All Chapters of O, Yang Mulia!: Chapter 31 - Chapter 40
82 Chapters
Chapter 31: Kreator (2)
Latar beralih ke sebuah ruang gelap entah berantah. Hanya ada penerangan berupa lilin di ruang itu. Bau anyir meruap dari mayat-mayat yang menumpuk di tengah ruang, menyesaki seluruh ruangan. Seorang lelaki tanpa busana tengah menyiapkan ebuah ritual untuk mengubah dirinya menjadi seorang Lich.Laki-laki itu adalah Kreator. Ia telah menanggalkan seluruh identitasnya di masa lalu dan mengejar masa depan bersama cintanya yang sejati, Malus. Dengan panduan yang diberikan Malus, ia berhasil mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjadi Lich dalam waktu yang cukup singkat. Tidak hanya mananggalkan nama aslinya, Kreator juga akan meninggalkan tubuh manusianya.Sebelum memulai, Kreator memeriksa seluruh persiapannya. Pertama, korban-korban persembahan. Ia telah menyiapkan tidak kurang dari 13 korban persembahan, meskipun sebenarnya panduan yang diberikan Malus tidak secara spesifik menyebutkan julah korban yang dibutuhkan. Kedua, formasi sihir yang digambar dalam wujud lingkaran di
Read more
Chapter 32: Harga untuk Menjadi seorang Lich
Invasi yang dilakukan Kreator sebenarnya hanya berlangsung beberapa menit. Akan tetapi, dampak yang dirasakan O terasa begitu dalam, dan ia merasa bahwa dampak itu akan melebar serta membekas dalam kurun waktu yang lama. Ingatan-ingatan Kreator yang ia saksikan menjadi mimpi buruk yang terus terbayang meskipun O tidak pernah tidur. O tidak bisa mengingat semuanya, akan tetapi ada bagian-bagian yang sangat melekat dalam benaknya, tak peduli sekuat apapun dia berusaha melupakan itu. Adegan yang paling membuatnya terganggu dan merasa muak adalah kenyataan bahwa ritual untuk menjadi Lich mengorbankan nyawa tak berdosa. Ritual Lich. Seperti namanya, adalah sebuah ritual yang mengubah seorang manusia biasa menjadi seorang Lich. Istilah 'Lich' sudah sering O temui dalam berbagai budaya pop di dunia asalnya. Ia juga tahu bahwa Lich selalu identik dengan ritual-ritual gelap. Akan tetapi, begitu ia merasakannya sendiri, ia tidak bisa tidak merasa muak. Ia merasa muak, marah, kecewa, dan bersa
Read more
Chapter 33: Sihir Defensif
Peta yang berada di tangan O menunjukkan denah sistem kanal dengan sangat detail. Seperti dugaannya, kanal bawah tanah ini sangat luas, seperti sebuah labirin raksasa. Padahal, ini baru kanal bagian selatan, entah bagiamana jika ia mengikutsertakan bagian yang lain."Waw! Aku tak bisa membayangkan, sebesar apa Kota Magna keseluruhan jika saluran bawah tanahnya saja sudah sebesar ini?" komentar O. Ia membayangkan apakah sihir Peta dan Navigasi mampu memetakan keseluruhan kota nantinya."Eh, tunggu. Kenapa aku harus memetakan seluruh kota?" O mengoreksi pikirannya sendiri. Benar, ia tak perlu melakukannya. "Kenapa aku harus memetakan seluruh kota kalau aku bisa keluar dari kota ini?"""Kota Magna adalah sumber energi terbaik bagi makhluk kegelapan untuk mencapai puncak evolusi mereka.""Ah, benar. Meskipun ia berhasil keluar dari kota terkutuk ini, cepat atau lambat ia pasti akan kembali ke sini, pikir O. Hanya saja, ini tidak semudah kata-kata. Ada Ordo Pelahap Malam yang ia yakin memi
Read more
Chapter 34: Sebuah Terowongan
Apa yang mencuat dari badan air saat O melompati kanal untuk kedua kalinya adalah seekor buaya besar. Lebih tepatnya, itu mayat hidup seekor buaya. Tentu saja gelembung udara yang dihasilkan oleh mayat hidup buaya itu sebelumnya bukan dihasilkan dari aktivitas bernapas, tetapi karena tubuhnya yang rusak dan penuh lubang memerangkap udara di dalamnya.Dengan Sihir Perisai Angin, Flatus, O merasa tubuhnya menjadi seringan udara. Bahkan saat monster buas dari kedalam air menyergapnya dengan kecepatan tinggi, O masih lebih cepat. Saat melompat itu, ia berputar di udara sambil mengayunkan sabit besarnya, menjadi mesin pemotong yang akan mencabik-cabik lawannya.Sayangnya, O belum terbiasa dengan kecepatan barunya sehingga bidikannya sedeikit meleset. Ayunan sabitnya yang seharusnya membelah buaya tersebut menjadi dua hanya memotong rahang atasnya saja."Hup!" O mendarat di seberang kanal. Ia ingin mengagumi pose pendekar yang ditirunya barusan, tetapi musuhnya belum tamat. Ia menunjuk ke a
Read more
Chapter 35: Cockatrice
"Glacies!" Sebuah tembok es tebal muncul seketika di antara O dan awan kelabu. Awan kelabu itu tertahan, dan bahkan berbalik arah. Keputusan ini tepat karena serangan lawannya tidak memiliki bentuk yang pasti. Sebelumnya, O sudah mencoba untuk menghindari awan kelabu itu, tetapi ternyata tidak semudah itu. Bahkan sedikit saja debu dari semburan awan kelabu itu menyentuh tubuhnya, maka bagian tubuh yang terkena akan mengeras menjadi batu. Namun O harus segera mengambil langkah berikutnya. Sebab tembok es ini hanya bertahan selama beberapa detik saja. "Arx!" Sebuah rahang batu raksasa mencuat dari permukaan tanah dan menutup seluruh terowongan. Terowongan itu tersegel kembali. "Fyuuh!" O menghela napas lega. Jika tumpukan mayat yang dibuat Kreator bisa menyegel makhluk itu, tentu saja batu raksasa ini lebih dari cukup. "Ah, kakiku kok rasanya semakin berat!" Area yang membatu di kaki O semakin melebar. Jika dibiarkan, lama kelamaan dirinya bisa menjadi patung kerangka. ""Anda d
Read more
Chapter 36: Mematung
Cockatrice. Untuk otak yang hanya sebesar bola matanya, monster hibrida ayam-ular itu bisa meniru taktik O, bahkan dengan improvisasi. Pertama, Cockatrice itu menghilang dari pandangan O dengan merayap ke langit-langit dan memanfaatkan kolong-kolong yang ada di sana untuk bergerak. Berikutnya, Cockatrice itu memasang perangkap mematikan di persimpangan. Seandainya O gagal menghindari perangkap, Cockatrice itu sudah mempersiapkan rencana berikutnya, yaitu menyeruduknya dengan bobot badannya yang masif. Hal ini menunjukkan bahwa Cockatrice itu memiliki tingkat intelejensi yang tinggi yang setidaknya setinggi Baro Bundon. Masih menjadi sebuah misteri bagaimana Kreator bisa mengurung monster ini dalam terowongan itu, mengingat bahwa Eldritch Lich itu juga tidak punya akal yang cemerlang.Ya. O dijebak dengan taktiknya sendiri. Saat melihat Cockatrice itu meluncur seperti roket dari langit-langit yang tinggi, O berguling ke samping. Cockatrice itu menghantam lantai dengan kecepatan tinggi
Read more
Chapter 37: Sanctus
Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana rasanya seluruh indra kalian mati, tetapi kalian masih punya kesadaran? Kalian tidak bisa menggerakkan satupun otot kalian, meskipun hanya kedipan mata. Tidak bisa menghidu, melihat, merasa, dan mendengar. Namun, pikiran kalian masih terus bekerja, bahkan lebih aktif dan tajam karena kini energi untuk mengaktifkan indra kalian sudah teralihkan untuk itu.Kira-kira, begitulah yang sedang dirasakan O yang saat ini berubah menjadi sebuah patung. Sejak menjadi Lich, indra O yang berfungsi hanya penglihatan dan pendengaran. Sekarang, dua indra yang tersisa itupun hilang darinya. Dunia begitu gelap dan bisu. O tidak bisa melihat maupun mendengar apapun. ""Tuan! Tuan O!""[Memeriksa keadaan. Apakah Anda baik-baik saja?]Ehem. Ralat. O sebenarnya bisa melihat dan mendengar sesuatu, yaitu pesan dan teriakan Narator di dalam kepalanya. Pesan itu datang terus menerus tanpa henti sejak dirinya menjadi patung batu sampai detik ini."Argh! Kepalaku pusing!
Read more
Chapter 38: Misi Baru
“”Selamat datang kembali, Tuan O!””Seluruh lapisan batu yang mengurung O luruh seketika saat sepasang sayap putih mengembang dari punggungnya. Cukup satu kepakapan, tubuh O terangkat ke udara. Tubuhnya melayang naik-turun sesuai dengan ritme kepakan sayapnya. Bulu-bulu putih terus rontok dari sepasang sayap itu seperti tidak pernah habis. Semua kutukan yang tersentuh bulu-bulu itu sirna, termasuk residu dari kutukan batu yang menimpa O beberapa waktu yang lalu. Seandainya wujud O sekarang bukanlah seorang kerangka, maka penampakannya saat itu pasti seperti seorang malaikat cantik yang turun dari langit ke tujuh. Oh, tidak, O memang terlihat seperti malaikat. Malaikat maut.“Ohohoho!” O mengawali kebebasannya dengan tawa yang pongah. “Ini tidak buruk sama sekali. Ah, ini justru hebat sekali!”“”Hati-hati, tubuh Anda mulai mengalami kerusakan,”” peringatan Narator membawa O kembali ke kenyataan.“Ah...” O menyadari bahwa tubuhnya mulai mengepulkan asap dan segera membatalkan sihirnya.
Read more
Chapter 39: di Ujung Terowongan
Pertarungannya dengan Cockatrice membawa O jauh dari titik semula. Butuh waktu yang tidak sebentar agar ia bisa menemukan jalan kembali, meskipun dengan bantuan peta. Selain itu, perjalanannya juga tidak mulus karena harus menghadapi beberapa monster. Sayangnya, selain cairan hitam yang sedikit jumlahnya, tidak ada lagi yang bisa didapatkan O dari monster-monster itu. Ia ingin mengabaikan monster-monster itu, tetapi mereka mengejarnya seperti anjing kelaparan memburu mangsa. Terutama monster-monster kadal yang entah kenapa jadi sering muncul."Exploro!" O menggunakan Sihir Pemindai untuk ke sekian kalinya. Meskipun ia memiliki peta dari kanal bawah tanah itu, O tidak bisa mengandalkannya. Kepalanya tidak begitu mampu mengkorelasikan gambar di peta dan jalan yang dilaluinya. Selain itu, memaksimalkan level dari Sihir Peta & Navigasi adalah bagian dari misinya. ""Selamat! Level Sihir Peta & Navigasi naik menjadi level 2!"""Ah, akhirnya!" O merasa sihir yang satu ini lebih sulit naik
Read more
Chapter 40: Lich vs. Wraith
O lagi-lagi lengah. Pertarungan belum dimulai, tetapi ia sudah dirantai seperti seorang tawanan. Musuhnya kali inipun bukan monster tanpa akal, tetapi seorang Wraith, terlebih seorang anggota Ordo Pelahap Malam. Membiarkan dirinya lengah di tempat ini sama saja bunuh diri. O mematri hal itu dalam kepalanya mulai sekarang. Rantai-rantai yang membelenggunya sekarang sama persis dengan rantai yang membelenggu monster singa di katakomba. O segera mengetahui siapa lawan yang dihadapinya sekarang: Livor sang Wraith. Ada kemungkinan kemampuan pasif: Pertahnan Mental miliknya tidak cukup kuat untuk melawan invasi mental dari Livor. Oleh karena itu, sebelum sosok Livor memunculkan dirinya, O harus segera bertindak. O mulai merapal beberapa mantra dalam pikirannya. Benar saja. Tak lama, sosok Livor menembus dari langit-langit ruangan berbentuk kubah itu. Beruntung, sosok itu tidak langsung menyerang O, tapi mengoceh terlebih dahulu. Ya, lawannya kali ini memang bukan makhluk tak berakal, tapi
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status