All Chapters of Tunjukkan Pesonamu, Nina!: Chapter 51 - Chapter 60
121 Chapters
50
DAY 18"Jadi begitu ceritanya," Jelas Adam. Sebagai bayaran atas apa yang dia lakukan tempo hari, Adam niatnya ingin mengajak Nina untuk pergi camping. Tapi, perempuan itu menolak, terlebih saat Adam mengatakan bahwa mereka lagi-lagi tidak bisa berangkat bersama karena ada hal yang masih dikerjakan di kantor. Nina bukannya tidak sibuk, dia juga pergi ke kantor. Hanya saja, menurut perempuan itu, kalau terjadi hal yang buruk lagi, masih banyak taksi yang berkeliaran di sekitar mereka. Kencan singkat di cafe bukanlah pilihan yang buruk. Cafe pada dasarnya menjual tempat, setidaknya estetika yang cenderung cozy bisa menghilangkan sedikit penat pasca pulang kantor."Kamu kan bisa kabari aku. Setidaknya kabari staf untuk jemput aku," Kata Nina. Jadi begini, Adam bercerita bahwa alasan dia tidak menepati janjinya adalah karena terjebak di sebuah acara pesta perayaan ulang tahun koleganya. Yang ternyata disebut Chelsea sebagai keluarganya itu. Jadi bisa Nina simpulkan bahwa pria yang menjemp
Read more
51
Chelsea mematut dirinya di cermin dengan riang. Tak lupa bandana pita disematkan untuk menghiasi rambut cantiknya. Diam-diam memuji diri sendiri karena memiliki gen baik yang tertanam dalam diri. Perempuan itu lalu berjalan santai menuju ruang tengah. Tujuannya hanya satu, menggoda Bagas yang tampak tak tersentuh. Jiwa-jiwa centilnya memberontak, keinginan untuk menaklukan semakin membara.Sudah dia bilang kalau Chelsea tidak menerima penolakan. Saat pria itu dengan santainya melepeh kualitas baik seperti dirinya demi sebongkah nyawa tak berharga seperti Nina, harga dirinya terinjak tak bersisa. Siapa pria itu? Berani-beraninya menolak seorang Chelsea Amanda Flynn, cucu salah satu orang terkaya se-Asia.Ah itu dia! Pria atletis yang terbalut kaos hitam polos, menyeduh teh manis sebagai kebiasaan hidupnya. Dengan sepiring camilan menggiurkan ditangannya."Mas, Bag..." Baru saja hendak menyapa, Bagas lebih dulu melewatinya dengan telinga tuli. Chelsea mengikuti arahnya yang kini menuju
Read more
52
DAY 19"Mas, kita janji mau makan bareng kan?" Chelsea memastikan sekali lagi kepada Bagas yang dibalas anggukan ringan. Gadis itu lalu memekik sambil mengayunkan kakinya dengan riang. Nina menatap keduanya bergantian seolah meminta penjelasan. Meskipun rasanya agak asing melihat Bagas akhirnya mulai memilih gadis lain sebagai teman kencannya. Nina mencolek Bagas meminta penjelasan. Sementara Bagas yang dicolek kebingungan mengartikan tatapan Nina yang agak aneh. Mata gadis itu memicing tanda curiga. Tapi, Nina tidak sedikit pun terganggu dengan Chelsea yang terang-terangan menyeringai tipis merayakan kemenangannya lagi.Nina balas dengan senyuman manis. Dia ingin Chelsea tahu bahwa Nina tak lagi gentar olehnya. Malah Chelsea terlihat murahan dimata Nina. Nina tetaplah pemenangnya. Nina tidak perlu memelas dan memohon untuk Bagas agar pria itu mau pergi bersamanya, pria itu yang datang dengan sendirinya menawarkan diri, sementara Chelsea? Ckckck.Sebuah pesan mengumumkan bahwa para p
Read more
53
Bagas memundurkan mobilnya perlahan, lalu membuka bagasi mobil dan menurunkan berbagai peralatan yang sengaja dibawanya dari rumah. Nina pun menyusul keluar dari mobil, membantu Bagas yang kerepotan menyiapkan tenda dan panggangan, namun pria itu menolak dan menyuruh Nina untuk duduk manis dan menikmati pemandangan.Bagas membawanya ke tempat yang sangat jauh, sampai Nina tak sadar berapa lama perjalanan karena tertidur di mobil. Namun, perjalanan yang lelah berhasil terbayarkan kala melihat pemandangan hijau di depan sana, sebuah pemukiman desa yang asri, udara yang sejuk membuat Nina menarik salah satu kursi lipat dan mendekati ujung agar lebih leluasa melihat pemandangan indah di depannya.Bagas dari belakang diam-diam tersenyum lega. Dia merasa tenang jika Nina senang. Bagas mempercepat kerjanya agar mereka bisa segera makan."Kok bisa kamu tahu tempat seindah ini? Sering kesini, Mas?" Setelah puas memanjakan matanya, Nina kembali saat mencium aroma sedap yang keluar dari daging p
Read more
54
DAY 20"Kanaya, pesanan saya kemarin sudah selesai?" Bagas membawa Kanaya untuk berbicara di dapur. Kanaya yang sedang menyeduh teh dan tiba-tiba ditarik pun agak terkejut. Dia mengusap pelan dadanya, lalu ikut memandang ke belakang arah pandang Bagas yang tidak jelas."Kenapa sih, Mas? Celingak-celinguk kayak orang takut keciduk selingkuh," Kata Kanaya dengan heran."Iya nih, disini banyak tukang cepu. Nanti salah paham lagi," Kata Bagas, lalu melanjutkan, "Jadi gimana permintaan saya kemarin?""Bisa sih, Mas. Tapi aku masih sibuk. Jadi asistenku yang ngerjain. Nggak apa-apa?" Tawar Kanaya."Nggak apa-apa yang penting sebelum tanggal 24 udah jadi ya," Kata Bagas.Kanaya mengangguk lalu berbalik, tapi tangannya lagi-lagi ditahan oleh Bagas, "Ada apa lagi, Mas?""Saya...." Belum selesai Bagas berbicara, Nina dan Adam masuk ke dalam dapur. Keduanya yang terlibat dalam percakapan yang cukup alot pun akhirnya berhenti. Keempatnya saling menatap dalam diam. Lalu menyadari bahwa genggaman B
Read more
55
Adam merayakan kemenangannya dengan berseru kencang. Tak lupa mengulurkan kepada Bagas untuk menolong rivalnya bangun. Begini pun Adam masih berperasaan, dia tiak betul-betul bermaksud untuk menyakiti anak orang. Hanya saja ambisinya untuk menang sangat besar. Sebagai tanda terimakasihnya karena telah menyerahkan secara sportif kemenangan ini, dia bantu menuntun Bagas untuk berdiri. Meskipun kecewa, Bagas tetap menghargai hasil yang ada. Mungkin dengan mulai memikirkan siapa opsi diantara para gadis selain Nina yang akan diajaknya berkencan. "Adam silahkan langsung memilih siapa yang mau kamu ajak jalan," Ucap salah satu staf. Adam tersenyum, lalu tanpa pikir panjang dia menyebutkan nama Nina. Hari yang telah dia nantikan, "Karenina Subagyo." Lalu staf beralih kepada Bagas, yang masih berpikir dengan keras, "Engg...Sean aja duluan. Saya masih bingung mau ajak siapa." "Nggak bisa Arsen, aturannya kamu punya kesempatan untuk memilih lebih dulu dari Sean. Karena kamu juara 2, silahk
Read more
56
"Wow, kamu beneran nggak takut ketinggian ya," Ujar Bagas takjub. "Ya kalau jatuh tinggal teriak aja.""Hush! Doanya jelek banget. Ya kalau jatuh ngeri juga sih badan kayak meja lipat nanti," Bagas bergidik ngeri. Ekspresi ketakutan Bagas justru menghibur Kanaya. Bagas bukanlah orang yang buruk, dia baik, tidak genit sama sekali. Bagas bahkan memahami betul kegelisahan Kanaya selama pergi. Gadis itu hanya diam dan bersikap tenang, tapi Bagas tahu keputusannya tadi berhasil membautnya menjadi orang paling dibenci."Udah nggak usah khawatir. Nanti saya yang bilang sama Ezra," Ujar pria itu."Apa juga yang harus dijelasin. Kami nggak ada hubungan apa-apa kok.""Belum. Lebih tepatnya," Koreksi Bagas. "Kalau kamu ajak aku kencan hanya karena mau nanya lukisan itu, jawabannya udah jadi. Kapan mau kasih ke Nina?" Tanya Kanaya."Nanti malam lah. Pas kita kasih surprise. Semoga aja dia suka ya," Gumam Bagas."Pasti suka kok. Setauku dia juga suka gambar," Kata Kanaya.Iya. Bagas meminta Kana
Read more
57
DAY 21Siapa? Siapa yang Nina suka? Nina pun tidak tahu. Tapi jika ditanya, Ia akan dengan tegas menjawab Adam. Meskipun begitu, ia tahu mulai goyah. Kehadiran Bagas memang baru sebentar, tapi efeknya cukup besar.Bagas terus memilihnya. Bahkan setelah kencan manis yang diceritakan Kanaya, menaiki kereta gantung menjelajahi pemandangan alam yang indah, lalu pergi ke kedai es krim, dan membeli beberapa aksesoris di pasar modern. Bagas tetap mengirimkan pesan manis padanya. Pesan yang cukup membuat Nina terenyuh. Ucapan selamat ulang tahun yang tak sempat disampaikan karena Nina terlalu sibuk menikmati momen perayaannya tadi malam.Sementara Adam, lagi-lagi tidak mengirim pesan. Setelah adegan romantis dengan menyewa seluruh restaurant mewah ditambah bunga dan cincin, Adam tidak mengucapkan apapun lagi. Nina melepas cincin itu lalu meletakkannya di dalam kotak bertuliskan Cartier. Nina orang yang cukup ceroboh, ia sadar diri agar tidak menghilangkan barang berharg
Read more
58
Bagas mengundang Nina ke kamarnya. Nina berjalan sambil membawa masker organik. Bagas memintanya untuk mengoleskan masker ke wajah. Pria itu ingin mencoba glow up agar bisa ikut tren tiktok from this to this. Pada dasarnya Bagas itu sudah tampan. Nina sendiri bingung mengapa pria itu ingin memakai masker dengan alasan merombak diri. Jangan-jangan pria itu tidak pernah glow up karena sudah tampan sejak kecil. 'Tok! Tok! Tok!' "Buka aja pintunya nggak dikunci!" Teriak Bagas dari dalam. Mengejutkan! Ternyata ada Adam di dalam sedang memakai hoodie hitamnya. Mulut Nina mengatup, dirinya ingin menjelaskan sesuatu, tetapi Adam tampak tidak peduli. Pria itu berlalu melewati Nina begitu saja. Nina ingin mendapatkan atensi Adam. Tubuhnya sampai berbalik untuk melihat kemana Adam pergi. Nyatanya, pria itu bertemu dengan Chelsea. Hingga pintu belum ditutup, keduanya dengan santai melewati kamar yang Bagas tempati dengan Chelsea menyapa Nina dan Bagas. "Nin? Nggak mau masuk?" Tegur Bagas ya
Read more
59
DAY 22"Sehat-sehat, Nak. Jangan lupa minum vitamin terus. Sekarang lagi musim pancaroba," Pesan ibu."Iya, Bu," Gumam Nina."Bapak nanyain kamu terus. Kapan pulang? Udah lama nggak lihat muka cantik anaknya," Kata ibu. Nina pun terkikik geli, "Masa sih nanyain terus? Tapi nggak pernah tuh telepon Nina.""Ah, bapak tuh gengsinya kegedean. Kalau ibu kasih Hpnya nggak pernah mau ngomong, ibu terus yang disuruh nanyain. Ini aja ibu lagi didikte sama bap--aduh apa sih, Pak?!" Nina bisa mendengar bunyi grasak grusuk di seberang telepon. Suara bapaknya samar-samar berbisik. Nina yakin saat ini bapak panik karena ibu membocorkan kelakuan bapak. Ayahnya memang begitu. Nina sudah lama maklum. Didepan saja tampak tidak peduli, tapi hatinya selembut Hello Kitty. Jika Nina sakit maka bapak akan langsung sigap membawanya ke rumah sakit, meskipun hanya sakit batuk biasa. Kadang, ibu sampai harus mengelus dada karena sifat protektif sang ayah terhadap Nina bahkan lebih daripada ke Gilang."Makanya
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status