All Chapters of Tunjukkan Pesonamu, Nina!: Chapter 41 - Chapter 50
121 Chapters
40
DAY 14"Beneran, Mas?" Mata Nina berbinar."Iya, nanti sekitar jam 5. Tapi, kamu nggak apa-apa kan berangkat sendiri? Soalnya aku ada keperluan sebentar takutnya nggak sempat jemput kamu ke rumah.""Iya nggak apa-apa, Mas. Lagian kasihan kamunya kalau musti bolak-balik," Kata Nina. Adam tersenyum kemudian mengacak rambut Nina gemas. Pria itu pun segera kembali ke kamarnya untuk bersiap pergi ke kantor sebentar.Hari libur yang cerah ini, Adam tiba-tiba dirasuki oleh Dewa Cupid. Entah ada angin apa mendadak pria itu mengajak Nina berkencan. Meskipun mereka tidak berangkat bersama, Nina tetap merasa senang karena Adam bersikap baik dengannya.Padahal Nina menduga Adam akan marah saat dia sampai di rumah pasca pergi membeli garam bersama Sean. Nyatanya, pria itu bersikap biasa saja. Atau mungkin saja ada sesuatu yang dia lewatkan. Pokoknya Nina sangat berterimakasih kepada siapapun itu yang berhasil mengubah mood Adam Prakarsa.Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 yang artinya Nina h
Read more
41
Nina sampai ke rumah diantar oleh staf dengan mata memerah. Berkali-kali staf perempuan bernama Vanka membujuk Nina agar menahan air matanya dan sedikit banyaknya berusaha menenangkan punggung bergetar Nina selama di mobil. Rencana awalnya, Vanka akan menegur Nina karena sudah berkencan tanpa memberitahu pihak staf, yah biasalah untuk keperluan shooting. Tapi, saat dia melihat tubuh itu duduk meringkuk seorang diri, Vanka tahu bukan saat yang tepat untuk memarahinya."Sudah, nggak apa-apa yang penting sekarang kamu istirahat yang cukup. Jangan sampai sakit," Ujar Vanka.Nina setengah mati berusaha menahan tetesan matanya yang sudah berkumpul lagi di kelopak mata. Bahkan dia sampai beberapa kali mendongakkan kepala di depan pintu sebelum akhirnya membukanya. Dia disambut oleh pemandangan yang semakin membuatnya sakit hati.Pria itu, pria yang senang mengucapkan janji. Kini duduk di meja makan dengan wajah tenangnya. Nina menghembuskan napas dengan kesal kemudian masuk. "Nin, makan du
Read more
42
DAY 15Dia berdiri di cermin, mencoba menguatkan diri. Rasa sesak memenuhi sudut kelopak matanya. Pertahanan diri yang awalnya sangat kuat kini runtuh hari demi hari. Bahkan, dirinya pun tak bisa mengerti apa keinginan hati ini.Pria itu menjadi satu-satunya sosok yang dia puja, awalnya. Rencananya akan menemaninya menjadi pemeran utama di masa depan. Tapi belum setengah jalan berlalu, pria itu memilih melangkah ke jalan yang berbeda. Entah Nina yang terlalu naif atau memang pria itu yang kelewat brengsek.Nina juga tidak mengerti, kenapa dia bisa jatuh sedalam dan secepat ini. Apakah karena merasa diburu waktu? Atau mungkin dia yang terlalu mudah jatuh cinta. Bayangkan dalam waktu dua minggu, perasaannya campur aduk seperti bubur. Begitu cepat, tanpa sempat dihadang.Saat kakinya membawa tubuh ringkih itu menuju ruang tamu, para penghuni sudah berkumpul dengan sebuah amplop coklat berstemple hati di tangan Nadya. Tanpa dipertanyakan pun dia sudah tahu, hari ini akan berlalu dengan be
Read more
43
Melepas Adam pergi bersama wanita lain bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah terjadi beberapa kali, biasanya dia tak gundah karena percaya Adam pasti akan kembali untuknya. Tapi, sepertinya takdir tak ingin jalan yang dia lalui semulus sutra. Bagaimana pun Adam hanyalah manusia biasa yang memiliki hati yang goyah. Ternyata hobi memasaknya tak berhasil membuat perasaan gelisahnya sirna. Ditatapnya bolu berhiaskan es krim dan strawberry di atasnya. Begitu memanjakan mata siapapun yang melihat. Namun bagi seorang Nina, untuk apa memasak karya sehebat ini, kalau tidak ada yang bisa menikmatinya selain dirinya sendiri?Setelah semua orang pergi, dia membaca kembali alamat yang tertera. Jujur sebagai anak rumahan yang jarang berkelana, dia sedikit bingung dimana alamatnya berada. Akhirnya, dia memutuskan memesan taksi alih-alih menyetir mobilnya sendiri.Untuk kedua kalinya dia merasa bersemangat untuk berkencan lagi. Bukan semata-mata karena dia jatuh cinta sebelum bertemu. Isi kepalany
Read more
44
Arsenio Bagas. Si workaholic yang percaya takdir itu nyata. Siapa yang akan menyangka, dia akan berkencan dengan Karenina Subagyo, perempuan yang sejak awal diwanti-wanti oleh adiknya. Si paling tidak menarik yang benar saja, tidak mendapatkan satu pun pasangan kencannya hari ini, hingga Bagas lah yang harus mengisi tempat kosongnya. Meskipun ibarat mendapat sisa, Bagas tidak keberatan, wanita ini cukup menarik.Semakin mengenal wanita itu, semakin Bagas tahu kalau dia mendapatkan apa yang sulit dicarinya selama hidupnya. Sefrekuensi. Dengan sisa waktu yang ada, Nina berhasil membuatnya kepalang penasaran. Dia cantik tentu saja, bentuk mata kucing yang menampilkan kesan imut sekaligus seksi disaat bersamaan, kulitnya cenderung kuning langsat alih-alih putih susu, hidungnya mancung ditambah rahang v linenya yang mirip idola korea kesukaan Anggit. Bagas sampai bingung, kenapa tidak ada satu pun pria yang tertarik dengan dia? Apakah perempuan lainnya jauh lebih cantik? "Aku nggak bisa m
Read more
45
Keduanya mendapatkan pesan sesaat setelah duduk di salah satu kursi panjang. Pesan yang setiap malamnya berhasil membuat Nina blingsatan seperti orang gila. Sedangkan Bagas, tidak terlalu peduli. Pesan hanyalah pesan, tidak berarti apapun. "Kamu dapat pesannya juga?" Tanya Nina yang dibalas anggukan oleh Bagas."Kalian setiap malam seperti ini? Mengirim pesan dengan kata-kata cinta yang alay?" Ejek Bagas."Ish, nggak alay juga kali. Tergentung gimana kamunya aja. Suka typing alay atau enggak. Sejauh ini sih nggak ada ya," Gumam Nina tak yakin. Sebab dirinya saja tidak pernah mendapatkan pesan lagi dari siapapun. Sejak malam itu, malam dimana dirinya berselisih paham dengan Adam untuk pertama kalinya. Ah, satu momen yang membuat Nina menyesal sampai detik ini."Typing saya sih ganteng ya. Dijamin perempuan pada klepek-klepek," Canda Bagas membuat Nina mencibir. "Try me," Tantang Nina tak peduli."Oh, jadi kepengen saya kirimin chat ke kamu nih?" Bagas kembali menggoda Nina. Ekspresi
Read more
46
DAY 16 Jarinya mengetuk dengan beraturan. Matanya mengedar asal memperhatikan setiap ekspresi. Seakan melalui mata itu dia bisa membaca pikiran mereka. Walaupun sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Sebagai orang yang katanya 'baru'. Bagas mendapatkan privilege untuk bebas memilih wanita yang ingin diajaknya berkencan. Karena kencan kemarin bukanlah pilihannya, jadi staf memberikan dia kesempatan jika ingin mengenal perempuan lain. Sedangkan para wanita diharuskan untuk memilih siapa pria yang ingin dia ajak kencan. "Saya pilih..." Dirinya merasa tidak nyaman ditatap lamat oleh banyak pasang mata. Oleh karena itulah, dia cepat-cepat memutuskan, "Nina." "Nina lagi?" Tanya Ikbal skeptis. Maksud dia adalah, apakah Bagas yakin dengan sisa waktu yang lebih singkat daripada mereka semua, dia kembali memilih orang yang sama? "Iya." "Kalau kamu mau coba pikir lagi nggak apa-apa kok. Take your time, jangan terburu-buru gitu," Chelsea berusaha meyakinkan kembali. "Iya nih. Masa Nina lagi
Read more
47
'Kamu boleh membatalkan pilihanmu dan memilih pria lainnya'Seakan Tuhan mendengar panjatan doanya, Nina tiba-tiba saja mendapatkan pesan yang harusnya bisa mengeluarkannya dari kebimbangan ini. Dirinya merenung pelan sampai ketika Nadya tiba-tiba datang ke kamar setelah selesai work out. Tubuhnya yang dibalut dengan bra sport dan leging ketat menunjukkan betapa bagusnya tubuh itu. Berbeda dengan Nina yang langsing tapi tak memiliki otot di tubuhnya alias klemar klemer."Lo mau kencan sama Adam dan Bagas ya? Kasih gue satu dong. Jangan greedy," Candanya. Nina tak pernah sedikit pun merasa tersinggung dengan setiap ucapan Nadya. Karena karakternya yang memang nyablak, tapi tak pernah sedikit pun berniat jahat."Pilih gih," Kata Nina sambil tertawa.Nadya lalu mendengus, "Kalau bisa milih mah gue borong dua-duanya. Lah ini, dipilih aja enggak gue," Keluhnya, "Gue bingung. Kenapa nggak ada satu pun dari mereka yang tertarik sama gue. Padahal gue seksi gini," Nadya membusungkan dadanya de
Read more
48
'Karenina Subagyo membatalkan kencannya denganmu.'Saat ini dia sedang dalam perjalanan pulang. Sedari tadi yang dilihatnya hanyalah ponsel. Chelsea melihat Adam terlihat gusar. Awalnya kencan mereka baik-baik saja, tetapi tiba-tiba mood Adam berubah drastis. Ketika ditanya Adam akan mengatakan baik-baik saja, namun insting seorang wanita tidak bisa dibohongi. Pasti telah terjadi sesuatu."Mas kalau kamu sakit kita bisa ke dokter sekarang," Chelsea memecahkan lamunannya. Chelsea yang kepalang khawatir meminta salah satu staf untuk menyupiri mereka berdua. Padahal Adam baik-baik saja. Dia sehat bugar. Hanya pikirannya saja yang sedang kusut. Tapi Chelsea punya rasa kekhawatirannya yang tinggi. Dia tidak mau mengorbankan nyawanya ditangan Adam. Takut kalau nekat menyetir maka akan membawanya pada celaka. Seperti sekarang, Adam saja terlihat kehilangan fokus. "Aku sehat kok," Gumam Adam."Kenapa sih dari tadi kamu kelihatan gelisah sambil lihatin hp. Sini hpnya aku mau lihat," Chelsea d
Read more
49
DAY 17 "Lo emang brengsek juga ya," Gumam Ezra. Tadinya dia sedang mendinginkan kepala. Tugas kuliahnya menumpuk sehingga Ezra harus begadang sampai jam 3 subuh. Matanya mulai memberat, namun beban yang tak kunjung mereda membuatnya tak bisa tidur. Sepanjang hari dia habiskan waktu untuk menyelesaikan seluruh tugasnya. Alhasil dia memutuskan untuk merokok sejenak, merilekskan pikirannya yang masih kalut. Tak lama kemudian Adam datang menyusulnya untuk ikut menikmati nikotin. Wajahnya datar, namun Ezra tahu ada kegusaran yang jelas terlihat dari gurat wajahnya. Namun, tentu bukan Ezra yang memulai semuanya. Melainkan kemunculan Nina dan Bagas yang terlihat rapi lah yang menjawab semuanya. Didukung dengan pakaian serasi yang dikenakan, membuat wajah Adam semakin mengeras. "Gue beneran lupa buat ngejelasin. Bahkan besoknya kita udah disuruh kencan lagi, lo ingat?" Adam berusaha membela diri. Lelaki itu dengan harga dirinya memang menyebalkan. "Ya ya ya terserah lo. Gue nggak mau ikut
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status