Semua Bab Usai Bercerai: Bab 31 - Bab 40
73 Bab
Gelisah
Malam sudah cukup larut, tetapi Bu Fania masih belum bisa tertidur juga. Berkali-kali wanita berwajah glowing itu mengganti posisi tidurnya untuk mencari posisi ternyaman. Namun, tetap saja ia gelisah dan matanya belum bisa terpejam.Penyesalan terus bergelayut dalam pikirannya. Dulu, ia pikir dengan memisahkan Arfan dengan Alya, hidup mereka akan lebih berkelas karena Arfan menikahi wanita yang selevel dengan mereka. Namun, kenyataan yang ada tidaklah demikian.Terlebih kini cucu Bu Fania satu-satunya sedang membutuhkan bantuan dari adik kandungnya. Memuncaklah penyesalan yang dirasakan wanita dengan usia lebih dari setengah abad itu.Bu Fania menghela napas berat. Dalam hati ia berandai-andai. Seandainya dulu dirinya mau menerima Alya dengan segala yang ada pada wanita itu, tentu saat ini mereka bisa hidup dengan bahagia. Arfan bahagia bersama istri yang dicintainya dan Bu Fania dengan cucu-cucunya. Namun, karena ingin terlihat sempurna justru yang terjadi ia telah menghancurkan seg
Baca selengkapnya
Tentang Kamu
Meira membuka amplop cokelat yang berisi surat persetujuan Arfan untuk bisa menikah lagi. Wanita yang masih mengenakan piyama abu tua itu masih ingat betul bagaimana wajah ibu mertuanya kemarin saat memberikan itu kepadanya. Ketus dan sama sekali tak memedulikan perasaannya lagi.Meira menghela napas panjang. Terkadang, di saat seperti ini ia ingin menyerah saja. Bagaimanapun ia juga manusia biasa. Lelah rasanya terus menerus berjuang sendiri. Dan lelaki yang ia perjuangkan sama sekali tidak pernah mau menoleh kepadanya."Apa aku harus lepasin kamu, Fan?" lirih Meira seolah-olah suaminya itu ada di depannya."Aku capek .... Apa enggak ada sedikit aja tempat di hati kamu buat aku ...?" Satu persatu buliran bening terjatuh dari pelupuk mata Meira. Tetes demi tetes membasahi map cokelat yang berada di pangkuannya. Meira tidak pernah menyangka kalau pernikahannya dengan Arfan akan seperti ini. Ia pikir, Arfan yang sejak dulu selalu bersikap baik dan sangat menyayanginya itu akan bisa men
Baca selengkapnya
Seuntai Harapan
"Ada apa sama aku dan Arfan, Ma?" Meira menatap khawatir pada kedua orang tuanya.Mama dan papa Meira tak langsung menjawab. Pasangan suami istri itu saling menatap beberapa saat sebelum kemudian Pak Darma menjawab pertanyaan itu."Tadi kedua orang tua Arfan ke rumah.""Ngapain?" kejar Meira. Pikirannya langsung tak karuan. Satu hal yang pasti, jika sampai kedua orang tua Arfan membahas tentang Arfan dan Alya pada orang tuanya, Meira bertekad akan memberi pelajaran pada mertuanya itu."Kenapa kamu enggak pernah cerita sama kami?""Cerita apa, Ma? Mei sama Arfan baik-baik aja.""Mertuamu udah cerita semua sama Mama Papa, Mei. Mereka bahkan minta Mama sama Papa buat bujuk kamu agar setuju Arfan menikah lagi dengan Alya." Pak Darma menghela napas berat, menjeda ucapannya. "Demi kesembuhan anak Arfan katanya."Dada Meira terasa sesak mendengar itu. Ia benar-benar tidak menyangka kalau orang tua Arfan akan bertindak sejauh itu. Permintaan mereka kemarin saja masih membuat Meira begitu terl
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
"Ngaco kamu, Fan!""Ngaco gimana, Al? Aku seorang ayah. Aku cuma ingin bisa memenuhi keinginan putriku. Dimana salahnya?" Arfan menatap Alya dengan lekat."Keinginan Aleta itu sangat sederhana, Al. Dia cuma ingin bisa bersama kedua orang tuanya layaknya anak-anak lainnya. Dia cuma ingin hal sekecil itu. Gimana mungkin, aku sebagai papanya enggak mau menuruti keinginan sederhananya itu?" lanjut Arfan."Keinginan Aleta memang sederhana. Hanya saja kondisinya yang membuat itu menjadi enggak lagi sederhana, enggak lagi mudah. Keinginanmu juga enggak salah. Wajar. Kamu seorang ayah. Hanya saja ... kita tau kondisinya sekarang seperti apa." Alya menjeda ucapannya. Dadanya terlalu sesak setiap memikirkan Aleta."Akulah di sini yang salah. Aku yang enggak bisa memenuhi keinginan sederhananya itu. Aku juga yang membuat semua jadi serumit ini," lanjut Alya. "Seandainya Aleta enggak terlahir dari ibu sepertiku, dia pasti enggak akan merasakan semua ini."Tanpa menunggu respon Arfan, Alya langsun
Baca selengkapnya
Lelah Berpura-pura
"Aleta udah tidur?" tanya Arfan sembari berdiri di ambang pintu kamar Aleta begitu tiba di rumah orang tua Alya.Alya yang tidak tahu kehadiran Arfan pun menoleh. "Sudah.""Kita bicara di luar, ya!"Alya pun beranjak dari tempat tidur. Ia sudah bisa menebak kalau Arfan telah mengetahui apa yang sedang ibunya lakukan. Meski sebenarnya ia tak ingin Arfan mengetahui hal itu, tetapi tadi hanya mengantar payung untuk ibunya yang terlintas di kepala Alya untuk menghindari permintaan Aleta."Kenapa kamu enggak bilang?" tanya Arfan begitu Alya duduk di sofa ruang tamu."Bilang apa?""Kamu pasti tau, kan, kalau Ibu ... di rumah itu, lagi ngapain?" Arfan menatap Alya tak percaya.Alya tak menjawab. Ia memilih membuang muka."Al! Liat aku!"Alya akhirnya menoleh ke arah Arfan walaupun tidak menatap wajah lelaki itu. "Emang aku harus bilang apa sama kamu?""Kenapa Ibu sampai nyetrika di rumah orang? Kenapa, Al? Kenapa kamu biarin Ibu melakukan itu?""Bukannya dari awal kamu tahu? Keluargaku engga
Baca selengkapnya
Cincin Keluarga
"Berpura-pura gimana maksud kamu, Fan?" tanya Meira pura-pura tidak mengerti. "Bukannya selama ini yang kita lakukan bukan sebuah kepura-puraan? Kita tidur bersama, kamu menyentuhku layaknya seorang suami. Pernikahan kita ini nyata, Fan. Cintaku sama kamu juga nyata. Kamu jangan mengada-ada, deh!" Meira melipat kedua tangannya lalu membuang muka."Mei, tolong dengarkan aku kali ini," bujuk Arfan. "Kamu tahu? Setiap bangun tidur dan ternyata aku masih diberi napas, semua itu, itu kayak enggak ada gunanya tahu, enggak?" Arfan menghela napas. "Selama ini kayak buat apa, sih, aku masih hidup? Enggak ada hal sama sekali yang urgent buat aku lakuin. Aku cuma bangun tidur, mandi, sarapan, kerja, pulang, tidur lagi. Gitu terus, enggak tahu sampai kapan."Arfan menjeda ucapannya beberapa saat. Dadanya kembali sesak setiap akan berbicara tentang Aleta. "Dan sekarang ...." Arfan meraup udara banyak-banyak. "Ada Aleta." Jemari Arfan mencengkeram stir mobil dengan kuat. "Dia ... butuh aku. Dan dia
Baca selengkapnya
Meledak
Arfan menoleh saat Alya dan Prima memasuki ruang keluarga. Mereka berdua berjalan beriringan. Alya di depan, Prima di belakang. Perhatian Arfan teralihkan pada tangan Alya. Terlihat Alya sedang menggenggam sebuah kotak berlapis beludru warna biru tua, meski terlihat sekali Alya berusaha menyembunyikannya.Dalam hati, Arfan menebak kalau Prima telah memberikan kotak itu. Dan kemungkinan besar isinya adalah cincin ataupun perhiasan.Perasaan Arfan jadi kebat-kebit, takut Alya dan Prima segera meresmikan hubungan. Sementara ia sangat berharap untuk bisa kembali pada Alya agar bisa memenuhi semua keinginan Aleta. Selain ia memang masih mencintai Alya."Pa, kok, ngelamun?" tegur Aleta yang sejak tadi memperhatikan papanya."Eh, iya. Enggak, kok. Ayo, kita lanjut main!"Sementara Alya tanpa berkata-kata, langsung memasuki kamarnya. Ia menyimpan kotak pemberian Prima tersebut di laci. Setelahnya ia berniat mengirim pesan pada Naya, memberitahu pemberian Prima itu. Namun, baru saja ia mengamb
Baca selengkapnya
Marah
"Al, aku pergi dulu, ya?" pamit Arfan setelah menidurkan Aleta.Alya yang sedang menyelimuti tubuh Aleta mematung beberapa saat. Lagi-lagi Arfan memilih kata pergi saat berpamitan untuk pulang. Hal itu membuat jantung Alya berdebar tak biasa karena seharusnya Arfan menggunakan kata pulang bukan pergi.Di telinga Alya, seolah-olah Arfan sedang berpamitan untuk keluar rumah dari rumah yang mereka tempati. Namun, kenyataannya saat ini kondisinya tidaklah demikian. Mereka tinggal di rumah yang berbeda dan status mereka pun sudah kembali menjadi orang lain."Al," panggil Arfan lagi karena Alya tak juga merespon."Ah, iya, Fan." Alya sedikit gelagapan. Ia kemudian berucap sekenanya. "Makasih udah nidurin Aleta."Arfan menatap Alya yang sedang merapikan selimut Aleta. "Aku yang berterima kasih sama kamu, Al. Kamu udah jaga anak kita sebaik ini tanpa adanya aku di sisi kamu selama ini.""Sudah seharusnya. Dia putriku," ucap Alya dengan dada berdenyut nyeri."Mulai saat ini, kita akan jaga Ale
Baca selengkapnya
Genggam Sewajarnya
Beberapa hari setelah perbincangannya dengan Arfan di mobil malam itu, Meira merasa sudah tidak sanggup untuk mengatasi perasaannya seorang sendiri. Di satu sisi ia tidak sanggup jika harus kehilangan Arfan. Terlebih melihat Arfan kembali pada Alya. Akan tetapi, jika ia tidak mau melepas Arfan, maka seperti yang Arfan bilang, kemungkinan besar ia akan kembali menikahi Alya tanpa memedulikan keberadaannya."Tega sekali kamu, Fan ...."Hati Meira rasanya teriris-iris tiap kali memikirkan itu. Bagaimanapun ia mencoba memikirkan masalah itu, semua seperti buntu. Tak ada jalan keluar lain yang bisa ia lihat, kecuali berpisah atau menerima jika harus diduakan."Jahat sekali kamu, Fan ...." Meira meremas dengan kuat selimut tebal yang sejak tadi menutupi separuh tubuhnya. Seharian ini ia memang tidak pergi ke mana-mana. Suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja membuatnya malas melakukan apapun. Terlebih Arfan juga sudah tidak ada di kamar itu. Meira menebak kalau Arfan telah pergi s
Baca selengkapnya
Karena Ego
Seharian Arfan di rumah uring-uringan karena perkiraannya meleset. Ia pikir dengan tidak datang ke rumah Alya, Alya akan menghubunginya. Setidaknya dengan alasan Aleta menanyakan keberadaannya atau alasan apapun Arfan tidak peduli, yang penting Alya merasa kehilangan atas ketidakhadirannya. Namun, sampai Arfan sengaja tidak ke kantor, Alya sama sekali tidak menghubunginya.Akhirnya seharian Arfan hanya mondar-mandir keluar masuk rumah tidak jelas. Berkali-kali mengecek ponsel menunggu pesan atau telepon dari Alya. Meski sebenarnya jari-jari Arfan sangat tidak tahan untuk tidak menghubungi Alya, tetapi sekuat tenaga ia tahan. Ia ingin Alya yang menghubunginya.Langit sudah gelap, harapan untuk dihubungi Alya terpaksa Arfan kubur dalam-dalam. Seharusnya dari awal ia sadar kalau Alya tidak akan pernah menghubunginya. Arfan tahu betul sifat mantan istrinya itu, tetapi masih berharap pada sesuatu yang tidak akan mungkin Alya lakukan."Kamu enggak berubah sama sekali, Al," gumam Arfan semba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status