Semua Bab Usai Bercerai: Bab 51 - Bab 60
73 Bab
Tak Sanggup
"Selamat datang Aleta Sayang!" sambut Bu Fania dengan senyum lebar, begitu Aleta, Arfan, dan Alya tiba di rumah megahnya. "Eyang Ti udah siapin kamar yang bagus buat Aleta. Aleta pasti senang!" lanjutnya masih dengan senyum yang sama."Mari, masuk!" ajak Pak Arya yang juga ikut menyambut kedatangan cucu, anak, dan menantunya.Arfan pun merangkul pinggang Alya. Meyakinkan wanita yang teramat dicintainya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Orang tuanya telah bisa menerima kehadirannya dan juga Aleta. Tidak seperti dulu."Nih, ini kamar Aleta!" Bu Fania membuka sebuah kamar cukup luas dengan dekorasi hello kitty. Beberapa boneka mulai dari ukuran mini sampai ukuran jumbo berjejer ikut menghiasi kamar tersebut. Bed cover set warna pink dengan gambar hello kitty senada dengan dekorasi rumah itu membuat mata Aleta membeliak kagum. Aleta pernah melihat kamar seperti ini. Kamar salah seorang temannya yang dulu ia kunjungi saat temannya itu sakit. Dan Aleta sangat menginginkan kamar seperti
Baca selengkapnya
Koper Besar
Arfan meremas kertas tersebut dengan kuat, lalu melemparnya ke dinding kamar. Ia merasa frustasi dengan keadaan ini. "Kenapa kamu enggak mundur aja, sih, Mei?" Arfan meraup kasar wajahnya, kemudian membanting tubuhnya ke ranjang.Arfan tahu, pada akhirnya pasti akan seperti ini. Meira tidak akan sanggup membagi segalanya dengan Alya. Dan akhirnya Meiralah yang akan tersakiti. Oleh keputusannya sendiri."Dasar!" umpat Arfan. Seandainya Meira tidak keras kepala dan bersedia mundur, tentu keadaannya tidak akan seperti ini.Arfan memang tidak mencintai Meira. Namun, laki-laki masih menyayangi Meira sebagai seorang sahabat. Tidak ada cinta sama sekali. Meski keduanya telah menjadi suami istri lima tahun lamanya. Semua yang Arfan lakukan pada Meira, hanya sebatas memenuhi kewajiban saja. Selama ini sikap Arfan memang sangat dingin pada Meira. Ia marah pada Meira karena telah mengambil tempat Alya. Dan ia juga ingin Meira merasa jengah dan memilih meninggalkannya. Bukan menyakitinya sepert
Baca selengkapnya
Kacau
"Meira, ngapain kamu ke sini bawa-bawa koper segala?" ketus Bu Fania sembari menatap Meira tidak suka.Meira tersenyum dengan wajah tenang. "Mama takut banget kayaknya kalau aku juga mau tinggal di sini?""Jangan asal ngomong kamu?!" Bu Fania berdiri dari kursinya."Ma, udah." Arfan menengahi istri dan mamanya. "Mei, duduk dan jelaskan kenapa kamu ke sini bawa koper kayak gitu!"Meira tersenyum sinis pada mama mertuanya kemudian duduk di samping Arfan. Kini Arfan berada di antara Meira dan Alya."Mobilku mogok di jalan. Jadi, aku pakai taksi ke sini," jelas Meira dengan santai. Sama sekali tidak terintimidasi oleh tatapan tak bersahabat dari Bu Fania."Kenapa malah ke sini dan enggak ke rumah?" tanya Arfan sembari menahan kesal."Kamu enggak suka?""Tentu. Aku enggak suka kamu mengusik ketenangan Alya dan Aleta.""Justru aku ke sini biar semua jelas.""Maksud kamu?""Rumah yang kita tinggali, itu atas nama Alya, kan?"Arfan mengangguk. "Ya.""Aku mau Alya yang tinggal di sana dan aku
Baca selengkapnya
Tanya
"Jangan gila kamu, Mei! Aku sekarang lagi di rumah sakit!" Arfan beranjak dari tempat duduknya dan keluar karena takut mengganggu tidur Aleta."Aku enggak mau tau, Fan! Kamu pikir, kalau aku enggak dapat rumah sekarang, aku harus tinggal dimana? Jangan egois kamu, Fan! Aku juga istri kamu! Jangan mentang-mentang Alya sudah kembali sama kamu, kamu bisa seenaknya sama aku!" cerocos Meira.Arfan memijat pelipisnya mendengar ocehan istrinya. "Tapi enggak sekarang, Mei. Aleta lagi dirawat, besok dia harus kemo. Aku enggak bisa ninggalin dia.""Terus apa solusi kamu?"Arfan menoleh ke arah pintu kamar. "Balik ke rumah dulu. Biar nanti aku jelasin ke Alya.""Oke. Tapi setelah kalian pulang dari rumah sakit, kita segera cari rumah!""Iya."Tanpa berkata-kata lagi, Meira mematikan teleponnya. Kontan Arfan menghela napas panjang. Apa yang menjadi ketakutan Arfan terjadi. "Kenapa Meira, Fan?" tanya Alya setelah Arfan menjatuhkan dirinya di sofa."Mama enggak ngizinin dia tinggal di sana," jawab
Baca selengkapnya
Tak Mau Dilupakan
"Itu siapa, Pa? Kok, gandeng Papa?" tanya Aleta yang masih duduk di stroller."Ah, dia ... Tante Meira. Aleta belum kenalan, ya?"Anak itu menggeleng. Aleta memang cukup kritis di usianya. Sebelum sakit, ia sangat banyak bertanya dan keingintahuannya cukup tinggi."Ya udah, nanti Papa kenalin, ya?""Emang dia siapanya Papa? Adik Papa?"Arfan menatap Alya. Ia takut salah menjawab."Aleta, tanya-tanyanya nanti dulu, ya? Kita masuk dulu. Aleta istirahat dulu, oke?" bujuk Alya yang masih belum terpikir untuk memperkenalkan Meira sebagai apa pada Aleta.Arfan kemudian mengambil alih stroller Aleta dari tangan Alya dan mendorongnya masuk."Tante itu yang pernah datang ke rumah Eyang bawa koper, kan, Pa?" tanya Aleta lagi karena masih penasaran."Iya, Aleta masih ingat?"Aleta mengangguk. "Kenapa waktu itu bertengkar sama Eyang?""Bukan bertengkar, Sayang. Kami orang dewasa hanya diskusi.""Kok, Aleta enggak pernah liat Mama ngomong kayak begitu? Mama enggak pernah diskusi?""Kadang-kadang,
Baca selengkapnya
Kecewa
Alya menatap wajah Aleta yang tengah tertidur dengan pulas. Wajah pucat yang semakin hari terlihat semakin tirus. Kelopak matanya semakin cekung, kulitnya pun terlihat kering tidak seperti kulit balita pada umumnya. Tentu semua karena efek pengobatan yang tengah Aleta jalani.Dibelainya rambut lembut Aleta. Dada Alya semakin sesak saat memikirkan pada saatnya nanti helaian demi helaian rambut putrinya itu mulai rontok. Sementara selama ini Aleta sangat suka jika rambutnya ditata dengan berbagai tatanan rambut yang lucu khas balita perempuan."Al ...."Alya menoleh saat mendengar panggilan dari Arfan. Ia tidak menyadari kedatangan lelaki itu."Aleta tidur?" lanjut Arfan sembari berjalan mendekati Alya."Iya." Alya kembali menatap wajah putrinya yang tampak damai dalam tidurnya.Arfan meremas lembut bahu Alya sembari ikut menatap putrinya. "Kita makan dulu, yuk! Mumpung Aleta tidur," ajak Arfan.Alya menatap Arfan ragu. Ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam satu meja makan deng
Baca selengkapnya
Menang
"Tuhan, tolong buat Arfan keluar sebentar aja dari kamar itu," harap Alya dalam hati.Entah berapa kali Alya menengok jam dinding yang ada di ruang makan itu. Namun, sudah lebih dari sepuluh menit ia menunggu, tidak ada tanda-tanda Arfan keluar dari kamar Meira."Maafin Mama, Nak," ucap Alya dalam hati saat memutuskan untuk kembali ke kamar."Papa mana, Ma?" tanya Aleta begitu Alya masuk."Papa lagi nyelesaiin kerjaan dulu, Sayang. Nanti kalau udah beres pasti langsung ke sini," dusta Alya."Jam berapa beresnya?""Sayang, dengerin Mama, ya," bujuk Alya dengan lembut sembari membelai rambut Aleta. "Aleta harus ngertiin Papa. Papa sebagai kepala keluarga punya tanggung jawab buat memenuhi kebutuhan kita. Jadi, gimana cara Papa? Caranya yaitu, Papa harus kerja. Biar Papa punya uang, buat memenuhi kebutuhan kita. Udah beberapa hari ini, kan, Papa selalu di rumah sakit nemenin Aleta, jadi pasti sekarang kerjaan Papa banyak. Makanya, sekarang Aleta beri waktu Papa buat nyelesaiin kerjaannya
Baca selengkapnya
Terpaksa
Begitu Meira keluar, Arfan ikut keluar. Tak mungkin ia membiarkan Aleta hanya demi Meira. Hanya saja Arfan berusaha bersikap baik juga pada Meira, agar perasaan Meira tidak terlalu terluka.Saat dilihat Meira sudah berada di dapur, Arfan bergegas menuju kamar Alya. Ia khawatir putrinya itu terbangun dari tidurnya. Dan yang pasti ia juga ingin melihat Alya, memastikan bahwa bidadarinya itu baik-baik saja.Benar saja, begitu membuka pintu, Arfan melihat mata Aleta masih terbuka lebar."Aleta belum tidur?" tanya Arfan."Belum, Papa. Aleta pingin tidur sama Papa," rengek balita itu sembari beringsut duduk.Arfan langsung mendekat dan mencium puncak kepala putrinya. "Iya, Sayang. Sebentar, ya? Papa keluar dulu mau bikin kopi. Habis itu Papa balik ke sini lagi.""Bener?""Iya, Sayang."Arfan kemudian menatap Alya. "Sebentar, ya, Al. Aku pasti balik ke sini." Diraihnya dagu Alya. Ingin sebenarnya ia mengecup bibir istrinya itu. Namun, Arfan merasa sungkan karena Aleta memperhatikan mereka. A
Baca selengkapnya
Kelimpungan
Sementara Alya di kamarnya sedang video call dengan Bu Fania. Bu Fania bilang, kalau sebenarnya sore tadi ingin datang. Hanya saja ada acara mendadak, sehingga terpaksa menundanya."Aleta tapi betah, kan, di rumah Papa?" tanya Bu Fania pada cucu kesayangannya itu.Aleta yang sedang cemberut karena papanya belum juga kembali ke kamarnya hanya mengangguk."Syukurlah. Besok mau Eyang bawain apa?"Lagi-lagi balita itu menjawab dengan gerakan. Kali ini ia menggelengkan kepala. "Aleta kenapa cemberut gitu?" tanya Bu Fania yang bisa melihat wajah cemberut cucunya di layar ponsel."Papa dari tadi sibuk kerja. Enggak datang-datang ke kamar Aleta," jawabnya."Oh. Habis ini Eyang bilangin Papa." Bu Fania yakin kalau Arfan bukan sedang kerja melainkan sedang bersama Meira."Perempuan itu pasti sengaja membuat Arfan tidak bisa bersama anaknya!" geram Bu Fania dalam hati."Ya udah, Eyang telepon Papa dulu, ya?""Iya, Eyang.""Aleta sekarang tidur, ya! Udah malam ini."Aleta mengangguk lagi."Ya ud
Baca selengkapnya
Mengulang Masa Itu
"Fan, jangan, nanti Aleta bangun!" Alya masih berusaha menolak saat Arfan terus menyentuhnya."Enggak," bantah Arfan dengan suara parau."Bukannya udah dikasih sama Meira?"Mendengar itu, Arfan langsung membalik tubuh Alya yang sebelumnya menghadap ke arah Aleta sehingga kini menghadapnya. Lelaki itu menatap mata istrinya dalam-dalam."Apa kamu pikir aku ... seserakah itu?"Alya mengedikkan bahu sembari tersenyum sinis. Api cemburu membuat pikirannya kacau. "Meira istrimu.""Kalau kamu ingin aku enggak nyentuh Meira, aku pastiin enggak akan nyentuh dia, Al."Alya menatap kedua bola mata suaminya. Terlihat Arfan sungguh-sungguh mengatakan itu. Jika Alya menuruti egonya, tentu ia ingin melarang Arfan menyentuh Meira. Hanya saja, bagaimanapun nyerinya hati Alya, kini Meira juga istri Arfan. Dia bukan lagi wanita satu-satunya untuk Arfan."Kamu mau itu?" tanya Arfan saat melihat Alya hanya terdiam menatapnya."Aku ... ingin kamu jadi suami yang baik.""Termasuk pada Meira?"Alya tersenyum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status