All Chapters of Wanita yang Kau Sakiti : Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
Apa yang Dilakukan Haya?
Arman adalah teman dekat Arik dan Hayana. Lelaki yang pernah gagal menikah itu memang sudah lama mengetahui perselingkuhan temannya. Dia memang sering gonta-ganti pacar tapi setelah gagal menikah karena ulahnya sendiri kini dia tak ingin lagi pacaran. Di usia tiga puluh tahun ini dia masih membujang. Di mata Arman Haya adalah wanita yang baik dan tak pantas disakiti. Dia berusaha untuk menyadarkan suaminya. Namun, gagal. Memang benar menasihati orang yang sedang jatuh cinta itu susah. Termasuk Arman yang mencoba menasihati Arik. Sebenarnya Arman juga mengetahui Arini itu istri orang. ~~~~~~~~`~~~"Kamu itu bisa menjahit nggak, sih? Sudah dikasih tahu bukan seperti ini hasilnya yang diinginkan buyer? Bongkar lagi!" bentak Arik pada anak buahnya yang salah dalam proses menjahit.Arik baru saja mendapatkan komplain dari QC inline."Ba — baik, Pak. Akan saya perbaiki lagi." Suara Bu Marfuah bergetar. "Ibu itu sudah tua. Memang sudah saatnya istirahat di rumah saja. Ngasuh cucu bukan m
Read more
Ucapan Sarkas Hayana
Kak, Arik? Apa kabar?Boleh ikut bergabung?" Hayana menyapa pasangan itu. Arik terperangah melihat Haya yang telah berdiri di depannya. Terlebih baru mengetahui istrinya bekerja di pabrik yang sama dengannya. Lelaki itu hanya bisa mengangguk pasrah. Tak bisa menolak saat istrinya meminta nimbrung bersamanya. Pria itu sedang sudah bisa merasakan akan ada suasana yang mencekam nantinya.Wanita itu mengubah panggilan pada Arik dari sapaan Mas berubah menjadi Kakak. Haya pernah mengatakan pada suaminya, bahwa dia memilih memanggil Arik dengan sebutan Mas, meskipun diketahui lelakinya bukan dari suku Jawa. Menurut perempuan bertubuh mungil itu, panggilan Mas untuk orang yang spesial di hatinya. Kini Arik bukan lagi orang yang istimewa bagi Hayana. Itulah sebabnya panggilan pun berubah menjadi Kakak. Ingin menunjukkan bahwa Arik tak ada lagi artinya. Haya tersenyum saat menatap Arik yang sedang tertegun dengan penampilannya. Tanpa persetujuan Arini terlebih dahulu, istri Arik itu menarik
Read more
Tuduhan Arik
Terima kasih, ya, atas tempatnya. Maaf kalau mengganggu. Aku mau duluan soalnya mau shalat sebelum kerja. Kak Arik jangan lupa untuk menjalankan kewajiban seorang hamba. Jangan malas untuk menyembah Allah meski berbuat maksiat. Perlu diperiksa perbuatan dan kelakuannya kalau sudah malas beribadah. Siapa tahu maksiat sudah terlalu banyak yang dikerjakan." Haya berdiri dari posisi duduknya, kemudian melangkahkan kaki ke mushola pabrik. Diikuti oleh Kartika.Arik tak lagi bisa berbuat apa-apa selain memandangi punggung istrinya. Arini pun sama."Bang, sebenarnya dia siapa?" Akhirnya Arini memberanikan diri bertanya."Dialah istriku. Hayana Prameswari.""Serius, Bang?""Seratus rius.""Punya mental juga dia, Bang. Dia terlihat tegar begitu. Seperti tak ada kecewa dari sorot matanya. Abang tahu dia bekerja di sini?" "Hayana memang tipe wanita tangguh. Dia selalu pandai menyimpan kekecewaannya. Dia terlihat tegar. Aku pun baru tahu dia bekerja di sini sebagai QA.""Mustahil seorang istri b
Read more
Arik Menyusun Rencana
Sebenarnya tanpa menoleh ke arah sumber suara, Hayana dan Arman pun tahu siapa pemilik suara bariton tersebut. Namun, mereka penasaran saja wujud manusia itu ada di mana. Kini mereka sudah saling berhadapan.Arik berjalan dari belakang mereka. Baru ke luar dari salah satu kamar kost yang kosong. Sudah hampir satu jam lelaki yang masih berstatus suami Hayana itu menunggu istrinya pulang. Pria itu punya tujuan hingga rela menunggu lama.Arik memperhatikan tampilan istrinya yang terlihat menawan dengan balutan gamis brokat. Mata lelaki itu tak berkedip menatap istrinya. Hati kecil mengakui Hayana tampil cantik malam ini. Namun, egonya mengalahkan rasa itu."Ini alasan kamu tidak mau pulang? Biar bisa kelayapan sesuka hati dengan pria lain?" sindir Arik di depan kamar istrinya. Mereka semua berdiri di depan pintu kamar."Jaga mulutmu! Kalau tidak tahu jangan menuduh! Aku tidak serendah yang kamu pikirkan!" tegas Hayana. "mendingan kamu pergi dari sini! Jangan bikin gaduh di tempat orang!
Read more
POV Arik
POV ArikNamaku Arik Permana. Wajahku tampan, anak laki-laki satu-satunya di keluargaku. Kakak-kakak perempuan.Dari awal ibuku menginginkan menantu yang cantik, dari keluarga yang terpandang. Namun, aku malah menikah dengan gadis yang tidak masuk hitungan Ibu. Saat itu ibu marah besar karena Haya tak sesuai keinginannya. Namun, aku berhasil menyakinkan Ibu. Aku katakan bahwa Haya memang tidak cantik, tapi royal memberikan uang. Itu terbukti sebagai menantu Haya tak pernah absen memberikan uang setiap bulan pada ibuku Kelemahan ibu adalah uang. Aku rasa wajar, karena pada dasarnya wanita manapun akan tunduk dengan uang.Hayana itu istri yang baik, setia, tidak boros meski punya penghasilan sendiri, pandai mengurus aku. Dulu dia sungguh berarti dalam hidupku. Lima tahun pernikahan kami belum juga hadir janin dari perut istriku.Kami pun sudah periksa ke dokter. Tim medis pun mengatakan bahwa kondisi kami berdua sehat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kami hanya butuh bersabar.Tig
Read more
Jebakan Hayana
Arik menemui Hayana pada saat jam makan siang. Tanpa rasa malu lelaki itu dengan lugas mengatakan akan meminta motor yang di bawa Hayana."Say, kamu serius mau memberikan motor itu?" tanya Kartika serius. Wanita itu tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya.Hayana malah mengulum senyum, seolah memberikan teka-teki untuk sahabatnya. Kartika mengernyitkan dahi. Wanita bergigi gingsul itu tahu teman karibnya sedang butuh penjelasan."Ya enggak lah, Say. Aku hanya mengucapkan kalau mau motor datanglah ke kosan. Bukan berarti ambil dan aku akan memberikan motor itu setelah Arik sampai kosan," terang Hayana."Tapi bagaimana kalau Arik salah menafsirkan? Pasti dia berpikir bahwa kamu menyuruhnya mengambil motor di kosan." Kartika khawatir temannya terjebak oleh ucapannya sendiri."Percayalah aku bisa mengatasi itu. Yuk, kita masuk! Sebentar lagi bel berbunyi," ajak Haya sambil menarik tangan Kartika yang masih duduk di depan mushola, setelah memasang tali sepatu. Mereka berjalan beriringan me
Read more
Sakit Apa?
Arik tersenyum saat mendapatkan kontak motor yang diincar itu. Pria itu membalikkan badannya sambil menatap istrinya yang masih duduk di atas karpet. "Ini sudah di tanganku." Arik memainkan kunci tersebut sambil tersenyum tersenyum sinis. Seolah menganggap Hayana itu bodoh. Wanita itu membalas senyuman suaminya. "Berani membawa motor itu habis kamu, Mas!" ancam wanita itu dengan tatapan menghunjam."Ngomong doang. Buktikan!" tantang Arik. Pria itu pun membalas tatapan itu. Masih memasang senyum meremehkan."Mau bukti! Silakan dicoba! Aku akan teriak maling dan kamu pasti akan dihajar massa!""Wanita gelo! Aku ini suami kamu. Mana ada orang percaya ucapanmu!" elak Arik. "Suami di atas kertas! Membawa motor itu berarti pencuri! Kalau mau tahu rasanya digebukin orang, silakan dibuktikan! Cuman, jangan salahkan aku kalau kamu pulang dengan wajah babak belur!" tegas Hayana tegas. "Tapi tetap masih sah menjadi suamimu! Orang tidak akan ada yang berani ikut campur, kalau sudah menyangkut
Read more
Arik Marah Besar
Haya menyebutkan gejala sakitnya. Wanita di hadapannya tersenyum ketika mendengar keluhan pasien. Wanita yang bernama Aan Kurniasih itu memeriksa tekanan darah. "Kira-kira saya kenapa, ya, Bu?" tanya Haya pada bidan yang memeriksanya. Perempuan yang mengenakan overall hitam itu sedang ada di ruang periksa, di klinik bersalin. Tak jauh dari tempat tinggalnya saat ini. "Kita tes urin dulu, ya, Mbak! Untuk memastikan. Ini nanti tolong dicelupkan ke dalam air seni yang ditampung! Di kamar mandi sudah disediakan wadah kecil, untuk menyimpan air seni." Bu bidan memberikan alat tes kehamilan.Hayana pun masuk ke kamar mandi yang terletak di samping ruang periksa itu, mengikuti arahan Bu bidan. Degup jantungnya jadi tak beraturan. Berbagai pertanyaan terlintas dalam kepalanya. Mungkinkah dirinya hamil? Haya masih berdiri di kamar mandi beberapa saat sambil memejamkan mata. Ini bukan pertama kalinya dia menggunakan test pack. Kali ini pun ada keraguan yang menyergap. Pelan, Hanya membuka
Read more
Tamparan Keras Haya
Tamparan Keras Haya "Hamil? Haya hamil?" Arik memastikan bahwa pendengarannya tidak salah."Iya. Aku hamil. Aku wanita sempurna. perempuan subur! Nggak mandul seperti tuduhan keluargamu!" sengit Haya."Baguslah kalau begitu. Selamat sebentar lagi menjadi seorang ibu. Namun, ada satu hal yang mengganjal di benakku. Aku tidak tahu pasti, siapa bapak dari anak itu?" ucap pria itu dengan nada menghina. Senyumnya menjatuhkan.Plak! Satu tangan Haya berhasil mendarat di pipi lelaki itu. Kartika menutup mulutnya, terperangah saat melihat sahabatnya menampar Arik di depannya."Tamparan ini untuk pria tak punya hati nurani dan akal sehat!" Haya meradang. Tatapannya menghujam. Arik mengusap pipinya yang merah akibat tamparan Haya.Perempuan itu yakin, bahwa suaminya merasakan sakit di bagian pipinya. Tangan Haya pun merasakan panas. Wanita itu seketika mati rasa oleh pria yang ada di hadapnya itu."Jaga bicaramu. Ini anakmu! Darah dagingmu! Aku tidak pernah disentuh oleh lelaki mana pun, kecu
Read more
Kejamnya Fitnah Mertua
Arik menatap kedua orang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu sempat melangkahkan kaki untuk menghampiri mereka. Namun, dia segera menghentikan langkah kakinya. Arik tak ingin gegabah dalam bertindak, dia tak ingin kembali mempermalukan dirinya sendiri. Pria berkemeja polos itu menarik napas dalam-dalam.Saat ini mereka sedang ada di outlet pakain muslim terbesar di Indonesia. Arik merasa sakit hati melihat Haya berbelanja baju-baju bagus nan mahal. Pria itu yakin uang yang digunakan belanja oleh istrinya adalah hasil dari menjual sapi. Lelaki itu lupa, kalau uang sapi itu memang milik Haya sesuai dengan perjanjian pranikah mereka.Arik pun melanjutkan memilih kerudung untuk hadiah ibunya. Dia pun berbelanja menggunakan uang pemberian dari Hayana. Sisa uang yang diberikan pada Arini. "Tik. Kamu pilih satu, gih! Nanti aku yang akan membayar.""Ah, yang bener! Terima kasih kalau begitu. Tapi ini nggak hutang kan?" Tika tampak berbinar mendapatkan tawaran seperti itu. Senyum
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status