Semua Bab Perangkap Sang Penguasa: Bab 101 - Bab 110
126 Bab
Bab 100. Gadis yang Tidak Punya Otak
Qiana menghitung berapa banyak umpatan yang dilontarkan Allison padanya dan mendapati lidah gadis itu masih setajam dulu.“Sejak kapan urusanku menjadi urusanmu?” Qiana melangkah melewati Allison hingga bahu mereka bertabrakan yang membuat sepupu Qiana itu terdorong ke samping. Dia mengabaikan semua ucapan Allison. Tidak ada gunanya berdebat dengan gadis yang tidak punya otak.“Hei, kau! Aku tahu kau cuma membual. Kau hanyalah anak haram yang dibuang oleh orang yang kau sebut ayah. Tak ada yang akan sudi memungut sampah sepertimu, apalagi orang seperti tuan Zavier. Kau kira dia tidak punya mata dan telinga?” Qiana menghentikan langkah, berbalik dan menyeringai. Takdir memang tidak bisa dimengerti bahkan oleh orang yang menjalaninya sendiri. Jika dipikir-pikir dia juga tidak percaya bahwa hari ini dia sudah menjadi istri Ned Zavier yang terkenal. Tak peduli orang mau percaya atau tidak. Pada akhirnya mereka harus menerima itu.“Tampaknya kaulah yang berpikir bahwa tuan Zavier tidak m
Baca selengkapnya
Bab 101. Lelang yang Gagal
“Kami sudah menikah,” sahut Qiana ketus tanpa menghentikan langkahnya. Dia masih tidak bisa menahan emosinya karena peristiwa di kelas tadi. Kata-katanya menjadi sedikit kasar.“Apa?!” Beatrice histeris. Langkahnya tiba-tiba terhenti. “Kalian sudah menikah? Qiana, jangan bercanda!”Qiana makin mempercepat langkahnya. Hatinya benar-benar kacau hari ini. Dia tidak mempedulikan Beatrice yang shock. Percaya atau tidak, bukan urusannya. Dia tidak akan rugi sedikit pun.“Qiana, tunggu!” Beatrice kemudian sadar bahwa Qiana tidak peduli apa pun reaksinya. Rasa tidak percayanya malah membuat gadis itu makin marah. Sekarang sepertinya Beatricelah yang menjadi sasaran kekesalan gadis itu. Namun Qiana sudah memanggil sebuah taksi dan menghilang dari pandangan mata Beatrice.***Gedung kantor perusahaan Allard Corp yang baru.Jason Allard tengah berdiri dengan menumpukan kedua lengan di atas meja rapat. Kepalanya menunduk dengan kedua mata terpejam. Wajahnya tampak gusar.Semua peserta rapat tidak
Baca selengkapnya
Bab 102. Tidak Ada Hubungannya
“Berceritalah. Akan kudengarkan,” ujar Ned dengan suara serak, tapi dia tak menghentikan gerakannya. Dia malah bangkit dan menggendong Qiana lalu meletakkannya di atas ranjang.“Mana... bisa....” Qiana mengerang saat Ned kembali menyerangnya. Dia hendak protes, tapi malah mulai kehilangan akal sehat.Untuk sesaat mereka melupakan sekeliling nya dan hanya mengikuti saja keinginan liar yang menguasai.Setelah beberapa waktu yang melelahkan.“Tidak jadi berceritanya?” Ned memeluk tubuh polos istrinya di bawah selimut.Qiana hanya menggeleng sedikit tanpa membuka mata. Otaknya masih belum bisa mencerna apa pun. Dia rasanya sudah lupa hal yang menjadikannya kacau seharian ini. Ide Ned tentang membangkitkan semangat nyatanya tidak terbukti. Dia malah kehilangan seluruh tenaga dan keinginan untuk melakukan apa pun. Bahkan untuk sekedar bercerita.Sudut bibir Ned terangkat. Disekanya sedikit keringat yang masih tersisa di wajah Qiana.“Kalau begitu, aku punya sedikit kabar baik untukmu.”“Apa
Baca selengkapnya
Bab 103. Undangan untuk Tuan Zavier.
Dalam rasa kantuknya, Qiana samar-samar mendengar ucapan Allison tentang pesta ulang tahun dan dirinya yang tak diundang. Dia sama sekali tidak kesal. Sebaliknya, Beatrice yang duduk di sampingnyalah yang menggerutu. “Dia pikir semua orang ingin datang ke pestanya.”“Kau tidak akan datang?” “Tidak. Aku malas. Apalagi kau juga tidak diundang.”“Diundang pun aku tidak akan datang. Allison sejak dulu senang mempermalukanku. Apalagi sekarang saat aku terlihat seperti gadis miskin. Beatrice, bangunkan aku kalau Mr. Bradley sudah datang.” Qiana bicara dari tadi tanpa sedikit pun membuka mata.Beatrice berbisik penasaran. “Apa tuan Zavier sangat bersemangat tadi malam?”Qiana pura-pura tidak mendengarnya karena merasa malu sendiri. Tebakan Beatrice benar, Ned memang sangat bersemangat tadi malam. Mr. Bradley selalu datang tepat waktu. Padahal Qiana berharap dosen paruh baya itu terjebak macet dan semacamnya selama beberapa menit hingga dia bisa tidur lebih lama. Nyatanya dia baru terlelap
Baca selengkapnya
Bab 104. Aku Tidak Bermaksud Jahat
Begitu tiba di atas, Qiana langsung menuju ke ruang kerja Ned. Lelaki itu mengangkat pandangannya saat Qiana masuk. Nick sedang mengulurkan selembar kertas pada tuannya sambil mengatakan sesuatu.“Kakak, apa yang diberikan Allison padamu?” Qiana melangkah mendekati meja kerja, melihat pada sebuah undangan. Gadis itu kemudian tersenyum sinis. “Rupanya dia mengundang Kakak tapi tidak mengundangku.”Ned hanya melihat sekilas pada kartu undangan. Tampak tidak tertarik. “Kau tahu aku tidak menyukai pesta seperti ini,” ujar Ned pada asistennya. “Saya minta maaf, Tuan. Gadis itu memaksa. Sudah saya katakan padanya bahwa tuan hanya menghadiri pesta penting.”Kali ini Qiana tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia bisa membayangkan betapa buruknya wajah Allison saat Nick mengatakan itu. Padahal gadis itu sangat membanggakan pestanya.“Apa kau tidak ingin datang?” tanya Qiana sambil duduk di sandaran lengan, melongok pada layar komputer di depannya. Isinya berupa grafik dan angka-angka.“Aku akan
Baca selengkapnya
Bab 105. Hadiah dan Sebuah Taruhan
“Ayah, kau tahu itu tidak mungkin. Lagi pula ayah sendiri telah bersekongkol dengan nenek untuk mencurangi bagian warisan ibunya. Bukankah harusnya ayah yang lebih dulu berbaikan dengannya?” Allison menyindir dengan pedas. Dia tahu masalah warisan itu karena bibinya, ibu Qiana kerap datang ke rumah mereka dan menagih haknya.“Itu bukan urusanmu. Kalian para anak-anak tidak perlu ikut campur!” Jonas berkata dengan wajah merah. “Lagi pula bibimu tidak memiliki andil apa pun dalam membangun perusahaan. Sepantasnya dia tidak mendapatkan apa-apa.”Allison hanya mengangkat bahu tanda tak peduli. “Seperti kata ayah itu bukan urusanku. Tapi jangan suruh aku berbaikan dengan gadis menyebalkan itu.”Setelah mengatakan itu Allison meninggalkan ruang kerja ayahnya.Ponsel Jonas berbunyi bertepatan saat Allison menutup pintu. Suara asistennya terdengar cemas di seberang sana.“Ada apa?”“Tuan, beberapa proyek kita yang sudah berjalan ditangguhkan untuk sementara. Orang-orang dari Dinas Pengembanga
Baca selengkapnya
Bab 106. Flower from Paradise
Sepeninggal Nick, Allison bermaksud membuka beberapa hadiah yang diberikan para tamu. Hadiah pertama yang sangat ingin dibukanya bukan dari ayah atau ibunya, tapi dari Ned Zavier. Hanya saja itu terlihat kurang beretika. Jadi dia memulai dengan hadiah dari ayahnya.Saat itu ibunya, Alicia Allard sudah kembali dari menemani neneknya di kamar. Dia mendampingi putri tercintanya meniup lilin dan memotong kue ulang tahun yang tingginya melebihi kepala. Lalu tibalah saatnya pembukaan beberapa hadiah.Para undangan merasa sedikit gugup. Yang hanya mampu memberikan hadiah bernilai murah merasa takut kalau pemberiannya yang terpilih untuk dibuka. Sementara yang sudah memberikan sesuatu yang mahal sangat berharap hadiah miliknyalah yang diekspos ke depan umum. Itu akan merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.Allison membuka hadiah dari ayahnya. Sebuah kotak kecil seukuran telapak tangan dengan pita pengikat keemasan. Isinya sebuah kunci mobil mewah. Sebuah layar besar yang dipasang sebagai
Baca selengkapnya
Bab 107. Lelucon Terbaik
Beatrice gemas melihat Qiana yang berjalan lambat. Gadis itu menarik lengan Qiana dan menyeretnya ke kursi di sebelahnya tadi duduk.“Apa kau sudah dengar?” Beatrice bicara dengan suara rendah tapi tak mengurangi kesan antusiasnya. Dia terlihat bersemangat.Qiana seperti orang linglung, menatap temannya sekilas lalu menggeleng.“Lihatlah?’ Beatrice menunjuk dengan dagunya ke arah Allison yang tampak bersinar. Gadis itu bahkan masih berdiri meski telah sampai di deretan kursi-kursi. Di sekeliling Allison, gadis-gadis lain tampak mengerubungi dan sibuk memuji hadiah dari tuan Zavier.“Tuan Zavier mengirimkan hadiah ke pesta Allison tadi malam. Flower from Paradise. Bagaimana bisa? Apa kau tidak tahu? Orang yang kau sebut suamimu mengirimkan perhiasan mahal pada musuhmu?” Suara Beatrice terdengar kesal, gemas dan tidak percaya.“Aku tahu.” Qiana menjawab dengan acuh. Dia masih kelihatan seperti orang linglung.Kemudian terdengar suara Allison yang sengaja dikeraskan. Tujuannya jelas ag
Baca selengkapnya
Bab 108. Bertemu Edison
Edison berpaling dari pemandangan malam di depannya dan mendapati Olivia yang terbangun. Dia sama sekali tidak khawatir harus menjelaskan apa pun pada istrinya ini. Senyumnya terlihat dingin dan kejam.“Kau bangun. Ada apa? Kau bermimpi buruk?” Edison melangkah melewati istrinya dan kembali ke dalam kamar.“Edison, jangan pura-pura tidak mendengar! Untuk apa kau mengurusi gadis itu lagi? Dia bukan lagi Qiana yang dulu. Dia tidak sebeharga yang kau pikirkan. Lagipula kita sudah menikah dan akan segera punya bayi.” Di akhir kalimatnya, suara Olivia melembut. Tangannya refleks memegang perut.Hati Edison sama sekali tidak tergerak mendengarnya. “Aku mengurusi siapa pun tidak ada hubungannya denganmu. Ingat Olivia, kita menikah karena kau hamil. Jika aku sampai tahu bahwa kau mengada-ada soal kehamilanmu, bukan saja kita akan bercerai. Tapi aku akan menuntutmu dan keluargamu atas tuduhan penipuan. Kalian juga harus mengganti biaya mahar dan pernikahan.” Suara Edison datar tanpa tekanan
Baca selengkapnya
Bab 109. Qiana dan Ned Zavier?
“Sebenarnya aku sudah tidak bekerja lagi. Sebelumnya pernah bekerja di dua tempat. Tapi karena beberapa hal, aku berhenti. Saat ini aku sedang mencari pekerjaan baru.” Qiana menjelaskan singkat. Tentu saja dia tidak akan menceritakan beberapa hal yang membuat dia berhenti bekerja.Apa hidup Qiana begitu sulit? Dari yang Edison lihat, Qiana tidak tampak seperti yang dikatakan Olivia.“Apa kau perlu bantuan? Aku bisa menghubungi seorang kenalan di sini. Mungkin di antara mereka ada yang membutuhkan karyawan.” “Tidak usah. Kurasa aku bisa menemukannya sendiri nanti. Akhir-akhir ini aku sedikit tidak fokus dan jadi kurang berusaha.” Qiana menolak dengan halus niat Edison untuk membantunya.“Kau yakin?”Qiana mengangguk. “Aku yakin. Selama berusaha, aku pasti bisa mendapatkan pekerjaan itu.”Pelayan datang membawakan pesanan. Qiana meminum jusnya sambil melamun. Pertanyaan Edison membuatnya khawatir. Dia takut laki-laki ini akan lebih cerewet lagi.“Qiana, apa kau sekarang sedang dekat d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status