Beberapa orang memiliki prinsipnya masing-masing. Soal cinta, jika ternyata orang yang saat ini berdiri di sampingnya ternyata bukanlah pilihan yang Tuhan cantumkan, takkan ada sesal yang di rasai. Namun bersamaan dengan itu, belum tentu orang lain punya cara pikir yang sama. Jika gagal, mereka akan menyebutnya dengan trauma dan butuh waktu cukup lama untuk sembuh. Ada juga yang bahagia telah menyediakan cinta sebaik dan setulus ini. Intinya, semuanya tergantung dari mana ingin kita melihat sisinya. Ada yang ketika sudah mencintai tidak mengharapkan balasan apa pun. Ada yang banyak menuntut. Ada yang ingin memiliki seutuhnya. Dan semua kembali pada diri manusianya. Ingin seperti apa caranya dalam mencintai.Marini—Mama Gema—sangat girang saat berkunjung ke kantor putra bungsunya. Tidak tahu hal apa yang membuat wanita cantik di usia senja itu ke mari. Namun dampak kegirangannya adalah melihat Alara Senja yang masih bertahan di bawah naungan Bahtiar Gema padahal sudah tahu sekaku apa
Ah, pagi-pagi sekali di hari minggu, Lara kedatangan tamu. Yang tak lain adalah kakak dari si calon suami. Datang dengan senyum menawan yang mana cantiknya paripurna di umur yang mendekati kepala empat. Aih, Lara cemburu sekali alih-alih untuk insecure.“Kalau Mbak nggak ke sini, nggak bakalan ada niatan si duda itu bawa kamu balik ke rumah.”Lara tersenyum. Menerima sekantong oleh-oleh yang di bawa wanita—seingat Lara bernama Ama.“Mbak nggak bawa banyak. Cuma bisa masakin itu doang. Tadi sebelum ke sini, anak-anak minta di antar renang ke rumah om-nya. Jadi mbak buru-buru banget.”Oke, first impression yang ingin Alara Senja sematkan adalah: baik dan ramah. Bahkan mbak Ama tipikal yang suka membangun obrolan kalau Lara boleh mengatakan demikian. Itu terlihat dari caranya yang nggak bosan mencari topik padahal Lara menanggapi dengan senyuman doang.“Mbak mau minum apa?” tawar Lara. Bukan untuk basa basi. Tapi memang demikian aturannya. “Kebetulan aku baru selesai masak. Mbak mau gabu
Weekend kali ini berbeda. Banyak nasihat yang khususnya untuk Alara Senja kantongi. Ceritanya nanti saja, ya. Tanggung. Jangan mikir yang iya iya woi. Ini nggak kayak yang di pikirkan para penghuni jahanam Jadi, Bahtiar Gema tetap berkutat dengan segudang pekerjaannya. Yang belum usai dan Lara menjadi terkena imbasnya. Cemburu sekali rasanya sampai ingin mencabik-cabik wajah Gema yang anteng maksimal di sofanya.Tapi Lara memilih acuh. Jadinya gegoleran secara estetik dengan paha Gema sebagai bantalan. Protesan?Jangan tanya. Gema itu bucin makanya pasrah saja melihat kelakuan Lara yang males-malesan seperti sekarang ini. Malahan Gema menunjukkan kasih sayangnya sebagai cowok ke ceweknya dengan bersikap lembut. Tangan kanannya menggulir tablet guna memeriksa setiap data. Sedang tangan kirinya mengusapi kepala Lara. “Kok berhenti!?” Begitu kiranya jika tangan Gema tak lagi terasa di kepala Lara. “Abang egois banget leboh cinta ke dokumen ketimbang aku.”Lara akan misuh-misuh yang me
“Rencananya mau langsung hamil apa mau pacaran dulu?”Alara Senja cengengesan. Di tanya begitu oleh sang calon Ibu mertua rasanya, ugh, sesuatu sekali ceunah. Masalahnya ini masih di lingkungan kantor. Dan kabar hubungan Lara bersama Gema sejauh ini tidak terendus oleh publik.“Terserah Abangnya nanti tan—”“Mama. Kan sudah dibilang dari kemarin. Manggilnya Mama. Kamu jangan mau di paksa-paksa Gema semisal ada nunda, ya. Mama tuh pengen nimang cucu dari dia.”“Oke Ma.”Sejak tahu Gema bertindak gesit melamar Alara Senja, sejak hari itu juga Marini getol menyambangi kantor. Alasannya berbagai macam. Mulai dari membawakan makan siang yang aslinya berkedok untuk mengobrol dengan Lara. Seperti saat ini.“Gema tuh suka bikin keputusan yang kadang-kadang di satu pihak nggak bisa nerimanya.” Marini mulai bercerita. “Sudah umur mah tua tapi kelakuan kayak bocah.”“Jatuhin saja terus Ma,” sahut Gema.“Mama pikir kamu ke luar kantor loh.”Eksistensinya sudah jelas terlihat sejak Marini menapaki
Diam bukan artinya tidak mendengar apa-apa. Diam bukan artinya tidak tahu apa-apa.Mosa tahu dan membuat dendamnya berkali lipat lebih menyebalkan. Rasanya … mengesalkan ketika Alara Senja mendapatkan apa yang lebih dari dirinya. Pikir Mosa, merebut Prabu dari tangan Lara adalah sebuah keputusan yang paling tepat. Nyatanya tidak demikian kala Lara membawa lelaki yang jauh lebih baik dari Prabu. Ingin sekali Arini hancurkan Alara Senja sekali lagi. Namun …“Itu nggak kecepetan ya, Nak Gema?” tanya Jayanti gugup. Tangannya mulai meremas satu sama lain sebagai tanda kegelisahannya.Nampaknya tidak semudah dulu memengaruhi Prabu. Lelaki bernama Bahtiar Gema ini amatlah berbeda. Mata Mosa menatapnya lembut. Menelisik penuh nilai. Mencari-cari di mana letak perbedaan yang tak bias di sandingkan dengan Prabu. Dan, ah dapat, yakni kharisma. Benar. Lelaki ini penuh dengan karakter tak terduga yang tersimpan di dalam dirinya. Sebagai perempuan berpengalaman, Mosa tahu itu. Dan pantas jika Ala
“Tadi keren, 'kan abang ngomongnya?”Adalah Bahtiar Gema yang dengan bangga menepuk-nepuk dadanya.“Kiceup si Prabu mantan kamu itu. Goblok, sih jadi orang.”Kepala Lara hanya menggeleng tidak peduli. Biarkan sebahagia Gema saja. Orang seperti Gema jika sedang dalam kondisi mood yang baik kok di senggol, ngebacok nanti. Kan nggak etis calon pengantin saling ngebunuh.“Tapi abang serius, Ra. Nggak ada bohong atau rekayasa.”Masih di pekarangan kediaman orang tua Alara Senja. Mobil Gema belum bergerak untuk beranjak hengkang dari sana. Memang sengaja hendak berbincang deeply dengan calon istrinya.“Apa pun yang ada di diri kamu abang suka. Kamu yang arogan dan suka mengumpat, abang suka. Kamu yang egois soal pilihan dalam membatasi diri, abang suka. Kamu yang kasar dengan berbagai tindakan konyol, pun abang tetap suka. Bahkan kamu yang nggak konsisten dengan hubungan ini, abang tetap suka. “Kamu yang penuh dengan kekurangan… maaf. Nggak seharusnya abang bertindak jauh malam itu buat ny
Lara tatapi tangannya dan ada keinginan untuk Gema menggenggamnya.Akhir-akhir ini, Alara Senja sedang suka-sukanya dengan lagu itu. Di kamar mandi sekali pun, akan Lara bawa ponselnya. Sedang badannya ada di bawah guyuran shower yang menyejukkan kulitnya. Membuka pori-porinya.Lara ingin Gema menjadi suaminya. Omongan Lara beda ya antara bibir dan hati. Teringat momen di mana Bahtiar Gema meminta dirinya untuk menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya di masa depan kelak.Uh … boleh tidak Alara melayang?Karena bagi Lara Gema adalah Ironmannya. Aih Lara jijik sama diri sendiri sampai berdecih.Jadi keingat Odading Mang Oleh yang rasanya seperti kamu akan menjadi Ironman.Astaga … cinta semenggetarkan ini jika boleh dikatakan demikian.Dan Lara mencintai Gema 3000 kali lebih besar dari yang terlihat. Bagian ini jangan sampai Gema mendengarnya. Lelaki itu akan sangat-sangat dan sangat percaya diri jika sampai Lara ungkapkan sebesar apa kecintaannya. Yang diam-diam Lara sangkal ba
Proses jatuh cinta.Alara Senja jika di tanyai mengenai itu, akan dengan mudah menyuarakan jawabnya; mudah bahkan tak perlu menggunakan alasan. Karena memang demikian adanya. Seorang perempuan, akan dengan mudah kagum pada sosok lelaki yang berkepribadian hangat. Mengapa?Kebanyakan dari mereka akan menjawab bahwa lelaki yang menjadi pendampingnya harus sedikitnya sesuai seperti ayah mereka. Atau sosok lelaki itu memiliki kemiripan dengan kakaknya. Jelasnya, bukan hanya wajah yang menjadi pilihan meski dewasa ini sering terjadi cekcok bahwa kualitas wajah lebih menentukan. Tapi sifat dan cara lelaki itu dalam menangani sifat alamiah perempuan lah manja dan gemar merengek yang dijadikan patokan.Namun di antara itu semua. Kesulitannya hanya satu; cara mempertahankan untuk tetap cinta alih-alih melewatkan perasaan itu begitu saja. Itu yang membutuhkan alasan.Meski begitu, jangan lupakan ini; untuk mencari lelaki yang bangga bisa memilik dirimu. Lelaki yang matang dalam bersikap, dan y