All Chapters of Teror Pendakian Jalur Selatan Rinjani: Chapter 51 - Chapter 60
67 Chapters
Bab 51 (Pemaksaan)
#PJSR 2________________PoV Bang Ochi________________Harapanku sederhana, semoga suatu masa nanti aku dan kamu dapat melihat malam yang hujan dari satu pintu tenda yang sama dan meremas dinginnya malam.Apakah sesulit ini memahami seorang perempuan? Setiap sikapnya seakan mengabarkan isyarat, tapi sayangnya aku dan dia hanya seperti memiliki banyak momen tanpa sebuah komitmen. Aku memang tidak pernah memilikimu, tapi aku merasa kehilangan.Apakah alam sebercanda ini terhadapku? Ia datang menitip rasa, tapi setelah rasa itu kujaga, ia pergi menyisakan sesak. Kurang ajar! Hah!Mulai detik ini, aku tidak akan gagal melupa tentangnya. Aku sadar, aku hanya menjalani lakon hidup yang seringkali tidak sejalan dengan skenario yang sudah kurancang."Bang Ochi, makasi ya kopinya, aku mau balik ke tenda dulu siapin sarapan buat kakek," ucap Citra membuyarkan lamunanku."Oh, iya, silakan," ucapku dengan sedikit senyum."Teman-teman, ayok masak-masak dulu ... kita bergerak lebih pagi supaya te
Read more
Bab 52 (Misteri Terpecahkan)
#PJSR2_______________PoV Bang Ochi_______________Sepanjang jalan menanjak kugandeng tangan mungilnya. Ia hanya tersenyum dengan pipi yang memerah. Panas yang terik dan terpaan angin yang menerbangkan debu-debu membuat sempurna momen itu. Zahra berkali-kali harus berhenti karena lelah dan haus. Tentu saja, aku dengan penuh perhatian memberikan air dari tumbler milikku."Bang, ini gak mengubah apa-apa lho, walaupun Abang peratian gini dan gandeng aku dari tadi," ucap Zahra. "Aku cuma menghargai rasa, bukan membalas rasa, Bang," lanjutnya kemudian.Ucapannya begitu membelati menyayat ulu hati. Aku hanya bisa tersenyum diam dan menghargai dia yang sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan mantan pacarnya. Karena menjaga martabat lelaki, aku harus tetap kokoh."Hmm, aku juga gak ada rasa apa-apa sama kamu! Teman, hanya itu ... gak lebih!" balasku."Terus, ngapain Abang gandeng-gandeng aku dari tadi, terus maksa-maksa kita jadian?" tanya Zahra agak sinis."Tu karena kamu jalannya miri
Read more
Bab 53 (Anak Kecil Yang Aneh)
#PJSR2________________PoV Bang Ochi________________"Emang, kakimu sakit, ya?" tanyaku sambil menggendong Zahra di punggung."Sebenernya gak terlalu sih, Baaang," jawabnya manis manja di telingaku."Terus kenapa minta, gendong?" tanyaku lagi."Pengen aja!""Astaga, kamu ini aneh!""Emang abang capek?""Ya pasti capek, sih ... kamu itu berat, tapi demi kamu ... apa sih yang nggak?""Kali ini aku jujur, Bang ... sebenarnya, dari dulu aku cuma ingin Abang benar-benar berusaha aja. Soalnya, aku butuh diyakinkan, Bang! Bosen digombalin mulu.""Lalu, apa kabar denganku? Apa gak butuh diyakinkan?" sindirku."Iya ... iya ... maaf, tapi Abang kan laki!""Emang kalau laki, kenapa?" tanyaku."Jelas beda dong, yang harus ngejer itu laki, Bang. Perempuan itu kan sejatinya menunggu. Kalau perempuan yang ngejer, hmm ... harga dirinya di mana? Ini sebenarnya harus jadi pegangan buat kaum perempuan, jangan ngejer laki, tapi ngodein, bolehlah," jawabnya panjang lebar."Hmm, ya sudah ... kamu ini pem
Read more
Bab 54 (Penunggu Bilik)
#PJSR2_________________PoV Alit_________________"Awas!" perintah bocah kecil bertelanjang dada itu. Anehnya, dia tak merasa kedinginan karena terpaan angin gunung yang terus berembus tanpa henti, apalagi di waktu surup.Aku sedikit menyingkir dan tidak berkata apa-apa. Aku benar-benar merasa ada yang aneh di tempat ini. "Kenapa tiba-tiba ada suara dari dalam bilik? Bukannya bilik itu tadi kosong? Bukannya udah gak kepakai dan baunya busuk?" Banyak pertanyaan muncul dalam benakku karena bingung. Seketika tengkukku terasa berat dan bulu-bulu halus meremang hebat."Itu B-bapakmu?" tanyaku terbata pada anak kecil itu.Ia menjawab dengan gelengan kepala. Pertanda itu bukan bapaknya."Kamu sama siapa? Mana bajumu?" Kuberanikan diri untuk lanjut bertanya karena khawatir dengan bocah itu. Suhu sedingin ini bisa berbahaya untuk dia."Cepat pergi kamu!" suruh bocah kecil itu tanpa menjawab pertanyaanku. Ia seperti ingin menyampaikan sesuatu. Matanya liar melirik kiri dan kanan serta tebin
Read more
Bab 55 (Yang Tak Seharusnya)
#PJSR2___________________PoV Bang Ochi___________________Malam ini kami sepakat untuk menunda pendakian menuju puncak. Selain kondisi Alit yang syok, kaki Zahra juga masih sakit karena terkilir. Ada baiknya pendakian menuju puncak memang harus ditunda, apalagi puncak gunung tidak akan ke mana-mana. Kami bisa beristirahat membaringkan lelah malam ini karena seharian berjalan. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sebagian teman-teman sudah masuk ke dalam tenda untuk istirahat, sebagian lagi masih duduk di luar melingkari api unggun memburu hangat dan merasai malam. Pun denganku, rasanya rugi kalau pemandangan malam yang menawan dengan pendaran cahaya bulan bersama lingkaran halo-nya tidak kunikmati. Belum lagi suara hutan yang kayunya bergesekan berderit merintih, desau angin, dan suara hewan nokturnal mencari makan. Sempurna.Kunikmati malam yang jauh dari bising suara mesin kendaraan dan hingar-bingar kehidupan kota yang terkadang penuh kepalsuan, belum lagi drama yang disiarka
Read more
Bab 56 (Bidadari Nyungsep!)
#PJSR_________________PoV Bang Ochi_________________Detik semakin bergeser mendekati waktu tengah malam dan gunung kian lengang manakala satu per satu pendaki masuk ke dalam tenda untuk merebahkan lelah.Cahaya penerang dalam tenda pendaki pun mulai padam satu demi satu. Mereka harus menabung tenaga untuk bersiap menuju puncak pukul dua dini hari nanti. Oleh karena kami memutuskan tidak ke puncak malam ini, kami bisa bersantai dan menikmati malam bertabur bintang dengan kerlap-kerlipnya yang khas.Di seberang sana, masih tampak satu dua porter duduk berselimut sarung bermotif kotak-kotak di pinggir perapian. Tangannya lincah memasak untuk turisnya yang lapar.Asik menikmati suasana malam khas gunung, perlahan di kejauhan, samar-samar kudengar deru angin berembus cukup kencang, lalu menimbulkan suara derit dahan bergesekan. Tak lama suara itu semakin dekat, lalu angin menerpa wajah dan sedikit menggoyangkan tubuhku. Deretan tenda-tenda pun turut bergoyang, menari bersama angin diir
Read more
Bab 57 (Lirikan Jahat)
#PJSR________________PoV Bang Ochi________________Pagi tampak sendu dengan kabut abu membawa dingin yang beku. Kubuat perapian dari ranting-ranting cemara yang mati dan mengering agar pagi ini menghangat. Bau asap menguar di sekitar tenda dan sesekali membuatku terbatuk. Di seberang sana, Opik, Mila, Utari, dan Alika tampak sedang membongkar tenda dan mengemas perlengkapan mereka. Sesuai kesepakatan, mereka akan turun ke danau dengan rencana masing-masing. Mila hendak menikah dengan pria yang melamarnya. Jadi, Opik akan menemani Mila ke sana untuk mengenang almarhum Bang Ron untuk terkahir kalinya. Sedangkan, Utari dan Alika, mereka memang mendaki untuk hunting gambar."Pagi sekali, Bro, kok udah beres-beres aja?" tanyaku menyapanya."Eh, iya, Bang ... biar nanti selesai sarapan, langsung joss," balas Opik."Tenang, bentar lagi sarapan siap," sela Zahra yang asik menumis sayur ditemani Diah.Aku pun mengarahkan pandangan kepada perempuan berhidung minimalis itu. Mengetahui aku me
Read more
Bab 58 (Manusia Adalah Pendatang)
#PJSR2________________PoV Bang Ochi_________________Semilir angin membersamai pembicaraan kami yang agak kekanak-kanakan, hingga tak terasa matahari semakin tergelincir ke belahan bumi yang lain. Entah kenapa, ketika bersama dengan orang yang mengisi hati, waktu seakan berjalan begitu cepat, sampai terbersit dalam hati untuk memohon kepada Tuhan agar waktu berhenti sampai di sini saja."Bang, aku mau tanya, boleh?" tutur Zahra lembut."Apaan?" Aku balik bertanya."Si Citra, cantik gak menurut Abang?" "Ya, cantiklah," jawabku apa adanya."Tuh, kan, pasti Abang suka!" tuduhnya sambil cemberut."Bukan gitu, tapi kan emang dia cantik. Masa harus bohong?""Nyebelin, banget sih, Bang! Aku tuh pengen Abang jawab 'gak, biasa aja', gitu! Ngertiin dong dikit perasaan cewek. Emang jarang ada cowok peka sama perasaan cewek, gak usah jujur-jujur amat juga masalah begituan! Yang penting hati cewek tu seneng." Zahra bersungut.Kali ini aku tahu bahwa perempuan terkadang seribet ini. Ya Tuhan,
Read more
Bab 59 (Summit)
________________PoV Bang Ochi_________________Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Udara cukup tenang dan langit tampak bersih dari gumpalan awan, tak ada tanda-tanda akan datangnya badai angin ataupun hujan. Satu per satu cahaya headlamp terpendar dari para pendaki yang bersiap menaklukkan puncak setinggi 3.726 MDPL.Dari dalam tenda dengan pintu yang kubuka menganga, kulihat Alit sedang membangunkan teman-teman agar melakukan persiapan untuk summit attack malam ini. Sesuai kesepakatan, pendakian menuju puncak akan dilakukan pukul dua dini hari ini. Setelah membangunkan teman-teman, Alit melangkah ke arahku."Bang Ochi, bisa bantu kasih arahan ke teman-teman? Kita briefing dulu sebelum berangkat," ucap Alit dengan nada pelan."Apa gak kamu aja sekalian, Lit, kan kamu leadernya." Aku menolak dengan halus."Ayolah, Bang ... Abang punya pengalaman lebih ketimbang aku, jadi Abang bantu sekedar untuk kasih arahan aja," desak Alit."Tapi, yang mimpin sampai ke puncak tetap kamu, ya."
Read more
Bab 60 (Mengalah Demi Dia)
_____________Pov Bang Ochi_____________Engahan napas terdengar di mana-mana. Ratusan pendaki berjalan pelan pada jalur yang tak lebar. Jarak pandang kami terbatas hanya sejauh pendaran cahaya headlamp. Debu-debu tampak beterbangan menyesaki kami sepanjang jalur menuju punggungan. Kami terus berusaha mencapai punggungan walau sesekali terbatuk karena debu dan terpeleset karena kemiringan jalur. Jalur pendakian memang cukup sulit untuk dilewati karena butiran pasir sebesar biji ketumbar membuat pijakan kaki tidak menapak dengan baik pada permukaan tanah yang miring."Ayo semangat." Sambil menyeka keringat yang mengalir di kening, Alit terus memberi semangat untuk tim. Ratusan cahaya headlamp memenuhi jalur pendakian dan menciptakan suasana ramai pada jalur selebar kurang dua meter. Pendaki lokal dan mancanegara pun saling menyemangati untuk menaklukkan puncak di malam yang beku.Di posisi paling belakang, aku bersama Kakek Mustafa memantau pergerakan teman-teman agar tak salah arah.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status