All Chapters of Wanita yang Kau Sakiti : Chapter 31 - Chapter 40
71 Chapters
POV Hayana
Aku menetap di Pulau ini jauh sebelum menikah. Suamiku adalah orang dari Jawa Barat. Kami bertemu di pabrik Kaenong. Berawal dari latar belakang yang berbeda, membuat ibunya Arik tak begitu suka padaku. Bu Sastra menganggap aku tak layak untuk anaknya. Baginya yang pantas mendampingi anaknya, yang rupawan adalah wanita cantik. Sementara aku hanya wanita berwajah pas-pasan. Namun, wanita yang telah melahirkan suamiku itu bisa berubah menjadi baik ketika sedang butuh sesuatu padaku.Ibunya memang tidak menyukai aku, tapi tidak dengan anaknya. Pria yang bergelar suami itu sangat menerima aku apa adanya. Dulu rumah tanggaku sangat harmonis, walaupun punya mertua yang sedikit menyebalkan. Namun, itu semua tak kuhiraukan, karena memang kami tak tinggal dalam satu atap. Aku tinggal di kosan yang dekat dengan tempat kerja. Kami hanya berkunjung satu bulan sekali setiap habis gajian.Kami sengaja berkunjung sebulan sekali Karena untuk menjaga kewarasan batinku. Sering-sering bertemu ibu mert
Read more
Segera Ceraikan Hayana!
Haya mengangkat telepon, meskipun dengan terpaksa."Kenapa, Mas?" tanpa salam pembuka. Suaranya tidak bersahabat sama sekali. "Ngomong apa kamu sama Bu Neneng? Bikin malu aja!" Arik ngomel di seberang sana. "Memangnya Bu Neneng ngomong apa sama kamu?" Haya membenarkan posisi duduknya. Sudut bibirnya menarik senyum sinis. Meskipun Arik tak melihatnya. "Katanya kamu ngelabrak dia di tempat umum!" Haya menajamkan pendengarannya. Siapa tahu salah dengar.Sangat tidak masuk akal! Buat apa Haya melabrak Bu Neneng secara tiba-tiba? "Kamu percaya dengan omongan wanita itu? Kamu pikir buat apa aku melabrak teman ibumu itu? Kamu kenal aku nggak, sih? Aku tidak akan pernah memulai mencari perkara dengan orang lain. Namun, bila orang itu sudah mengusik ku maka tidak ada ampun baginya. Termasuk kamu! Kalau kamu mau tahu kebenarannya tanyakan saja sama Bu Dian. Beliau menjadi saksi hidup saat di parkiran tadi! Jangan lagi menghubungi aku kalau hanya untuk membuat masalah!" Hayana pun segera men
Read more
POV Bu Sastra
Bu Sastra sedang memikirkan sesuatu. Wanita paruh baya itu menarik bibirnya ke atas setelah mendapatkan sebuah ide."Apapun caranya aku harus berhasil menyingkirkan Haya dari hidup Arik. Semoga mereka segera bercerai. Meminta Arik bercerai itu susah. Secara terang-terangan anakku tidak ingin melepaskan Haya saat ini.Semoga cara ini berhasil." Wanita itu berbicara sendiri sambil mengambil benda pipih di atas meja ruang tamunya. Ibunya Arik segera menghubungi nomor Hayana. Wanita berumur itu tidak gaptek-gaptek amat. Buktinya dia bisa mengoperasikan smartphone. Bu Sastra walaupun tinggal di kampung, terbiasa menggunakan benda canggih itu, karena memang sering menghubungi anaknya yang ada di Cianjur. Mereka sering melakukan panggilan melalui video call.Nomor Haya tersambung tapi belum diangkat. "Kenapa tidak diangkat, sih? Hayana angkat dong! Mertua mau ngomong malah dicuekin! Ayo angkat!" omel Bu Satra seorang diri. Orang tua itu tak sabar sama sekali.Saking lamanya tak diangkat ak
Read more
Arini Ingin Putus
"Aku harus melarang Arik memberi nafkah pada Hayana. Aku yakin selama enam bulan berturut-turut tanpa nafkah dari anakku perempuan itu pasti akan segera mengingat cerai. Hayana sendiri yang akan mengurus perceraian itu. Aku tinggal menyaksikan perpisahan mereka. Arik pun tak perlu mengeluarkan uang." Ibunya Arik tersenyum kecil."Bu. Kenapa tersenyum sendiri?" tanya Arik sesaat setelah duduk di dekat ibunya. "Nggak. Ibu hanya sedang membayangkan kamu menikah dengan Diana kemudian punya anak. Pasti ibu akan sangat bahagia.""Kan sebentar lagi aku juga mau punya anak dari Hayana. Itu cucu ibu juga.""Kamu yakin itu anakmu?" "Yakinlah, Bu. Hayana itu wanita baik-baik. Tidak mungkin dia selingkuh dengan orang lain," bantah Arik. Pria itu menatap lekat wajah ibunya."Terserah kamu! Satu hal yang kamu harus tahu, ibu tak mau mengakui itu cucuku!" tegas ibunya Arik."Dulu, Ibu, ngotot pengen punya cucu dari kami. Sampai-sampai Haya selalu disalahkan karena tak kunjung hamil. Kini setelah h
Read more
Siapa yang Datang?
"Kamu jangan jadi orang o*n. Arik itu sumber duit. Kamu mau kehilangan itu?" Sanjaya tak setuju dengan keinginan istrinya. Lelaki itu menatap dengan bola mata membola hampir copot dari tempatnya malah. Suaminya itu hanya peduli dengan uangnya Arini."Bang! Kamu itu sebenarnya cinta nggak sih sama aku? Kok ada seorang suami yang membiarkan istrinya selingkuh? Kamu itu hanya menginginkan uang saja, tanpa peduli dengan perasaanku! Jangan-jangan kamu tidak punya rasa sama sekali terhadap aku?" Arini membalas tatapan suaminya.Perempuan itu meradang mendengar ucapan lelaki yang telah dua tahun setengah menjadi suaminya itu."Bu – bukan begitu maksud abang, Dek. Mana mungkin tidak ada cinta di antara kita? Abang sudah bertahan sampai dua tahun setengah, lho! Itu bukti Abang sayang sama kamu. Abang cuman binggung, saat ini kan sedang merintis usaha kalau kamu putus sama Arik, bagaimana kebutuhan kita akan terpenuhi? Kamu juga harus membayar cicilan koperasi."Sanjaya berkelit. Lelaki itu sa
Read more
Aku hanya Membantumu
Haya menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Dia menilai orang yang berdiri di depannya. "Mau apa lagi ke sini?" ketus Haya sambil membuang muka pada lawan bicaranya."Katanya kamu tadi pengen martabak. Ini aku bawain martabak," ucap Arman lembut dan penuh perhatian."Aku sudah kenyang. Bawa pulang saja!" tolak Haya sembari melemparkan pandangan ke arah ruang tidur. "Kok suruh dibawa pulang? Kan aku membelikan ini untuk kamu," bantah lelaki penyuka warna biru itu. Tangannya kembali menyerahkan bungkusan martabak. Hayana memandangi plastik itu sekilas. Aroma harum makanan itu menguar begitu saja. Membuat perempuan berbaju daster dengan kerudung instan itu bersusah payah menelan liurnya. Bohong, kalau dia tidak mau martabak ketan kesukaannya itu. "Kamu tak perlu peduli dengan kami. Mulai sekarang jangan pernah memberikan perhatian padaku? Aku tak akan pernah mau menerima apa pun yang kamu kasih. Sekarang pulanglah!" Haya segera menutup pintu. Namun, Arman segera mendorong
Read more
Maaf di Luar Kendaliku
"Besok mau ngangkut barang pake apa?" "Belum kepikiran siapa yang bisa dimintai tolong untuk mengangkut barang-barang itu?" gumam Haya setelah selesai makan. "Suami Ibu kos saja. Dia punya mobil truk kan?" Kartika tiba-tiba teringat ibu kost. Memang juragan kontrakan itu punya mobil truk. "Oh iya, lupa aku. Nanti aku ngomong sama ibunya, sekalian mau sewa kamar yang kosong itu, untuk digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barangku." "Memangnya nggak dijual?" tanya Kartika sesaat setelah meneguk air minum di gelas."Sebenarnya ingin dijual, sih. Namun, belum tentu langsung laku. Aku pun nggak mungkin mau membawa barang-barang itu ketika pulang ke Sumatera." "Coba ditawarkan saja sama Arman! Dia, kan suka jual beli barang second." "Nanti kamu cemburu kalau aku berurusan dengan Arman," ledek Haya sambil tersenyum jahil ke arah temannya. Kartika pun cengar-cengir sendiri."Insya Allah sudah tidak. Dipikir-pikir aku kayak anak kecil, ya? Sungguh konyol sekali! Padahal di antara ki
Read more
Mantan Sebentar Lagi
4.Perempuan itu menelisik lebih dalam pada Arini yang sedang menatapnya. Haya menilai penampilan wanita yang berdiri di depannya, dari pangkal kepala hingga ujung kaki. Sangat cantik! 'Apa yang mau dibicarakan?' Haya bertanya dalam hatinya."Ada hal penting yang mau saya bicarakan, Mbak." Arini menangkap keraguan dari Haya.Wanita yang baru pertama kali memakai kerudung itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk permohonan pada Hayana. "Baiklah,tapi tidak bisa lama!" ucap Hayana dingin. Wanita yang akan berbelanja tidak ingin berbasa-basi."Tidak apa-apa, Mbak. Terima kasih sebelumnya karena sudah dikasih waktu. Bagaimana kalau kita duduk di sana?" Arini menuding sebuah cafe yang ada di depan mereka.Haya hanya mengangguk. Perempuan yang mengenakan gamis warna maroon itu baru saja keluar dari butik. Haya berbelanja untuk baju yang akan dijualnya kembali. Wanita hamil itu tidak sendiri. Dia ditemani oleh sahabatnya. Arini sendiri baru mau belanja. Mereka bertemu
Read more
Mengingat Sikap Kartika
"Kenapa kamu menatap aku seperti itu?" tanya Kartika pada perempuan di dekatnya itu."Kamu ingat nggak sih bagaimana dulu kamu membenciku?" Haya memberi pertanyaan pada temannya itu. Kartika hanya nyengir kuda.flashbackPagi ini pikiran Hayana kacau sekali. Kartika menjadi sosok lain bagi perempuan berseragam QA itu.Permasalahannya dengan Kartika jauh lebih menguras pikiran daripada urusannya dengan Arik.Persoalannya dengan suaminya jelas pokok masalahnya, sedangkan dengan Kartika sama sekali dia tidak tahu akar masalahnya.Kartika memang baik. Namun, ketika menghadapi masalah seringkali menyikapi seperti anak kecil. Seperti saat ini. Padahal apa salahnya Haya? Hanya karena dicintai Arman? Nasi uduk pun hanya bisa masuk beberapa suap. Selebihnya nasinya dibuang Hayana.Haya berangkat kerja dengan kepala yang penuh beban. Banyak hal yang dipikirkan saat ini. Masalah dengan Arik belum usai, kini muncul konflik dengan sahabatnya sendiri."De, harus kuat ya," gumam Haya sambil mengus
Read more
Siapa yang Menyapa Hayana?
. Hayana duduk manis di kursi kantin. Tak jauh dari gerombolan orang-orang yang sedang setor uang arisan. Salah satu di antaranya ada Kartika. Arisan yang pesertanya adalah para leader, supervisor dan ADM di factory 2 PT Kaenong. Tempat Hayana bekerja beberapa bulan terakhir ini.Ya, hari ini adalah arisan terakhir pada putaran pertama. Arik merupakan peserta terakhir yang akan dapat uangnya. Dia ikut serta dari masih berstatus sebagai leader. "Pak Ariknya belum datang, ya?" tanya Malika. Orang yang bertanggung jawab memegang uang arisan tersebut."Kan hari ini dia sedang cuti," Sahut Asih ADM line 17. Arini selaku Admnya Arik tak ikut arisan. Dia sebagai orang baru ketika arisan itu sudah berjalan beberapa kali kocokan."Titipkan siapa, ya? Aku nggak mau bawa duit orang sebanyak ini." Malika tampak berpikir."Titipkan saja sama saya." Kartika menawarkan diri. Tak lupa wanita itu pun memasang wajah yang cuek. Agar terkesan tak peduli."Ah jangan. Nanti dikorupsi lagi." Malika curiga
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status