Semua Bab Kami Tanpa Kamu : Bab 61 - Bab 70
105 Bab
61. Pertanyaan Marsha
Rizal melirik pasangan suami istri itu, mereka yang biasanya tidak akur, sejak Renold sakit menjadi sangat romantis. Mungkin takut menyesal."Aku akan menemanimu apapun yang terjadi." Elja memeluk Renold dari belakang. Telepon dari Yuno masuk. "Hallo, gimana keadaan Papa ku di sana?" "Semua baik, terkendali." "Kalau gitu cepat kembali ke kantor." "Baik, aku akan segera kembali ke Jakarta."Dia bergegas kembali setelah memastikan Tuan Renold tidak kekurangan sesuatu. Pamitan dan meninggalkan pasangan itu menghabiskan hari-hari terakhirnya.Di kantor pekerjaan sudah menumpuk, sebenarnya dia memiliki ruangan sendiri di depan ruangan Yuno tanpa sekat. Tepat di samping dua sekretaris perempuan. Namun Yuno selalu bersikeras membuatkan meja di ruangan yang sama. Alhasil dia harus satu ruangan dan menambah pekerjaan."Bang, coba cek ulang jadwal meeting dengan Direktur Namikase di Jepang. Aku lihat waktunya mepet sama pertemuan di Hongkong. Jaraknya cuma sehari, aku takut tabrakan." Mata
Baca selengkapnya
62. Keluarga Bibi
Aku pikir, kebahagiaan itu sudah datang. Penantian panjang tentang kehidupan yang lebih baik. Tidak perlu bingung besok makan apa, bisa memakai pakaian bagus, dan hidup tenang. Apalagi hubungan dengan Kak Afrizal juga sudah baik. Setiap hari kami berbalas pesan. Aku merasa seperti orang yang... dicintai. Masa lalu biarkan berlalu, aku tidak ingin mengungkit atau mengingatnya lagi. Mas Malik sudah mendapatkan hukuman yang pantas. Dari awal menikah aku memang tidak mencintainya sekeras apapun mencoba. "Rumah ini bagus, awal bulan depan kita pindah ke sini." Bibi berkata seakan ini rumah yang mereka beli. Aku tidak tahu dari mana paman dan bibi mendapatkan alamat rumah ini, kabar tentang ayah Cheril yang kaya juga terdengar oleh mereka. Paman memegang guci di pojokan, mungkin memperkirakan harganya. Lalu matanya beralih ke lampu kristal yang tergantung di atas. Paman suka menjual barang-barang untuk judi. Mereka sering bertengkar karena kebiasaan paman yang menghabiskan uang serta b
Baca selengkapnya
63. Api Besar
Cheril membalas pelukanku dengan tangan kecilnya, aku bertekad bahwa anakku harus bahagia. Tidak boleh seperti ibunya. "Elil sayang Ibu." "Ibu juga sayang Cheril."Anak ini yang membuat aku kuat, terima kasih karena sudah hadir di hidup ibu yang kesepian dan merasa terbuang. Sore harinya aku dikejutkan dengan Mbak Ratih yang hendak menculik Ramaniya. Beruntung dia tertangkap kamera CCTV dan Bang Gufron mencegahnya. Aku mengambil Ramaniya darinya, mendekap erat bayi mungilku. Mataku nyalang menatap Mbak Ratih. "Mbak Ratih apa-apa sih, kenapa terus menganggu kami?" tanyaku. Tangannya dikunci Bang Gufron, kami masih menunggu kedatangan polisi. "Kalau aku tidak bisa memiliki bayi itu, kau juga tidak boleh." "Ini bayiku, Mbak. Aku yang mengandung dan melahirkan dia. Apa hak Mbak bicara begitu?" "Bayi itu ada karena aku yang menyuruh Malik menikahimu, kalau tidak maka anak itu tidak akan pernah lahir." Ucapannya memang benar, kalau mereka tidak berbuat licik dengan menipuku maka h
Baca selengkapnya
64. Air
Air di bajuku terus menetes membasahi lantai rumah sakit. Aku menenggelamkan wajah di antara lutut. Tak menghiraukan orang-orang yang berlalu lalang, juga tidak mengindahkan permintaan suster supaya aku diperiksa. Saat ini yang terpenting adalah Cheril dan Ramaniya yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Mereka berdua adalah hidupku, nyawaku dan segalaku. Apa artinya luka di tubuh jika luka sebenarnya adalah mereka. Rasa takut kehilangan mereka melebihi kematian. Tanpa mereka berdua aku tidak bisa bertahan hidup. Mereka adalah segalanya bagiku yang tidak memiliki apapun. Orang tuaku sudah pergi sejak aku masih kecil, paman dan bibi tidak menyayangiku, Kak Afrizal mempermainkanku. Hanya Cheril dan Ramaniya yang benar-benar keluarga dan cinta yang sesungguhnya. Tuhan, apa salahku sampai engkau ingin merenggut satu-satunya alasanku bertahan hidup? Selamatkan mereka, kalau engkau ingin, aku bersedia menukar nyawaku untuk mereka. Apapun akan aku lakukan asal mereka selamat. "Nyony
Baca selengkapnya
65. Suara Kecilnya
Sekarang aku merasa bahwa pria ini bisa menjadi sandaran supaya aku tidak sendirian berjuang. Aku yang sedari kecil merasa kesepian, menanggung semua hal sendirian, kini memiliki seseorang yang selalu ada di samping ku. "Semua akan baik-baik saja, tenanglah." Tepukan ringan datang dari tangan Kak Afrizal ke punggungku. Pelan dan menenangkan. Seolah kalimatnya mengatakan bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi.Sudah lama aku tidak memiliki kepercayaan kepada orang lain, kalimatnya yang mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja persis seperti perkataan ibu. Setelah aku tenang, Kak Afrizal mengajak shalat subuh bersama, meminta aku mandi dan ganti baju juga. Kami mendoakan Cheril dan Ramaniya. Dia membimbingku, menjagaku dan percaya bahwa semua akan baik-baik saja asal kami menghadapinya bersama. Aku takut hatiku goyah lagi, jatuh cinta dan bergantung padanya. Perkataan Mbak Marsha supaya menjauhi Kak Afrizal yang merupakan pacarnya aku langgar. Demi Cheril, izinkan aku merasa ti
Baca selengkapnya
66. Dendam
Sifat kasar Malik ketika di penjara tidak berubah, tetap saja layaknya mandor. Memerintah sebarangan dan sok berkuasa. Dia menganggap derajatnya lebih tinggi dari yang lain. Karena sifatnya itu, di dalam penjara dia menjadi bulan-bulanan. Ditambah ada dua orang yang terus mengganggunya tanpa sebab jelas. Seperti sengaja memusuhinya. Malik bukan lagi orang yang dihormati sejak vonis hukuman 12 tahun penjara dijatuhkan. Hal itu mengakibatkan pukulan telak hingga saudara-saudaranya malu. Ibunya memutuskan pulang kampung ke Jambi karena tidak ada lagi yang menafkahi dan malu terhadap saudara. Ratih masih bertahan di Bandar Lampung meskipun hidupnya sudah hancur, suami di penjara dan uang hasil penjualan ladang 3 hektar dirampok. Bayi yang dia inginkan juga tidak bisa dimiliki. Kini pasangan suami istri itu jatuh ke dalam keterpurukan yang sangat dalam. Namun, Malik berjanji pada Ratih bahwa mereka akan bisa bangkit lagi suatu hari nanti."Aku tidak bisa hancur sendirian, Mas. Tara dan
Baca selengkapnya
67. Perkelahian
Di dalam lapas terjadi perkelahian sudah biasa, bahkan sampai menyebabkan kematian adalah hal yang lumrah bagi sesama tahanan. Penjaga sipir tidak akan peduli sebelum keadaan parah, mereka biasanya hanya pura-pura melerai. Tak acuh. Bagi mereka, para tahanan hanyalah orang-orang berdosa, yang mati pun tidak akan berpengaruh terhadap dunia."Mereka pantas mendapatkannya," ucap Malik enteng."Apa makananmu enak setelah berniat membunuh Hana dan Cheril?" tanya Rizal. Matanya menyelidik.Sekarang sudah kepalang tanggung, tidak bisa mundur apalagi mengelak. Malik berdiri, matanya nyalang membalas tantangan Rizal. Kulit Rizal yang sawo matang terlihat gagah dengan pakaian tahanan. "Tentu saja enak, apalagi kalau Hana dan Cheril mati. Aku akan berpesta di sini."Tonjokan langsung mengarah ke wajah Malik, bibirnya pecah hingga mengeluarkan darah segar. "Apa kau ini manusia?!" Teriak Rizal, dia menduduki Malik dan memegang kerahnya. "Di rumah itu juga ada anakmu!" Malik sadar anaknya bisa
Baca selengkapnya
68. Tidak Ada Guna
Untuk apa menyesal sekarang di saat semua sudah terlambat? Waktu tidak akan pernah diulang. Hidupnya sudah hancur. Tidak bisa diperbaiki lagi, Hana sudah membencinya, Ramaniya sudah hilang dari pelukannya, Ratih menderita sendirian di luar sana, ibunya tidak bisa memiliki cucu.Semuanya sudah kacau dan tidak ada hal yang bisa mengembalikan semuanya, dadanya terasa sesak. Dia menyesal."Maaf...." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya yang berdarah. Dia menutup matanya menggunakan punggung tangan. Ada air mata di sana. Meski terlambat, tapi ia tetap ingin mengucapkannya.Malik meminta maaf untuk setiap hal yang terjadi, andai tidak menipu Hana pasti dia dan Ratih juga akan baik-baik. Mereka bisa mengadopsi anak, atau jika dia memperlakukan Hana dan Cheril dengan baik, pasti sekarang dia tengah berkumpul di rumah bukan di penjara. Menjadi keluarga yang harmonis.Rizal melepaskan Malik, dia berdiri dengan darah menetes dari tangannya. Meludah ke samping. Kekesalannya sudah terlampias
Baca selengkapnya
69. Anak Angkat
Setelah kepergian Kak Afrizal, aku kembali ke kamar. Melihat Cheril yang sedih ditinggal ayahnya, bocah itu masih belum bisa bicara. Aku duduk di kursi, menggenggam erat tangan Cheril dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Ayah kerja, cari uang untuk berobat Cheril. Biar Cheril bisa bicara lagi, nanti kita juga ke Jakarta. Tinggal bareng ayah, jadi bisa tiap hari ketemu. Cheril jangan sedih lagi ya?" Wajah itu masih keberatan, tetap tidak mau ditinggal. Wajar saja karena setiap hari Cheril mencari ayahnya. Baru bertemu sebentar langsung ditinggal lagi. "Ayah pasti juga rindu Cheril, Ayah sayang Cheril. Tapi Ayah harus kerja, Cheril jangan sedih lagi." Aku mengusap rambutnya dengan lembut, biasanya mereka menahan rindu dengan berbicara di telepon. Cheril selalu bercerita banyak hal kepada ayahnya, bahkan hal-hal tidak penting sekalipun. Demi mengobati rindu di saat tubuh berjauhan, hanya bisa terobati lewat suara.Sekarang pasti Cheril panik, tidak bisa lagi melepas rindu
Baca selengkapnya
70. Seolah Sayang
Aku melihat ke arah Cheril dan Ramaniya, mereka tertidur lelap. Sebentar lagi ulang tahun Cheril ke empat. Tantangan mendidik kedua putriku menjadi fokus utama, mereka adalah kertas putih. Tergantung aku akan mencoret tinta warna apa di dalam hidup mereka. Sekarang kami tidak lagi terkekang di keluarga Mas Malik, aku bisa menentukan masa depan kami bertiga. Meskipun sulit menjadi orang tua tunggal, tapi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk kedua buat hatiku. Supaya mereka tidak mengalami masa kecil yang sama sepertiku, mereka harus bahagia dan memiliki kebebasan. "Silakan istirahat Nyonya, saya mau ke depan dulu, ngopi." Bang Gufron menyudahi ceritanya, makanan di piring juga sudah habis. Bang Gufron harus berjaga di luar, beliau pasti juga ingin menghirup udara segar."Oh iya, Bang. Makasih."Bang Gufron beranjak, pergi meninggalkan ruangan ini, aku tahu baliau tidak benar-benar pergi, setiap malam akan mengunjungi ruangan ini beberapa jam sekali untuk mengecek keadaan. Malam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status