All Chapters of PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN: Chapter 91 - Chapter 100
445 Chapters
SEMAKIN DEKAT
91PoV ViolaAku merebahkan diri di kasur empuk yang sangat nyaman. Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Aku memutuskan menginap di rumah Bunda Yumi. Layaknya anak kandung, aku punya kamar pribadi di sini. Tempatku tidur setiap kali menginap. Aku sudah seperti anak kandung Bunda Yumi. Namun, bukan karena itu bila aku memutuskan menginap malam ini. Aku mengenali mobil yang tadi membuntuti kami hingga ke sini. Mobil Tuan Sultan. Aku mengingatnya, karena enam bulan bekerja untuknya. Dia lucu. Apa dipikirnya aku amnesia, hingga sudah tak mengenali lagi mobilnya? Aku yakin jika ia mempunyai niat tidak baik. Karenanya daripada terjadi sesuatu, aku memilih tidur di sini. Bukannya berprasangka buruk, tetapi untuk apa dia mengikuti kami? Bukannya kerja samanya dengan Pak Alvin batal? Aneh, bukan? Lama-lama dia seperti Arman dan keluarganya yang tidak pernah puas menyakitiku, padahal aku sudah bukan lagi bagian dari mereka. Aku berterima kasih kepada Pak Alvin yang tetap mempertah
Read more
SIAPA SULTAN?
92PoV ViolaPagi ini kami sarapan bertiga dengan suasana hangat. Pak Alvin dan ibunya terus saja berceloteh hangat. Acara sarapan keluarga yang hangat dan sangat berkesan. Sesuatu yang sudah lama sekali tidak kurasakan. Entah kapan terakhir kali. Yang kuingat dulu waktu ibu masih ada. Terkadang ibu dan anak itu menggodaku, hingga wajah ini terasa panas. Sungguh, aku bahagia berada di antara mereka. Pak Alvin dan ibunya sangat dekat karena mereka tidak punya anggota keluarga lain. Pak Alvin anak tunggal. Suami Bunda sendiri sudah meninggal tiga tahun lalu. Jadilah Pak Alvin berperan bukan hanya sebagai anak, tetapi pelindung sang ibu, walaupun tidak tinggal satu atap. “Alvin, mau kapan kamu menikahi Viola? Ingat, umurmu beberapa bulan lagi sudah tiga puluh enam. Nanti kamu keburu tua, Al. Kalau sudah tua, tubuh kamu tidak se-fit saat muda dulu. Bunda takut dapat cucunya lama.” Bunda mulai membahas pernikahan. Sesuatu yang kutunggu sekarang-sekarang. Pak Alvin tersenyum simpul. Mu
Read more
STRESS
93PoV Sultan “Ada yang bisa saya bantu, Pak Sultan?” Sebenarnya, aku benci harus merendahkan harga diri seperti ini. Suara Alvin memang terdengar datar seolah tidak pernah terjadi apa-apa saat menerima panggilanku. Namun aku yakin ia tengah menertawakanku. Kalau saja bukan karena Ana. Tidak mungkin aku mau merendahkan diri dengan menawarkan lagi kerja sama ini. Semua kulakkan agar aku bisa bertemu Ana. Setelah apa yang ia lakukan padaku, belum puas rasanya bila tidak terus mengganggunya. Lihat saja, Ana! Sampai sejauh mana kau bisa bertahan dari seranganku. “Saya ingin menawarkan ulang kerja sama kita, Pak Alvin. Mengingat profit yang akan kita dapatkan bila kerja sama ini berlanjut.” Aku terus meyakinkan Alvin agar ia bersedia meninjau kerja sama ini. “Bukankah Anda sudah membatalkannya, Pak?” Shit! Pakai acara muter-muter segala! “Apa Anda tidak ingin meninjaunya dulu, Pak Alvin? Bukankah ini sangat menjanjikan?” Walaupun sangat malas, aku bernegosiasi lagi. “Tapi Anda su
Read more
PESTA
94PoV Sultan“Bagaimana bisa itu anakku? Aku tidak pernah melakukannya, Michelle!” Aku berdiri dan berteriak marah. “Dalam keadaan sadar kau tidak melakukannya. Tapi ingat, malam itu kau mabuk Sultan!” Michelle balas berteriak. Aku mengerjap. Ucapan Michelle barusan menohokku. “Ya, aku mabuk malam itu, tapi aku tetap tidak merasa melakukannya!”“Kau pikir orang mabuk ingat apa yang dilakukannya? Semalam aku juga tidak ingat apa-apa. Hingga pagi ini sudah ada di apartemen!”Kembali aku mengerjap. Ya, semalam Michelle mabuk sampai tidak sadar hingga aku harus membopongnya ke apartemen. Lalu kutinggalkan ia sendiri di sana setelah sebelumnya mengguyur kepalanya di wastafel agar ia sadar. Namun, wanita itu tidak kunjung sadar hingga aku memutuskan pulang karena kesal. Dan malam itu? Malam di mana aku sangat kacau karena akhir-akhir ini banyak masalah mendera. Perusahaan yang awalnya berjalan lancar karena aku dibantu Hisam selama ini, mendadak oleng karena segala sesuatu harus kuhan
Read more
DUA SINGA JANTAN
95PoV Viola Entah ditaruh di mana otak orang ini. Dia sudah tidak waras! “Hmmpphhh....” Aku meronta, ingin terlepas dari kungkungan lelaki yang otaknya sudah geser ini. Namun, ia mengimpitku dengan posesif hingga sulit sekali untukku melepaskan diri. Sebelah telapak tanganku ia tahan dengan menggunakan telapaknya yang besar dan kuat, di dinding. Sementara sebelah lagi terimpit di antara tubuh kami. “Mmpphhh!” Aku berusaha berteriak agar ada seseorang yang mendengar dan menolong karena sepertinya orang ini tidak berniat melepaskanku. Dia terus menciumiku dengan rakus. Aku ingin melepaskan diri dan berteriak. Namun, suaraku hanya tertahan di mulut. Entah berapa lama dia menciumiku karena napas ini rasanya sudah mau habis. Hingga pada titik aku hampir kehabisan napas dan mulai putus asa, makian keras dan sebuah suara pukulan sangat kuat tertangkap indera pendengaran ini. “Kurang ajar! Dasar otak mesum!” Bugh! Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang pasti tautan bibir laki-laki itu
Read more
BUNGA
96Aku berlari sembari mengangkat ujung gaunku entah ke mana kaki ini akan melangkah. Yang pasti saat ini aku sangat tersinggung dengan ucapan Pak Alvin. Dia menganggapku sekretaris murahan yang bisa tidur dengan bos. Aku merunduk, membuka high heels yang menyulitkan untuk berlari, membukanya, kemudian berlari lagi dengan bertelanjang kaki. Tak peduli beberapa orang yang menatap heran. Tiba di luar gerbang gedung tempat pesta itu, aku bingung. Kususuri saja trotoar sepanjang jalan. Tak peduli telapak kaki yang terasa perih. Hingga setelah beberapa lama, bunyi klakson pun berbunyi berkali-kali memekakkan telinga disertai lampu mobil yang menyorot sangat dekat. Aku tidak peduli, kupercepat langkah ini, hingga sebuah mobil menepi beberapa meter di depanku. Pemiliknya keluar dan menghadang langkah ini dengan meraih tanganku. Namun, gegas kutepis kasar. “Kau mau ke mana?” Pemilik mobil yang tiada lain Pak Alvin menghadang di sisi lain saat aku mencoba menghindarinya. “Viola, aku mint
Read more
FITTING
97“Sepertinya, penggemarmu bertambah, ya? Suka ngirim-ngirim bunga segala. Bertambah lagi sainganku!” Aku menoleh heran ke wajah Pak Alvin saat mengantarkan dokumen yang harus ia tandatangani. Keningku berkerut dengan sendirinya. Apa maksudnya? “Lain kali, kalau ada bunga lagi di meja, tidak perlu memfitnah orang lain. Langsung saja buang kalau kau tidak suka! Sebelum kukejar pengirimnya!”Aku mengerjap. Keningku semakin berlipat. Sungguh, aku tidak mengerti maksud ucapannya. Tadi, saat Mbak OG keluar dari ruangan Pak Alvin, aku sedang tidak berada di meja. Jadi, tidak sempat bertanya bagaimana reaksi Pak Alvin. Kenapa dia tiba-tiba bicara begitu? Apa ia marah karena aku mengerjainya? Atau.... “Jangan membuatku harus menggunakan otot lagi. Ini saja belum sembuh. Semalam kau tidak jadi mengobatiku!” Dia bicara dengan ketus seraya menunjuk wajahnya yang masih penuh lebam. Tunggu! Dia seolah marah kepada si pengirim bunga. Apa itu artinya bukan dia yang mengirimnya? Lalu, siapa?
Read more
BUNGA LAGI?
98Aku dan bunda menoleh ke asal suara di mana dua wanita beda generasi berdiri di samping meja kami, dengan tatapan penuh kebencian. Salah satunya kami kenali, Sesil, dan wanita satunya yang lebih tua, sudah pasti ibunya. Setidaknya dari ucapannya barusan dapat kutangkap, bila ia sangat membenci kami. “Retno, kamu di sini? Apa kabar?” Bunda berdiri, kemudian menyapa ramah wanita yang melipat tangan di dada dengan sombong. “Kebetulan sekali, ayo duduk bersama kami!” Bunda masih bersikap ramah walaupun tanggapan kedua wanita yang berdiri di depannya sangat buruk. “Tidak perlu basa-basi! Aku ingin menagih janjimu yang bilang mau menjodohkan anakmu dengan anakku. Tapi mana? Kau membuang anakku demi gadis dari tong sampah ini?” Wanita yang dipanggil Retno menunjuk wajahku. “Tidak ingatkah dulu waktu perusahaan suamimu hampir kolaps? Suamikulah yang membantu kalian hingga bisa seperti sekarang ini. Tapi setelah suamiku meninggal, dan anakku butuh pekerjaan, kau membuang anakku begitu
Read more
SAHABAT
99Ini hari libur. Aku ingin membuang sampah ke depan, saat lagi-lagi Pak Satpam yang kulewati di pos-nya memanggil. Aku sudah tahu kenapa. Pasti ada kiriman bunga lagi. Aku tersenyum ramah kepada laki-laki berkulit hitam bertubuh tinggi dan perutnya sedikit maju itu, kemudian hanya mengambil kartu ucapannya saja. “Bunganya buat Bapak saja, atau berikan untuk siapa pun yang mau. Atau saya buang sekalian?” Aku menunjuk kantong sampah di tangan kiri. “Nanti Bapak pajang di sini saja, Mbak. Lumayan kalau ada yang mau selfie di sini pegang bunga.” Pak Satpam menjawab sambil menunjukkan deretan giginya yang coklat akibat nikotin. Aku sedikit meringis sebelum mengangguk dan pamit untuk membuang sampah di luar gerbang. Kemudian gegas masuk lagi karena penasaran dengan catatan di kartunya. Sekarang, aku seperti seseorang yang hobi mengumpulkan kartu ucapan. Ya, kukumpulkan semuanya dan ditempel di sebuah buku khusus. Bukan tanpa alasan bila aku mengumpulkan semua itu. Kata-kata di kartu
Read more
BERITA SIANG BOLONG
100Aku tidak mau menemuinya. Untuk apa lagi? Aku masih sangat marah dan sakit hati atas semua perbuatannya. Yang terakhir saat mencium paksa kemarin. Ternyata, ia masih saja ingin melecehkanku, padahal sudah membuangku begitu menyakitkan. Kenapa? Belum puaskan menyakitiku? Kemarin, semua memang berakhir damai. Pak Alvin dan Tuan Sultan sama-sama minta maaf atas perkelahian di lorong toilet itu. Namun, aku yakin itu hanya agar urusan tak panjang hingga ke polisi. Pihak empunya acara pun berusaha menutupi kejadian yang tidak elok itu, agar semua tidak ada yang malu dan dirugikan. Namun, kalaupun benar mereka sudah saling memaafkan, apa hatiku serta-merta baik-baik saja? Mereka berdua lupa, jika di sini ada korban lain yang lebih sakit. Yaitu aku. Hatiku lebih sakit diperlakukan seperti itu lagi dan lagi. Entah ke mana otak laki-laki itu, hingga ia seolah sengaja menunggu hanya untuk melecehkanku. Dan sekarang, masih datang ke sini. Apa urat malunya sudah putus? Entah dari mana di
Read more
PREV
1
...
89101112
...
45
DMCA.com Protection Status