All Chapters of Sesungguhnya Aku Bukan Suami yang Miskin: Chapter 21 - Chapter 30
52 Chapters
PART 21
“Oh iya benar, Pak RT. Perkenalkan, nama saya Radit, Raditya Pambudi,” sahut Radit sembari menyalami warga lain satu persatu. “Lalu, kira-kira kapan Pak Radit pindah ke mari?” tanya Pak RT lagi. “Maunya secepatnya, Pak. Tapi ini perabotannya belum ditata,” sahut Radit. “Kira-kira di sekitar sini ada yang tenaga yang bisa dimintai bantuan untuk menatap perabotan di rumah saya mungkin, Pak?” “Oh bisa, Pak Radit, wagra saya pun akan membantu Pak Radit,” ujar Pak RT Halim. Lalu menoleh pada warganya, “Bagaimana Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, apakah bersedia membantu Pak Radit untuk menata perabotan rumahnya?” “Siap, Pak RT ...!” jawab semuanya serentak. Ternyata bukan hanya warga itu saja yang membantu. Bahkan beberapa warga yang terdiri dari pemuda komplek ikut menyumbangkan tenaganya. Semua perabotan yang masih dalam pembukus dan segelnya ditempatkan pada posisinya masing-masing. Radit merasa terharu dan tak menyangka warga di perumahan itu masih memiliki rasa pedu
Read more
PART 22
“Aku itu hanya punya satu dambaan, Bu, yaitu ingin memiliki rumah tangga yang mawadah wa rahmah, dan wanita yang kunikahi menjadi bidadari di dunia hingga akherat bagi saya,” lanjut Radit lagi. “Namun nampaknya, apa yang saya raih justru sangat jauh dari yang saya dambakan. Dambaan wanita yang saya dambakan justru laki-laki yang mampu memanjainya dengan gelimangan harta. Ya, Nagita masih melihat, bahwa tak ada yang mampu membuatnya bahagia selain dari harta.” “Tapi, Nak Radit,” ucap Bu Ratri, “kalau Ibu boleh memohon, Nak Radit jangan bercerai dengan Nagita. Pertahankan semasih mampu Nak Radit tahan, sembari berharap semoga Nagita menyadari kesalahannya dan kembali menjadi istri dan ibu yang baik. Ya, paling tidak, berikan dia waktu. Ibu sudah merasa sangat nyaman bermenantukan Nak Radit.” Radit manggut-manggut. “Insha Allah, Bu. Saya senantiasa berdoa, Bu, tentang hal itu. Saya justru lebih memikirkan Noni. Perasaan dia masih sangat sensitif, dan tentu bisa menjadi p
Read more
PART 23
“Iya, Bu, kebetulan ini saya sudah mau menjemput mereka, habis maghrib nanti,” sahut Radit. “Oh ya, Bu. Saya pengen sekali untuk malam ini Ibu, Mbak Ningrum, Dik Arthur dan Dik Mellisa tidur di sini. Biar sekalian nanti bisa kenal dengan ibu mertua dan putri saya, Noni.” Keemapt anak beribu itu sama-sama terdiam dan saling berpandangan satu sama lain. “Ya, itu jika Ibu, Mbak Ningrum, Dik Arthur, dan Dik Ellisa memungkinan. Saya ....” “Iya, kami akan tidur di sini. Hitung-hitung ikut memeriahkan malam pertama Mas Radit di rumah barunya ini. Tapi biar besok pagi saya langsung berangkat kerjanya dari sini, nanti biar saya balik dulu ke rumah sebentar untuk mengambil keperluan saya.” “Baik, Mbak. Kalau begitu saya sangat berterima kasih sekali sama Mbak Ningrum, Ibu, juga pada Dik Arthur dan Dik Ellisa.” “Ya, sama-sama, Nak Radit. Semoga dalam rumah ini Nak Radit sekeluarga diberi keberkahan-keberkahan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Amin Allahumma
Read more
PART 24
Pak Abdul Karim Pambudi menerima seorang laki-laki dalam ruangan kerjanya di kantor pusat grup perusahaannya. Tampaknya laki-laki itu adalah yang pernah memata-matai Nagita di rumah barunya bersama Dony Setiawan. “Silakan duduk. Bagaimana dengan hasil pengusutan lapangannya, Mas Alex?” tanya Pak Karim kepada laki-laki yang berusia sekitar tiga puluhan tahun itu. “Ada beberapa yang saya dapatkan info pasti dan sahihnya, Pak, di samping bukti berupa foto-foto dan vieo yang telah saya kirimkan kepada Bapak kemarin pagi itu,” sahut Alex. “Dan kemarin sore saya mendapatkan konfirmasi pada pihak pemasaran pengemban komplek itu, bahwa laki-laki yang bernama Dony Setiawan itu membeli lunas rumah itu.” Pak Karim mengangkat dagunya sembari memperlihatnya wajah tanpa ekspresi. “Berapa katanya harga rumah itu?” “Menurut yang saya dapatkan dari bagian pemasaran dan menurut yang saya lihat di brosurnya, satu unit rumah dengan type yang dibeli oleh Dony Setiawan itu ha
Read more
PART 25
Pak Karim tak langsung menjawab pertanyaan Radit tetapi menoleh ke luar, ke halam rumah, lalu berkata, “Tentu saja mobil semewah itu tidak digunakan oleh karyawan rendahan, bukan? Itu pasti mobil dari perusahaan?” Radit tertawa tanpa suara. “Iya, Pak, alhamdulillah, sekarang aku diangkat sebagai manajer HRD oleh manajemen perusahaan, dan mobil itu memang mobil dari perusahaan.” “Benar kata pepatah, bahwa buah yang jatuh tak pernah jauh dari pohonnya,” puji Pak Karim. “Kamu persis Papa, seorang pekerja yang ulet, cerdas, dan disiplin. Jadi Papa tak heran jika perusahaanmu menaikkan posisimu secepat itu. Papa tak perlu lagi menasihatimu harus menjadi pejabat yang seperti ini atau seperti itu, karena kamu sudah tahu, seperti Papa mengetahui apa yang harus Papa lakukan.” “Terima kasih, Pap. Tentu semua atas didikan dan doa Papa juga,” ujar Radit. “Sama-sama, Nak,” sahut Pak karim sembari tersenyum. “Oh ya, bagaimana keadaan keluargamu? Papa harap semuanya sud
Read more
PART 26
Suara tawa pun bersambung. Dan kondisi itu dijadikan Radit sebagai ajang pamer kepada Nagita. Dengan cara itu dia bisa menunjukkan pada wanita yang masih sah sebagai istrinya itu bahwa dia pun tidak stres dan frustasi oleh perilaku gilanya seperti itu. Tawa itu membuat Nagita dan Dony menoleh ke arah mereka. Dengan kebahagiaan yang diperlihatkan oleh Mas Radit bersama ‘keluarga’ barunya itu, berati masalahnya dengannya sudah dianggapnya tak lagi jadi masalah. Nagita menghembuskan nafas kesalnya. Lalu ia pun berpura-pura makin terlihat makin romantis dengan Dony. Dony pun memanfaatkan situasi itu untuk pamer keromantisannya terhadap Nagita. Tapi Radit tahu, ia pun tersenyum. Ia merasa menang. Ternyata apa yang diperlihatkannya saat itu, tak urung membuat wajah istrinya itu menjadi tak senang. Jangan kau pikir aku sangat cemburu lalu mengamuk lagi melihatmu dengan laki-laki itu, Nagita! Ia membatin. Saat mereka keluar dari restoran pun, Radit tetap bersikap w
Read more
PART 27
Bu Ratri dan Noni langsung menangis mendengar keterangan dokter itu. “Tapi satu hal yang perlu kami sampaikan,” lanjut dokter yang merawat Nagita, “adalah bahwa kami gagal untuk menyelamatkan kandungan istrinya Bapak. Benturan di bagian perut menyebabkan pendarahan pada istri Bapak. Kami sampaikan turun berduka cita?” Bukan saja Raditya yang kaget atas keterangan dokter itu, bahkan Bu Ratri pun sontak berhentik terisak dan mendongakkan wajahnya. Kabar itu benar-benar bagai gelegar petir di siang bolong. “Istri saya hamil, Dok?” “Iya, kandungan istri Bapak hampir berusia satu bulan.” “Ya Allah ya Rabb,” ucap Radit sembari memejamkan matanya. “A ... maaf, apakah yang laki-lakinya sauadaranya Bapak? Atau saudaranya pasien?” tanya dokter lagi. “Laki-laki yang mana, Dok?” “Yang bersama pasien. Waktu kecelakaan, dia yang mengemudikan kendaraan.” Raditya langsung berpikir, bahwa laki-laki yang dimaksud oleh Pak Dokter adalah Dony Setiawa
Read more
PART 28
Pak Karim mengangguk-angguk pelan dan berkata, “Lalu apa rencanamu selanjutnya. Apakah sudah waktunya membuka jati dirimu yang sebenarnya?” “Iya, Pap, karena aku pikir tak ada gunannya lagi aku harus menyembunyikan jati diri. Noni juga harus tahu, bahwa ia memiliki seorang kakek yang merindukannya.” “Alhamdulillah,” ucap Pak Karim Pambudi sembari menadahkan kedua tanganya ke atas dengan wajah sangat bahagia. “Tapi aku ingin memberi kejutan kepada laki-laki perusak pagar ayu yang bernama Dony Setiawan itu, Pap,” ucap Radit. “Hm, ya, ya,” ucap Pak Karim. “Sebenarnya, tanpa sepengetahuanmu, Papa telah melakukan audit terhadap keuangan di perusahaan kita di mana laki-laki itu dan Nagita bekerja. Hasilnya, ternyata manajer keuangan itu telah banyak melakukan korupsi melalui pengadaan-pengadaan barang secara fiktif serta penujualan-penjualan barang-barang di gudang perusaan di luar dari penjualan resmi perusahaan. Dari hasil kliring sementara, dia telah merugik
Read more
PART 29
“Baiklah,” lanjut Pak Abdul karim Pambudi, “agar Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian tidak penasaran lagi dengan sosok putra dan pewaris tunggal saya itu, saya minta kepada putra saya agar berdiri dan duduk di kursi yang berada di samping saya ini.” Spontan, seluruh mata menembarkan pandangan mereka ke seluruh ruangan, ingin melihat siapakah gerangan ‘Sang Putra Mahkota” yang disebutkan itu? Ketika tiba-tiba Raditya Pambudi yang berdiri, sebagian menghela nafas panjang dan lega dan mengangguk-angguk, karena kini mereka telah mengetahui sosok ‘Sang Putra Mahkota’ dari Kerajaan Bisnis Grup Ekajaya Persada. Namun, bagi siapa pun yang telah mengenal Raditya Pambudi, mereka seperti terhenyak. Tentu yang paling dibuat kaget adalah Ningrum, lebih-lebih Nagita dan Dody Setiawan. Mulut kedua manusia terakhir melongo dengan mata membeliak. Keduanya seperti tengah berada dalam sebuah mimpi yang paling buruk dalam hidupnya. Jadi, selama ini mereka hanyalah pekerja dalam peru
Read more
PART 30
Raditya Pambudi menghentikan ucapannya, membuat seluruh peserta rapat menjadi tegang dengan ekpresi gugup. Yang paling terlihat kegugupannya adalah Dody Setiawan dan Nagita. Keduanya adalah seorang manajer juga dalam perusahaan itu. “Saya minta maaf kepada Saudara Dody Setiawan, karena posisi Anda akan digantikan oleh beliau, Bu Ningrum.” Kalimat Raditya Pambudi itu membuat semua wajah terangkat lalu hening sesaat sebelum tepuk tangan pecah. “Saya terima, dan saya maklumi, mengapa saya diganti,” tiba-tiba Dody Setiawan berdiri. “Ini tentu berkenaan dengan urusan pribadi antara saya dengan Anda.” “Raditya Pambudi hanya tersenyum dan menjawab, “Anda salah besar, Pak Dody. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan di luar perusahaan, tetapi menyangkut keberlanjutan perusahaan saya ini.” “Apa maksud Anda?” “Banyak maaf, Pak Dody, biarkan pihak kepolisian nantinya yang akan menjelaskannya. Security, buka pintunya.” Semua wajah langsung m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status