All Chapters of CINTA SATU MALAM DENGAN CEO: Chapter 31 - Chapter 40
392 Chapters
31. Hati yang Berbicara
Sepanjang perjalanan dari rumah sakit, Aldric hanya terdiam memandang jalanan dari kaca mobil depan. Marvin yang menyetir seolah tidak mau mengganggu lamunan bosnya, ia juga tidak memiliki topik memarik untuk dijadikan bahasan. Mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Kembali ke mansion menjelang malam, Aldric dan Marvin menyempatkan makan malam bersama di mansion. Lagi-lagi, Aldric terlihat tidak bersemangat makan. Ia hanya minum jus dan salad sayur dengan telor rebus."Madam Mary, apa koper mainan sudah kamu letakkan di kamarku?" tanya Aldric pada kepala pelayannya."Sudah, Tuan.""OK. Terima kasih."Aldric dan Marvin menyelesaikan makan malam, kemudian berbincang sebentar. Asisten bertubuh tegap itu lalu pamit. Sementara pemilik mansion juga langsung ke kamar tidurnya.Di dalam kamarnya, Aldric membongkar koper mainan Alex. Satu persatu puzzle, ia teliti dan ia baca catatannya. Sesekali lelaki itu tersenyum memdapati tulisan yang lucu.'Alex sempat kesal sama Mommy karena M
Read more
32. Pesan Membahagiakan
“Mommy,” sapa Alex.“Ya, sayang?” balas Sandra.“Boleh aku pinjam ponsel Mommy?”“Untuk apa? Kamu mau melihat-lihat koleksi puzzle terbaru? Bukankah kamu sudah berjanji kepada Daddy Luke untuk tidak membeli puzzle lagi dalam waktu satu tahun ini?” canda Sandra sambil memberikan ponselnya pada sang putra.“Hanya melihat-lihat saja kok, Mom. Oh ya, aku mau mengirim pesan untuk Daddy. Boleh kan?”“Daddy Luke atau Daddy Deniz?”“Daddy Aldric.”Jawaban Alex seketika membuat Sandra menghentikan pekerjaannya yang sedang mengetik makalah kuliah. Ia meneliti wajah sang putra yang sedang asik dengan ponsel. Anak kecil di sampingnya itu sangat fokus pada apa yang sedang ia lihat pada layar kecil.“Ada perlu apa dengan ayahmu?”Alex mendongakkan kepalanya menatap sang Mommy. “Aku mau undang Daddy di ulang tahunku bulan depan. Boleh kan?”Garis muncul di antara alis Sandra. Ia kaget mendengar permintaan sang putra. Namun begitu, ia tau sangat tidak adil bagi Alex ataupun Aldric jika ia menolak kem
Read more
33. Aku Memiliki Seorang Putra
Dulu, Aldric sangat mengandalkan Marvin untuk melakukan segalanya. Baik pekerjaan kantor maupun pribadi. Namun, sejak Alex mulai rutin berbalas pesan dengannya, pengusaha itu bahkan selalu mengecek sendiri ponsel maupun laptopnya.Walaupun demikian, Aldric dan Sandra tidak pernah saling berhubungan. Bagi Aldric yang terpenting ia dapat dekat dengan putranya. Setelah itu mungkin ia bisa berhubungan baik dengan ibu dari anaknya itu.Aldric mengernyitkan dahinya saat mendapat pesan dari pengawal yang menjaga Sandra dan Alex. pengawal mengirimkan beberapa foto yang memuat gambar Sandra berjalan dengan rangkaian bunga cantik di tangannya. Siapa yang memberikan bunga tersebut?“Tuan, apa ada tanggapan dari presentasi barusan?” bisik Marvin.Jika pada rapat kemarin Aldric tampak bahagia mendapat pesan dari Alex, kali ini wajahnya telihat tegang. Marvin bahkan dapat melihat Tuannya mengetatkan rahang. Sesekali ia juga mendengar bosnya mendengus kesal.Seketika Aldric sadar ia masih berada di
Read more
34. Mengaku Cemburu
“Alex namanya. Ia sangat tampan dan cerdas.”“Alex?” gumam Helen. “Nama itu yang kamu sebut saat di ruang keluarga setelah jamuan makan malam dengan keluarga Valerie, bukan?”Aldric mengangguk. Ada rasa lega telah berbagi rahasia pada ibunya. Di lain pihak, rasa takut juga hinggap. Ia tidak tau, apa yang akan ibunya lakukan setelah ini.“Di mana ia sekarang?”“Jerman.”“Jerman? Jadi tiap akhir minggu kamu mengatakan pergi ke luar kota ternyata ke Jerman untuk mengunjungi anakmu?”Aldric mengangguk kembali.“Bagaimana dengan ibunya? Apa kamu mencintai ibunya Alex?”Aldric mempertimbangkan jawabannya. Setelah beberapa detik, ternyata ia tidak dapat menemukan kata yang tepat. Akhirnya ia mengembuskan napas panjang dan berkata, “Entahlah.”“Berapa lama kalian bersama sebelum akhirnya memiliki Alex?”Lelaki yang sedang diinterogasi ibunya itu mendesah, “Hanya satu malam itu kami bersama, Mom. Setelah itu kami berpisah. Aku tidak tau ternyata ia hamil. Baru beberapa bulan yang lalu, aku men
Read more
35. Pilihan Sulit
Pagi ini, Aldric begitu bersemangat. Selesai jam kerja, ia akan terbang ke Jerman untuk merayakan ulang tahun Alex. Rasanya ia ingin memutar waktu lebih cepat dan segera berkemas ke bandara.“Saya sudah menyiapkan kebutuhan Anda selama di Jerman, Tuan.”Aldric mengangguk, matanya berkilat gembira. “Terima kasih, Marv. Kamu memang teman yang baik.”Marvin terkekeh, “Saat ini masih jam kerja, Tuan. Saya adalah asisten pribadi Anda.”“Buatku sekarang, antara asisten dan teman hanyalah berbeda setipis namun sekuat grafena.”Asisten pribadi bertubuh tegap itu kini tertawa lepas. Sejak Aldric memintanya menjadi seorang teman ketimbang asisten, hubungan mereka lebih akrab. Ia sangat bersyukur bosnya menganggapnya sebagai teman.“Jangan lupa saranku untuk mendekati Nyonya Sandra.”Pengusaha tampan itu mengerucutkan mulutnya. “Seumur hidupku, aku tidak pernah sampai harus berusaha membuat seorang wanita tertarik kepadaku. Rasanya aku tak kan bisa, Marv.”“Selalu ada saat pertama kali untuk seg
Read more
36. Janji yang Tidak Bisa Ditepati
Semua memandang dokter yang memeriksa Helen. Pagi ini, Helen terlihat lebih segar. Ia tidur nyenyak dan makan dengan cukup.Aldric menghela napas lega saat dokter mengatakan ibunya diperbolehkan pulang. Ia bergegas mengatur kepulangan wanita yang melahirkannya dengan semangat. Hatinya senang karena setelah ini, ia dapat pergi menemui anaknya.Menurut informasi akurat, Alex dilahirkan pada pukul dua lebih sebelas menit, siang hari. Ia akan berusaha untuk datang pada jam tersebut, menandai kehadiran putranya di dunia. Masih cukup banyak waktu. Saat ini baru pukul delapan pagi.“Mommy istirahat ya. Aku pergi dulu,” ucap Aldric berpamitan pada ibunya saat mereka telah tiba di mansion.“Siapa bilang kamu boleh pergi?” tukas Helen.“Apa maksudnya? Mommy tau, aku harus pergi sekarang.”“Tidak!”“Mom!”“Aldric! Mommy bilang kamu tidak dapat pergi, artinya kamu tinggal!”Dengan gusar, Aldric menatap ibunya. Ia sungguh tidak mempercayai sikap wanita di depannya yang tiba-tiba menggertaknya. Buk
Read more
37. Hadiah untuk Alex
Menjelang pukul sepuluh malam, mobil Aldric baru terparkir di depan gedung apartemen Sandra. Ia menelpon Luke, memohon untuk dibukakan pintu dan diizinkan bertemu Alex. Demi keponakannya, Kakak Sandra itu mempersilahkan Aldric dan Marvin masuk.“Sandra dan Alex sudah tidur. Mereka kelelahan karena acara tadi siang,” ucap Luke.Ini pertama kalinya Aldric masuk ke dalam apartemen Sandra. Ruang tamu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga itu cukup luas. Tampak beberapa peralatan pesta tergeletak di atas meja dan sofa.Bersih dan nyaman. Begitulah kesan pertama Aldric pada tempat ini. Ia melihat dua pintu di ujung ruangan yang ia perkirakan salah satunya adalah kamar Alex.“Mana putraku?” tanya Aldric kepada Luke.Luke menunjuk salah satu pintu. “Masuk saja.”Aldric mengangguk dan berucap tulus, “Terima kasih.”Sebelum membuka pintu, Aldric menghela napas panjangnya. Kamar kecil itu sangat minimalis. Hanya ada ranjang, meja belajar kecil dan lemari pakaian. Aldric mendekati putra
Read more
38. Berkuda Bersama
Tepat jam tujuh pagi, Aldric dan Marvin sudah berdiri di depan pintu apartemen Sandra. Setelah membunyikan bel, tak lama Luke membukakan pintu. Ia mempersilahkan Aldric masuk, sementara Marvin memilih menunggu di luar.“Kami baru saja mau sarapan.” Luke mendului langkah menuju dapur sekaligus ruang makan di apartemen itu.“Selamat pagi,” ucap Aldric. Ia melihat Sandra telah rapi dengan busana kerja yang elegan, namun begitu Alex dan Luke masih dengan pakaian mereka semalam.“Pagi, Dad,” sapa Alex. Anak kecil itu melambaikan tangan untuk meminta Aldric duduk di depannya.Sandra melirik sebentar lelaki yang baru masuk kemudian menganggukkan kepala. Ia lalu sibuk meletakkan peralatan makan di atas meja. Setelah itu menuang susu di gelas dan meletakkannya di depan Alex.Wangi masakan – entah apa, menguar penciuman Aldric. Ia melirik meja makan. Nasi berwarna agak coklat bercampur daging asap dan sayuran potongan serta telur tersaji di sana.“Sandra, aku akan mengajak Alex ke peternakan ku
Read more
39. Rencana Pura-pura Hamil
Helen duduk di hadapan Mr. Harris. Ia sedang mendengarkan laporan tentang penyelidikan wanita yang diam-diam ternyata memiliki anak dari putra semata wayangnya. Seraya bercerita, detektif tersebut memberikan beberapa foto.“Wanita ini? Sandra?” Helen menunjuk foto Sandra yang berhijab dan sedang mengajar.Mr. Harris mengangguk, “Iya, Nyonya. Betul sekali.”Helen mendengus kasar, “Wanita berkerudung ini ternyata hanya memanipulasi penampilannya saja. Terlihat baik, nyatanya berhati busuk dengan sengaja melemparkan diri kepada putraku.”Detektif itu ingin sekali menyangkal pernyataan wanita sosialita di depannya. Tiga hari mengikuti Sandra, ia yakin wanita itu adalah orang baik. Namun begitu, ia tau, seorang klien seperti Helen tidak akan menerima masukan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ia memilih tidak mengutarakan pendapatnya.“Jadi menurutmu aman? Tidak ada interaksi antara putraku dengan wanita ini?”“Tidak, Nyonya. Tuan Aldric hanya berhubungan dengan putranya saja. Sandra t
Read more
40. Rayuan yang Gagal
Aldric melangkah ringan ke dalam mansionnya. Ia mengernyit ragu saat akan memasuki kamar pribadi dan mencium aroma feminim. Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya dengan waspada.Suasana temaram menyambut Aldric. Ia menemukan meja bulat dengan dua kursi di tengah kamar. Di atas meja tersebut terdapat bunga lily putih dan dua lillin yang apinya dibiarkan menyala.Sebuah kartu bertuliskan namanya membuat Aldric memeriksa catatan tersebut. ‘Maafkan, aku. Kita mulai dari nol ya. Love. Valerie.’Ketukan heels yang mendekat membuat Aldric menoleh. Valerie melangkah gemulai dengan gaun malam yang memiliki potongan dada rendah serta potongan tinggi di kakinya.“Aldric, honey,” sapa Valerie dengan suara manjanya yang semakin mendekat.Aldric mundur dua langkah. Ia risih melihat gaya Valerie yang terang-terangan berusaha menggodanya. Di sisi lain, ia juga takut khilaf dan akhirnya pasrah pada rayuan mantan tunangannya tersebut.“Stop, Val. OK. Aku mengerti. Kita mulai lagi dari nol. Sebagai teman,”
Read more
PREV
123456
...
40
DMCA.com Protection Status