All Chapters of Mertua Melarangku Datang Di Acara Lamaran: Chapter 21 - Chapter 30
42 Chapters
Bab 21
PoV (3)"Dek, cepat masuk!" titah Irwan ketika melihat Serena justru mematung, melihat kedatangan Tania bersama orang tuanya.Serena menoleh menyadari ucapan suaminya. Ia mengulas senyum."Bakal seru ini, Mas!" ujarnya.Irwan mengerutkan dahinya karena Serena seperti akan melihat pertandingan saja."Kita pulang sekarang, jangan ikut campur!" Serena menuruti perkataan Irwan dan masuk ke dalam mobil. "Aku penasaran, apa mereka bakal cakar-cakaran? Atau menarik tangan Rizki, seperti berebut mainan!" gumam Serena dan tertawa kecil.Serena menoleh pada suaminya yang tampak geleng-geleng karena perkataannya."Harusnya, kita tidak pulang secepat ini, Mas. Kita lihat dulu itu adikmu dan Tania. Pasti seru!" seloroh Serena. "Sudahlah kamu ini, masih saja memikirkan mereka. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi, Kamu mau Ibu meminta uang?" ucap Irwan. "Tidak Mas, aku hanya bercanda. Lebih baik emang kita secepatnya pergi dari rumah ibumu, kamu harus berjanji padaku, untuk bersikap tegas j
Read more
Tercengang
Bab 22PoV (3)Amira menarik sisi bibirnya, ketika Darmawan meminta Tania tak membesarkan masalah ini. Tania merasa heran kenapa papanya seperti enggan, melaporkan perbuatan Amira yang jelas telah melukai dirinya.Padahal ini kesempatannya, untuk menyingkirkan Amira. Tania seakan mempunyai dendam pada Amira dan berusaha membalas. "Papa cepat hubungi koneksi Papa, yang bisa segera membantu melaporkan perbuatan dia. Aku mau dia di penjara!" tunjuk Tania seakan berkuasa karena Papanya seorang Lurah. "Tania! Sudahlah kamu tidak usah terlalu berlebihan, ini hanya masalah biasa!" "Lihat putri kita itu terluka karena perbuatan perempuan itu, Mama setuju jika dia dilaporkan, biar dia mendekam di penjara! Papa kenapa lembek begini, tegas dong!" ucap Chyntia dan mendelik pada suaminya. Karena Darmawan tak mau bersikap tegas.Amira menghampiri Darmawan. "Laporkan aku, maka keluargamu juga akan hancur Om!" ucapnya berbisik.Darmawan mengusap dagunya dan tak berani menatap Amira. Membuat Chy
Read more
Pilih Siapa
Bab 23 PoV (3)"Mbak, kalau mau kesini jika hanya mau menyudutkan Serena. Lebih baik pulang saja!" ucap Irwan menahan kesal. Bahkan tak segan mengusir Kakaknya.Raut wajah Iza seketika geram. Karena di usir oleh Adiknya sendiri. "Kamu usir, Mbak?" "Irwan, kamu juga usir Ibu, berarti? Apa kamu benar-benar sudah tak peduli pada Ibu?" tanya Puspa dan kembali memasang raut wajah sedihnya.Irwan mendesah. Setiap kali yang ia ucapkan salah, mereka selalu saja berusaha playing victim. "Aku tak mengusir Ibu, hanya saja aku mohon sekali, jangan menekan Serena. Dia sedang hamil, aku tidak mau dia stress atau tertekan karena kedatangan kalian!" ujar Irwan dan sekilas melirik pada Iza."Masuklah!" Irwan mempersilahkan mereka untuk masuk.**Serena muncul membawa nampan berisi teh dan juga cake untuk Ibu mertua dan Kakak iparnya. Rasa kesal di hati, masih terasa. Tapi ia tak enak jika tak menjamu mereka.Iza menyapu pandangan dan melihat isi rumah adik iparnya itu. "Ini sofa mahal ya?" bisik
Read more
Menjadi Nyonya
PoV SerenaSepulangnya dari USG aku melihat kedatangan ibu dan juga Mbak Iza ke rumah. Mereka sudah berdiri di depan pagar.Seperti sudah bisa aku tebak, kedatangan mereka pasti ingin membahas tentang uang dan lagi-lagi hanya itu yang mereka inginkan.Bagaimanapun aku tidak bisa cuek pada mereka, aku membawakan teh dan juga cake tapi dengan angkuhnya Mbak Iza menolak dan bilang cake yang aku berikan itu murahan. Dia tidak tahu saja harganya berapa.Jika dia tidak mau, biar aku saja yang makan. Sudah bersikap baik, tak pernah di hargai. Sebelum ketahuan, mereka sangat baik padaku. Kedatangan mereka hanya membuat kegaduhan di rumahku, ingin meminjam sertifikat. Semudah itu mereka ingin memanfaatkan. Apakah ibu lupa dengan jumlah uang gaji putranya, yang tidak akan cukup jika meminjam uang hingga ratusan juta di Bank. Aku tahu mereka itu ingin menjebakku dan juga Mas Irwan dalam hutang riba, dan setelah itu mereka akan lepas tanggung jawab.Aku bukan menantu yang lugu dan mudah di tip
Read more
Bab 25
PoV SerenaAku malu karena menjadi pusat perhatian."Ternyata kamu turut mendukung perbuatan adikmu, Irwan! Ternyata kamu masih miskin ya, tak sanggup membiayai biaya hidup keluargamu. Sehingga adikmu harus menjual diri, sebagai istri kedua Papaku!" cerca perempuan bernama Sani itu."Beruntung aku tak menikah dengan dia!" timpal Tania dan menatap sinis pada kami."Aku yang harus bersyukur tidak jadi menikah dengan adikmu, sadar diri! Siapa yang mengacaukan pernikahan Amira, yaitu Tania. Dia memang suka barang bekas!" ucap mas Irwan mencerca Tania. Karena tampak sangat kesal di tuduh oleh Sani. "Jadi kamu mendukung adikmu menikah, dengan suami saya?" cicit Istri Pak Lurah. "Aku tidak tahu dengan pernikahan Amira, dan juga suami anda!" jawab Mas Irwan.Kami memang tidak mengetahui apapun, dan ikut diseret dalam masalah ini."Asal kamu tahu, adikmu ini jalang, perempuan sundal, murahan. Karena telah merebut suami saya, setiap hari menghabiskan uang suami saya!" ucap Istrinya Pak Lurah
Read more
Talak
PoV Amira"Kakakmu tidak mau peduli dengan hutang itu, Amira. Ibu tidak tahu lagi harus meminjam uang sebanyak itu dari mana! Untuk membayar hutang, tak ada lagi yang bisa Ibu gadaikan!" ujar Ibu padaku kala itu.Saat ia baru saja pulang dari rumah Mas Irwan. Untuk meminta Kakakku , membayar hutang Ibu pada rentenir.Karena Ibu mengeluarkan biaya banyak, ketika acara lamaran dan juga resepsi pernikahanku. Hingga ratusan juga. Akan tetapi pernikahan yang aku harapkan tidak sesuai yang dengan bayanganku selama ini.Aku sudah merancang masa depanku dengan Rizki. Dan sudah merencanakan apa saja yang akan aku lakukan nanti, setelah menjadi istrinya Terlebih Mas Rizki itu berasal dari keluarga orang yang berada. Tapi semuanya hancur karena Tania.Dia menyabotase pernikahanku. Bisa-bisanya dia menikah di hari yang sama dengan calon suamiku, walaupun saat itu dia juga sudah menjadi suamiku. Tapi mirisnya aku menjadi istri kedua, dan dia sudah merebut posisiku. Sebenarnya mas Irwan sudah mem
Read more
Katakan Ini, Mimpi!
PoV Amira (2)**Jantungku berdegup ketika membaca pesan dari Om Darmawan.Aku menekan icon gagang telpon, untuk menghubunginya. Pasti ini bukan Om Darmawan yang mengirim pesan, bisa saja dia di tekan oleh Istri dan kedua anaknya. Sekilas aku melihat mobil Mas Irwan berlalu pergi. Bahkan dia tak mau mampir ke rumah ini. Sombong mereka, benar-benar tidak menghargai Ibu lagi.Hanya menyambungkan saja. Aku mencoba mengirim pesan, dan hanya centang satu warna abu-abu.Perasaanku menjadi gelisah dan berjalan lunglai menuju rumah Ibu."Mbak Iza, kenapa?" aku bertanya pada Mbak Iza yang sudah masuk ke dalam rumah bersama Ibu.Kakak sulungku itu terduduk lemas. Ibu menyodorkan segelas air minum padanya."Kamu minum, biar tenang!" ucap Ibu dan mengusap bahu Mbak Iza."Mbak, kenapa Bu?" tanyaku. Yang tak biasa melihat Mbak Iza gelisah seperti ini. Dia selalu ceria, dan hobi menghabiskan uang. Itulah Kakakku. Apalagi semenjak ikut menjadi anggota senam, bersama teman-temannya dia selalu sibuk
Read more
Tanpa Kalian Ketahui
PoV (3)Amira sangat terpukul dengan kematian Darmawan. Pria yang menjadi sumber uang baginya, dan bisa membuat Amira merasa tercukupi. Sekarang sudah terbujur kaku.Terakhir kali mereka bertemu. Darmawan tidak menderita penyakit apapun, setahu Amira.Darmawan juga tidak memiliki riwayat penyakit yang kronis, karena semasa hidupnya. Dia rajin berolahraga dan menjaga makanan. Walaupun sudah berusia 50 tahun. Ia termasuk pria yang jarang sakit.Pihak rumah sakti akan segera mengurus kepulangan, jenazah Darmawan. Menuju rumah duka.Amira memperhatikan mereka dengan seksama. Tak jauh dari ranjang, di mana anak dan istrinya mengelilingi ranjang itu.Sekilas Amira melihat Sani yang tersenyum tipis. Dia merasa janggal dengan senyuman Sani. "Om Darmawan sakit apa? Kenapa ia bisa meninggal secepat ini?" tanya Amira memberanikan diri. Karena ia juga tidak di beritahu penyebab kematian Darmawan."Kami dalam keadaan berduka, dan kamu bertanya seperti itu!" hardik Tania menatap Amira dengan tatap
Read more
Merasa Aman
PoV (3)Dari awal menikah. Amira meminta rumah itu menjadi miliknya, dan tanpa tunggu lama. Darmawan menyetujui. Pria itu meminta Beni orang kepercayaannya untuk membalik nama sertifikat tanah. "Kamu berbohong! Aku tidak percaya, dasar wanita pembual dan ingin menguasai harta Papaku. Kamu tak akan mendapatkan apapun!" "Buktinya aku sudah dapatkan, semua sudah di urus oleh Beni. Untung Om Darmawan sudah menyetujuinya!" ucap Amira percaya diri. Setidaknya jika ia mendapatkan rumah, maka dia tidak akan di buang begitu saja setelah kematian Darmawan.Sani tersenyum sinis, memandang Amira. Membuat Amira keheranan. Kenapa Sani tidak syok, hanya dia yang santai sedari tadi. Berbeda dengan adik dan Mamanya. "Sayangnya Amira, kamu tidak sepintar yang kamu duga! Beni itu pacarku, semua yang di lakukan oleh Papa, dia akan laporan padaku." "Maksudmu?" tanya Amira. Wajahnya yang tadi senang berubah gantian syok. "Beni tak melakukan yang di suruh Papa. Secuil pun, kamu tak dapat apapun, ngerti
Read more
Jamgan Percaya
PoV SerenaAku melihat pada jam dinding, menunjukkan pukul 2 dini hari. Dan Amira datang ke rumah, ketika aku melihatnya yang duduk sambil menangis, merasa heran apa yang terjadi pada dirinya. Keluar kata maaf terlontar dari bibir Amira. Aku tidak tahu untuk apa ia meminta maaf. Atau minta maaf untuk semua yang telah ia lakukan, selama ini padaku, dan sikapnya yang menyebalkan. Aku ambilkan minuman untuk Amira. Agar merasa tenang, seperti apapun sikapnya padaku. Namun rasa empati, masih bisa mengalahkan egoku. "Apabila nanti keluarga Om Darmawan terbukti yang membunuhnya, aku akan melaporkan mereka!" ucap Amira."Membunuh! Siapa yang dibunuh?" tanyaku, karena tidak tahu apa yang dia bahas dengan Mas Irwan. "Suamiku meninggal Mbak, om Darmawan saat kejadian tadi pulang dengan keluarganya. Ketika aku tiba di rumahnya, dan menyusul. Om Darmawan sudah tidak sadarkan diri, dan dia dibawa ke rumah sakit. Aku tidak tahu dia terkena penyakit apa, dan meninggalnya seperti mendadak." jelas
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status