All Chapters of CINTA SATU MALAM DENGAN CEO: Chapter 41 - Chapter 50
392 Chapters
41. Bule Mualaf
Marvin tergelak hingga memegangi perut. Ia tak kuasa menahan diri saat Aldric bercerita tentang mimpi yang membangunkan kejantanan Tuannya dini hari tadi. Lelaki itu segera menutup mulut melihat bosnya berkacak pinggang dengan mata membulat."Mau aku pecat dengan pasal merendahkan atasanmu, heh?" ancam Aldric kesal.Asisten pribadi itu menahan tawanya. "Maaf, Tuan. Tidak, jangan pecat saya. Semakin hari saya semakin senang bekerja dengan Anda, Tuan."Pengusaha tampan itu mendengus pelan. "Kenapa sih mimpi itu selalu tanggung begitu. Kenapa aku harus terbangun?""Agar Tuan kembali pada kenyataan bahwa hingga detik ini, belum ada satu pun usaha Tuan untuk mendekati Nyonya Sandra," sindir Marvin."Semakin hari komentarmu semakin pedas ya, Marv," ucap Aldric."Satu lagi, Tuan. Anda belum mengatakan keputusan Anda membatalkan pertunangan Anda. Sekarang tambah lagi rahasia ini," keluh Marvin."Umurku sudah 29 tahun. Aku berhak memutuskan apapun dalam hidupku." Tegas Aldric."Baiklah. Pasti
Read more
42. Skenario Sang Pencipta
Aldric tidak habis pikir. Dunia begitu sempit. Ia dipertemukan dengan seseorang yang ternyata memiliki hubungan erat dengan Keluarga Javier.Terjadilah saling sambung cerita antara Ustadz Rachman, Luke, Leah, Aldric dan Marvin. Mereka berulang kali mengucap kekaguman pada skenario Sang Pencipta.Hingga akhir pertemuan, Ustadz Rachman tak putusnya mengucapkan rasa syukur. Ia mengangguk-angguk sambil tersenyum penuh makna kepada Aldric. Mereka akhirnya berpisah dan kembali pada rutinitas masing-masing.“Aku bahagia, Marv. Aku serasa menemukan keluarga baru,” ungkap Aldric dalam perjalanan mereka kembali ke mansion.“Saya turut senang mendengarnya, Tuan,” balas Marvin tulus.“Tadi pagi kamu mengejekku bahwa belum ada satu pun usaha yang kulakukan untuk mendekati Sandra. Barusan aku membuktikan, bahwa aku mendekati Tuhan mereka lebih dulu sebelum merencanakan sesuatu yang lebih besar.”“Anda berpindah keyakinan untuk mendapatkan simpati mereka?”“Tentu tidak. Aku benar-benar kagum dengan
Read more
43. Sandra Sakit
“Ambil anak itu, Aldric!” titah Alonso.Aldric menggeleng keras. Ia baru saja selesai menceritakan bagaimana ia bisa memiliki seorang putra berusia empat tahun. Reaksi Alonso dengan napas menderu langsung memerintah menggema ruangan.“Tidak, Dad. Aku akan mengurusnya bergantian dengan ibunya,” tolak Aldric.“Beri wanita itu sejumlah besar uang. Kita saja yang merawat anakmu. Bagaimanapun, anak itu berdarah Osborn.”“Dad! Please, biarkan aku memutuskan sendiri masalahku.”Aldric terus bersikeras mempertahankan pendapatnya. Ia memberikan berbagai sanggahan kepada kedua orang tuanya. Ia tidak menghiraukan kepalanya yang semakin berat.Sementara itu, Valerie yang mendengar adu pendapat antara anak dan orang tuanya hanya bisa terdiam. Ia baru menyadari perubahan Aldric lebih dari satu tahun ini setelah ia mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang putra. Pantas saja, Helen memintanya untuk segera mengandung anak Aldric.‘Padahal jika bersamaku, Aldric tidak pernah lupa menggunakan pengaman
Read more
44. Kebahagiaan Seorang Ayah
“Apa yang kamu lakukan di sini. Keluar!” pekik Sandra panik.Alex segera berlari masuk ke dalam kamar mendengar jeritan Sandra. Ia melompat naik ke atas tempat tidur dan memeluk ibunya. Sandra seperti tersadar saat putranya memeluknya erat.“Its okay, Mom. Daddy hanya mau meletakkan bubur untuk Mommy,” jelas Alex.Aldric yang masih berada pada keadaan canggung berdiri di tengah kamar. Akhirnya ia meletakkan mangkok bubur di meja belajar di pojok ruangan. Setelahnya ia memilih keluar dan membiarkan Alex menyuapi ibunya makan.Lima belas menit kemudian.“Dad.”“Ya?”“Kata Mommy, Daddy boleh masuk.”Aldric mengangguk. Ia melewati putranya dan mengusak sayang puncak kepalanya. Lelaki mengetuk pintu sebelum masuk.“Hai. Sudah lebih enak?”Sandra tersenyum lemah dan mengangguk. “Maaf, tadi mengagetkan Tuan.”Lelaki itu terpaku sambil mengerutkan kening. Ia selalu merasa aneh mendengar Sandra memanggilnya dengan sebutan Tuan. Rasanya ia ingin protes, tetapi atas dasar apa?“Apa kamu memang m
Read more
45. Bertemu Grandma dan Grandpa
Aldric tercenung menatap putranya. Alex menunduk menatap piring dengan satu tangan menopang dagunya. Ternyata kemewahan tidak serta merta membuat Alex lupa pada Ibunya. Hanya beberapa jam terpisah, anak itu sudah merindukan Sandra."Daddy tanya Mommy ya. Apa Mommy bisa video call sekarang?"Alex mengangkat wajahnya dengan mata berbinar. "Iya, Dad. Mau."Pengusaha itu tersenyum lalu meraih ponselnya. Walaupun ia pernah berjanji tidak akan menghubungi Sandra lebih dulu, tetapi Ini alasan yang bagus untuk berbicara dengannya. Aldric mengetikkan pesan kepada ibu dari anaknya.Aldric : San, bagaimana keadaanmu? Alex ingin video call. Bisa?Tidak ada balasan. Sandra juga belum melihat pesannya. Padahal ia sudah bersemangat berbalas pesan dengan wanita yang sering terlintas di pikirannya akhir-akhir ini."Mungkin Mommy masih istirahat. Mommy belum membalas pesan Dad. Kita ke taman belakang dulu sebelum berenang. Bagaimana?"Meski masih tampak kurang bersemangat, Alex mengangguk. Ia menghabis
Read more
46. Video Call Canggung
“Ke mana wanita itu?”Aldric menyipitkan mata menatap Ibunya. Pertanyaan Helen membuat suasana semakin canggung. Apalagi Alex jelas-jelas menampakkan wajah dingin kembali saat orang ia panggil Granny tampak tidak menyambutnya dengan hangat.“Sandra di Jerman. Alex hanya beberapa hari saja di sini,” jawab Aldric.“Begitu? Jadi kalian sudah mencapai kesepakatan untuk merawat anak ini dengan pembagian waktu pengasuhannya?” tanya Alonso.“Dad! Tolong jangan bahas ini di depan Alex,” protes Aldric.“Tidak apa-apa, Dad. Aku akan berpura-pura tidak mendengar saja,” tukas Alex pada Aldric dalam bahasa Jerman.Mendengar jawaban datar Alex, Aldric langsung menyesali keputusannya mengenalkan orang tua dengan putranya. Ia sangat tidak menduga, Helen dan Alonso bersikap acuh terhadap cucunya sendiri. Ia lalu membalas pernyataan Alex dalam bahasa Jerman.“Maafkan orang tua Daddy. Mereka masih terkejut oleh kehadiranmu.”Helen mengangkat alisnya. Ia tidak fasih berbahasa asing namun mengenali bahasa
Read more
47. Niat Tersembunyi
Sandra memberikan tatapan serius. “Tidak,” jawabnya singkat.“Kalau aku, aku sangat berharap kalian bisa bersama. Apalagi, Aldric terlihat sayang sekali pada Alex.”“Sayang Alex, belum tentu sayang pada Ibunya kan?”Leah tersenyum misterius. “Siapa tau tumbuh juga rasa sayang di antara kalian.”Sandra meringis mendengar pernyataan sahabatnya. “Impossible.”Leah mengangkat bahunya. Ia tidak ingin berbicara lebih banyak lagi. Bisa-bisa ia membocorkan bahwa Aldric kini sudah menjadi seorang mualaf demi mendekatkan diri dengan Alex. Dan ia yakin, pengusaha kaya raya itu juga menaruh perhatian pada sahabatnya.Saat subuh, Aldric membangunkan putranya. Mereka beribadah bersama. Aldric memangku putranya saat mereka mengikuti doa dan dzikir pagi bersama melalui online.“Jadi Dadydy sekarang bisa sholat?” tanya Alex.“Daddy masih belajar. Kamu ajari Daddy jika Daddy salah ya. Ustadz Rachman bilang, kamu pintar sekali menghapal juz 30.”“Daddy juga pasti bisa. Semangat,” ucap Alex dengan mengan
Read more
48. Penculikan Alex
"Apa Alex sudah pernah berlatih golf sebelumnya?" Tanya Alonso kepada Marvin."Tidak, Tuan Besar. Ini pertama kalinya Tuan Muda Alex berlatih golf."Mereka sedang mengamati Aldric melatih cara memegang stik golf kepada putranya. Kemudian, lelaki itu juga mendemonstrasikan bagaimana mengayun stik tersebut. Terakhir ia mempraktekkan cara memukul bola yang tepat.Alex tampak serius. Ia berkali-kali mengangguk mendengar penjelasan Sang Ayah. Tiba saatnya Alex memegang stiknya sendiri.Mulai dari memegang, mengayun stik golf kemudian memukul bola. Percobaan pertama kurang berhasil. Walaupun Alex sudah benar dalam memegang stiknya namun terlihat masih belum tepat saat memukul bola.Aldric kemudian memegangi lengan Alex. Mereka mengayun stik berdua dan memukul bola. Bola meluncur jauh.Anak kecil itu pantang menyerah. Ia mencoba lagi sendiri. Hingga tepuk tangan bersahutan saat ia berhasil."Kamu yakin ini pertama kalinya anak kecil itu bermain golf?" Tanya Alonso lagi kepada Marvin."Tentu
Read more
49. Memperebutkan Alex
"Mereka di Bristol, Tuan, " ucap Marvin.Asisten sigap itu segera mengecek signal jam tangan Alex saat Madam Mary mengatakan Alex dibawa pergi oleh Grandma dan Grandpanya.Wajah Aldric menegang hingga terlihat urat-urat di lehernya. Ia menggertakkan gigi menahan emosi. Sungguh ia tidak menduga, orang tuanya menculik cucunya sendiri.Tanpa banyak bicara, Aldric menatap jalanan di samping. Mereka langsung menuju airport begitu mendapat berita Alex berada di kota kecil di pinggir Inggris. Kebahagiannya kini terganti dengan kenestapaan.Tiga jam kemudian, mereka menelusuri sebuah jalan di pinggiran Sungai Avon. Aldric berdecak kesal saat mereka pun harus menyebrangi sungai. Ia tidak pernah tau orang tuanya memiliki aset di daerah ini."Alex!" teriak Aldric saat mereka sampai di bangunan tua yang masih terlihat mewah."Alex!" Sekali lagi Aldric berteriak. Ia tidak perduli para pelayan menatapnya dengan ketakutan.Suara teriakan Aldric menggema di bangunan tua itu. Napasnya memburu saat ia
Read more
50. Anak Haram
"Aku tidak mengira Daddy bisa sekejam ini," Aldric kembali menahan amarahnya."Kejam bagaimana? Wanita itu lebih tidak manusiawi dengan menyembunyikan keturunanmu selama hampir empat tahun,” balas Alonso."Bahkan kamu tau pun bukan karena kejujurannya." Helen kini ikut-ikutan menyerang Aldric."Itu dilakukan karena Sandra takut aku mengambil Alex. Sekarang terbukti, tapi bukan aku yang menculik Alex, melainkan kalian.""Pokoknya Daddy tetap akan mempertahankan Alex di sini!""Tapi aku juga sudah memiliki rencana sendiri, Dad. Alex itu anakku. Aku yang paling berhak memutuskan.""Memutuskan apa? Merawat Alex bergantian dengan Ibunya? Terus-terang itu adalah rencana yang buruk.Seraya mengembuskan napas beratnya, Aldric beristigfar berulang kali di dalam hati. Ia memiliki rencana besar yang belum dapat ia ungkapkan kepada orang tuanya. Ia hanya bisa terus membantah keinginan Helen dan Alonso."Untuk saat ini, keputusan itu yang terbaik untuk kami bertiga, Dad.""Tapi tidak baik untuk Ke
Read more
PREV
1
...
34567
...
40
DMCA.com Protection Status