetap meraih telur dalam bungkusan mika dan memadu padankan
Baca selengkapnya
Bab 19
Jam makan siang belum usai. Tapi Lara harus melihat drama yang tersaji secara epic di ruangan atasannya. Bukan bermaksud cemburu. Cukup sederhana saja bagi Lara untuk memisahkan mana pekerjaan dan mana yang pribadi. Namun mendengar bisikan Leha perihal wanita yang ada di dalam ruangan Gema, ada percikan api yang tersulut. Ingin mengakui bahwa itu cemburu, takut kekanakan. Tapi memendam sendiri apa yang dirasakan, juga bukan solusi yang tepat.“Serius lo ini mantan istrinya?” Leha mengangguk. Bukan Lara yang kepo. Adalah Saras. Datang-datang menyedot es teh susu bobanya.m. “Gila gengs. Oke bohaylah untuk seumuran 30 tahun.” Oh, masih muda. “Tapi ngapain coba dia datang ke sini?”“Rujuk kali. Kan pak Gema juga masih melajang. Biasa, duda-janda demen gitu; kawin cerai.”“Apa bagusnya, sih, ya kayak gitu tuh. Di sangka nyari duwit segampang balikin telapak tangan saja.”“Orang kaya suka bebas. Nggak ada pandang bulu soal gampang susahnya.”Benar juga. Lara jadi diam. Mendadak otak Lara b
Baca selengkapnya
Bab 20
Beberapa orang memiliki prinsipnya masing-masing. Soal cinta, jika ternyata orang yang saat ini berdiri di sampingnya ternyata bukanlah pilihan yang Tuhan cantumkan, takkan ada sesal yang di rasai. Namun bersamaan dengan itu, belum tentu orang lain punya cara pikir yang sama. Jika gagal, mereka akan menyebutnya dengan trauma dan butuh waktu cukup lama untuk sembuh. Ada juga yang bahagia telah menyediakan cinta sebaik dan setulus ini. Intinya, semuanya tergantung dari mana ingin kita melihat sisinya. Ada yang ketika sudah mencintai tidak mengharapkan balasan apa pun. Ada yang banyak menuntut. Ada yang ingin memiliki seutuhnya. Dan semua kembali pada diri manusianya. Ingin seperti apa caranya dalam mencintai.Marini—Mama Gema—sangat girang saat berkunjung ke kantor putra bungsunya. Tidak tahu hal apa yang membuat wanita cantik di usia senja itu ke mari. Namun dampak kegirangannya adalah melihat Alara Senja yang masih bertahan di bawah naungan Bahtiar Gema padahal sudah tahu sekaku apa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status