All Chapters of Mertua Melarangku Datang Di Acara Lamaran: Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
Seserahan Mengejutkan
PoV SerenaMereka serempak menoleh padaku dengan tatapan sinis."Tania, kemarin kita ketemu loh. Kamu inget gak di store parfum! Aku lihat kamu!" ucapku.Mendadak raut wajah Tania pias. Apa dia syok dengan ucapanku barusan. "Aku kemarin kerja, gak ada beli parfum. Jangan sok akrab deh!" sahutnya sinis dan membuang pandangan ke arah lain."Masa sih, aku yakin loh itu kamu! Sama pria, pacarmu ya itu?" ucapku agar membuat Tania mati kutu."Apa sih, iparmu itu! Sok akrab banget. Aku gak mau bicara sama dia, suruh diem deh!" ucap Tania pada Amira.Gak mau bicara karena dia malu dan takut ketahuan. Gimana reaksi Amira jika melihat video mesra sahabat dan calon suaminya."Diam bisa gak, sok kenal. Kita aja gak mau bicara sama kamu, kenapa panas ya, karena kamu gak di ajak!" sinis Amira menarik sisi bibirnya sambil memutar bola mata.Ingin kutarik ujung bibir Amira yang nyinyir itu, gemas juga melihat ekspresinya."Amira, sopan kamu sama istri, Mas!" tegur Mas Irwan yang terlihat turut kesal
Read more
Inisial
Inisial"Apa belum di bawa ya, masih belum masuk yang bawa?" batinku bertanya-tanya.Semua kerabat dari pihak calon suami Amira sudah masuk, tak ada lagi kotak yang di letakkan.Aku duduk tak jauh dari Ibu. Karena aku sengaja duduk di dekat ibu mertua dan para Kakak iparku, ada Tania juga.Walaupun mendapatkan sorot tak suka dari mereka, karena aku dekat-dekat. Aku tak peduli karena ingin menggoda ibu jika ucapan beliau tak sesuai dengan kenyataan. "Benar-benar di buat melongo, cuma itu seserahannya?" tanyaku dan menatap Ibu sekilas."Mana emas dan uang tunainya?" cicitku kembali dengan suara agak keras."Iya, kok cuma itu ya yang di bawa sama calon suami, Amira!" ujar Bik Fahma yang duduk di sebelahku. Dia adalah adik Ibu mertua."Apa cuma itu kali, Bik! Gak apalah, yang penting kan niat," ucapku mengulas senyum kembali melirik pada Ibu yang sudah melotot menatapku, seakan ingin menelan diriku bulat-bulat."Kamu gak usah banyak bicara, sadar posisimu di sini!" cetus Mbak Iza dengan
Read more
Milik Amira
(Milik Amira)"Omong kosong! Ini pasti yang membuat seserahan keliru, emang bodoh gak periksa dulu!" cicit Amira.Terserah dia mau percaya atau tidak. Biarinlah dia terjebak dengan pria tukang selingkuh, jika aku memberitahu tentang Tania dan Rizki dari video ini, nanti yang ada dia tak semudah itu untuk percaya. Dan aku yang akan di serang.Orang yang sedang jatuh cinta akan sulit untuk di nasehati. Seperti Amira yang sangat mendambakan Rizki. Biar dia tahu dengan sendirinya. Apa yang telah di lakukan oleh calon suami dan sahabat yang sangat di sayangi itu.Aku berdiri dan melangkah untuk menuju kamar."Kamu mau nuduh Tania, gak masuk akal! Apa kamu cemburu sama dia!" Deg. Ucapan dari Amira mengentikan langkahku. Dia menganggap aku cemburu."Takut suamimu berpaling sama Tania, karena dia tadi cantik banget tambah di makeup-in. Aku lihat aja, Mas Irwan curi-curi pandang!" ujarnya kembali dan melirik suamiku."Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak ada curi pandang ke Tania. Istriku
Read more
Teka Teki
Teka Teki"Amira, hamil!?" cetus Bik Fahma dan menutup mulutnya menggunakan telapak tangan."Tidak tahu pasti Bik, tapi ini aku temukan di lantai. Yang terakhir ke kamar mandi dia," ujarku menjawab. Aku tak mau heboh dan langsung menghakimi Amira."Pasti, Bibik yakin sekali dia memang sudah hamil. Model pacaran nya aja bebas. Sering keluar berdua cowoknya, pernah juga sampai liburan berhari-hari!" cicit Bik Fahma.Aku hanya menyimak ucapannya. Mungkin Bik Fahma tahu karena ia sering datang ke rumah ini. Terlebih rumahnya hanya berjarak 4 rumah dari rumah Ibu mertua."Lebih baik kita tak usah beritahu siapapun, Bik. Anggap rahasia, nanti malah menjadi masalah. Aku tak mau ribut lagi dan di salahkan," ujarku.Bik Fahma mengangguk. Aku berlalu pergi, dan membiarkan tespek itu ada pada Bik Fahma. Biar saja dia yang buang, semoga Bibik Fahma tidak ember dan mengatakan pada semua orang. Karena masih sebatas praduga, belum terbukti.Aku melewati dapur. ruang tengah, ada Ibu, Amira dan bebera
Read more
Tragedi
BAB 15Mas Irwan sekilas melirikku. Detik kemudian ia menarik tangan Amira masuk ke dalam kamar. Aku mengikutinya, aku harus tahu juga Mas Irwan bilang apa."Lihat ini!" Mas Irwan memberikan ponselny pada Amira."Apa?" tanya Amira dan mendongak menatap suamiku."Kamu putar video itu!" titah Mas Irwan."Aduh Mas, video apa sih ini!" Amira menghempaskan bokongnya ke ranjang, dan memutar video.Aku hanya berdiri dekat pintu, tak mau mendekat. "Tania?" gumam Amira. Sepertinya ia sudah mulai menyadari siapa yang ada di video itu."Mas, dapat video ini dari mana?" Amira bertanya pada Mas Irwan."Mas yang bertemu mereka!" jawab Mas Irwan berbohong. Ternyata dia benar tak menyebutkan namaku, baguslah ini yang aku mau. Aku tidak mau di ungkit atau di salahkan jika sampai pernikahan ini gagal."Wajar lah Tania bersikap seperti itu, dan hanya rangkulan biasa. Karena kan dia bestie aku! Kemarin saja waktu lamaran dia foto dekat dengan Rizki!"Aku dan dan Mas Irwan saling tatap dan cengo karena
Read more
Menjebak
Bab 16Mas Irwan mendekati Rizki yang langsung berdiri dengan raut wajah ketakutan. Pantas dia tak datang, di sini malah ijab kabul dengan Tania. Dasar ular, pandai dia menyusun rencana serapi ini.Ketika Mas Irwan hampir meraih Rizki. Di halangi oleh seorang pria dewasa yang mungkin salah satu kerabat Rizki."Kita bisa selesaikan ini dengan baik-baik, jangan membuat keributan!" ucap pria itu dan berusaha untuk menahan suamiku."Apa yang di bicarakan baik-baik! Dia mau menikah dengan adik saya, tap di sini ia justru ijab kabul dengan wanita ini!" tunjuk Mas Irwan pada Tania yang berdiri di belakang seorang pria berkumis lebat itu."Kamu sahabatnya Amira, tega kamu menyabotase pernikahannya! Amira sudah menangis menunggu kedatangan Rizki, kalian di sini malah melakukan ijab kabul. Sungguh menjijikan apa yang kamu lakukan Tania!" kilat mata mas Irwan menyorot Tania dengan tajam."Dan Om, kenapa mendukung perbuatan salah putrimu! Pasti Om sudah tahu Amira akan menikah dengan pria ini!"
Read more
Keputusan
Bab 17"Aku sudah hamil mas, kamu tahu itu kan! Tidak apa aku jadi istri kedua!" ucap Amira.Kini Amira benar-benar menjadi pusat perhatian. Karena ucapannya barusan, mengakui kehamilan."Amira! Apa yang kamu katakan?" ujar Mbak Iza dan mendekati adiknya."Kamu sudah hamil?" Mbak Iza mendesak jawaban. Amira tiba-tiba terisak, bibirnya bergetar."Aku sudah hamil anaknya Mas Rizki, bagaimanapun dia harus menikahi aku. Dan bertanggung jawab dengan janin yang aku kandung!" isaknya dan menatap Rizki."Tidak mungkin!" gumam Mas Irwan lirih, yang masih bisa aku dengar.Aku bisa menangkap raut wajah kecewa dari suamiku, dan sulit untuk menerima fakta ini. Ia melihat Amira dengan tatapan yang sangat prihatin. Paham, sebagai kakak pasti mas Irwan merasa sedih. Dan kasihan pada keadaan adiknya. Ditinggal menikah dalam keadaan hamil duluan. "Kamu sudah tahu kan jika aku hamil, dan kamu yang bilang kamu bertanggung jawab, Mas. Kenapa kamu menghianatiku! Menikah dengan dia!" meneriaki Rizki dan
Read more
Tidak Sah
Bab 18Kami akhirnya pulang. Mbak Iza bersama suaminya. Amira tinggal di sana, karena Rizki tidak mau datang untuk merayakan resepsi pernikahannya dengan Amira.Tania melarang Rizki pergi ke sana. Sia-sia semua acara yang telah di persiapkan oleh ibu mertua, butuh modal yang banyak."Mana Amira?" tanya Ibu ketika kami tiba di rumah. Mas Irwan berlalu tanpa menjawab pertanyaan Ibu. Kami berdua menuju kamar, ibu mengikuti dan ikut masuk."Irwan, mana adikmu? Tadi Iza datang juga tak membawa Amira." tanya Ibu yang menuntut jawaban."Amira, dia di rumah suaminya!" jawab Mas Irwan sambil membuka kancing atas kemeja yang ia kenakan."Nanti, Amira akan datang kemari bersama keluarga Rizki, ya? Gimana ijab Kabul nya! Penghulu sudah pergi sedari tadi, kamu telepon lagi Ir, pak penghulu itu. Aduh kenapa acara pernikahan jadi kacau begini, tak sesuai rencana!" keluh Ibu dan memerintah mas Irwan."Dia sudah menikah, tak perlu di panggilkan penghulu lagi!" ucap Mas Irwan."Hah?" Ibu memandang waj
Read more
Impian Kami
Bab 19PoV IrwanAku menatap Serena. Walau ia terlihat cuek dan bersikap biasa, karena perlakuan keluargaku yang seakan tidak menganggap dirinya. Pasti Serena menyimpan rasa kekecewaan di hatinya.Sejak Tania gencar untuk mendekatiku dan mengirim pesan untuk merayu, agar aku mau kembali padanya. Justru rasa cinta ini semakin dalam pada istriku, aku tidak mau mengkhianatinya.Terlebih di saat aku melihat raut wajah ketakutan Serena. Ketika aku memaksanya untuk meminta uang, dia sangat ketakutan melihatku. Seakan aku ini adalah psikopat yang akan menyakiti dirinya. Semengerikan itukah diriku. Aku merasa menjadi suami yang gagal, dan tak bisa menepati ucapanku ketika mengucapkan ijab kabul. Istri yang harusnya aku sayangi, dan aku harus tanggung jawab untuk menafkahi dan memenuhi semua kebutuhan Serena. Dengan tidak tahu diri, aku justru terhasut oleh Ibu dan saudaraku untuk memanfaatkan Serena. Apalagi aku melihat temanku Sandy. Yang sekarang hidupnya luntang lantung tidak jelas, kar
Read more
Datang
PoV (3)Puspa terisak dan memasang raut wajah memelas, yang ia tunjukkan pada putranya. Semalam ia dan putri-putrinya sudah menghitung uang hasil resepsi, dan hasilnya tidak sampai separuh dari modal yang ia keluarkan.Hampir 100 juta lebih Puspa mengeluarkan modal, dari acara lamaran, hingga resepsi pernikahan. Dari sebanyak itu, sebagian ia baru membayar uang muka. Dan berjanji akan melunasi usai resepsi.Puspa di sarankan oleh menantunya untuk meminjam uang pada rentenir. Perempuan paro baya itu mengikuti saran Gunawan. Di tambah lagi dengan bujukan Iza yang mendukung untuk mendapatkan uang itu. "Berapa uang yang Ibu, pinjam?" tanya Irwan dan menatap Puspa seketika terdiam dan mengusap air matanya."Seratus lima puluh juta, Ir.""Sebanyak itu?" Irwan cukup kaget mendengar nominal yang di sebutkan Ibunya. Baginya uang sejumlah itu sangatlah banyak, dan Puspa meminjam pada rentenir. Berapa besar nominal yang akan ia bayarkan beserta bunganya."Bagaimana lagi, resepsi butuh modal be
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status