Semua Bab Perangkap Sang Penguasa: Bab 111 - Bab 120
126 Bab
Bab 110. Tumbang
Allard Corp dinyatakan bangkrut tidak sampai seminggu setelah pesta ulang tahun mewah Allison digelar. Beritanya menjadi headline di beberapa acara televisi. Terlebih karena kisah tragis yang ada di baliknya. Allard Corp baru pindah kurang dari sebulan ke Yardley, tapi sudah dibantai habis oleh kekuatan yang tak terlihat. Lalu ada juga cerita tentang pesta dan hadiah-hadiah mahal. Orang-orang mulai menghitung berapa lama lagi sebelum keluarga Allard pindah dari hunian mewahnya ke rumah paling murah yang bisa mereka temukan.Rossie Allard terkena serangan jantung bersamaan saat berita itu diturunkan. Dia tidak bisa mempercayai bahwa perusahaan keluarga yang telah berdiri lebih dari setengah abad itu tumbang dalam hitungan hari. Sementara di kampus, orang-orang masih melihat Allison dengan mobil perak dan perhiasan kebanggaannya. Dia masih berkeras bahwa jatuhnya Allard Corp masih tidak ada hubungannya dengan Qiana. Dia bahkan sempat dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa tuan Zavier
Baca selengkapnya
Bab 111. Lowongan Pekerjaan.
Kota Blackstone. Kediaman pasangan muda Fraser.Edison baru kembali ke rumah setelah lewat tengah malam. Olivia yang membukakan pintu mencium bau alkohol dari mulut suaminya. Dia juga melihat jejak-jejak wanita lain di kemeja sang suami. Amarahnya bangkit tapi segera ditekannya. Percuma bertengkar dengan orang mabuk.Lama Olivia memandangi suaminya yang terkapar di tempat tidur dalam pakaian yang sama dengan yang dikenakannya tadi pagi. Dia sebenarnya tidak bisa tidur nyaris sepanjang malam saat Edison diam-diam pergi paginya. Waktu mengecek ke kantor, Olivia hanya mendapati Hagen yang sibuk menangani semua urusan perusahaan. Sang asisten tutup mulut tentang keberadaan tuannya saat nyonya muda itu bertanya.Olivia curiga, Edison pergi ke Yardley untuk bertemu Qiana. Dia tidak berani bertanya pada Edison dengan menelponnya. Jadi seharian itu dia dengan gelisah menunggu suaminya kembali.Paginya Olivia menjadi tidak tahan karena Edison mengabaikannya sejak bangun tidur. Lelaki itu bahka
Baca selengkapnya
Bab 112. Lelaki Menjijikkan
Manajer HRD yang ditemui Qiana adalah seorang lelaki berusia akhir empat puluhan bernama Lew Asher. Dalam pertemuan pertama itu saja Qiana sudah tahu bahwa dirinya tidak menyukai sang manajer dengan wangi parfum menyengat hidungnya. Lelaki itu terlihat seperti lelaki pesolek yang lupa akan usia.Begitu melihat calon karyawati berwajah cantik dan masih muda, Lew sudah menelan ludah. Qiana sampai bergidik di bawah tatapan memangsa sang manajer.Siapa presdir yang telah ditunjuk Ned untuk memimpin Imperial Corp? Tuan James Anderson? Ah ya, benar! Tuan Anderson Senior sempat datang ke Phoenix dan makan malam bersama mereka. Kalau suatu saat Qiana memiliki kesempatan untuk bertemu lagi, dia pasti akan mengadu bahwa dia tidak menyukai si manajer dengan mata jelalatan ini.“Nona Qiana Nielson?” Lew Asher menyipitkan pandangan di balik kacamata nya saat membaca selembar kertas dari beberapa berkas lamaran di depannya. “Masih kuliah. Melamar untuk posisi karyawan magang. Apa kau tahu walaupun
Baca selengkapnya
Bab 113. Paman Lew
‘Jangan menyusahkan tuan Anderson. Dia pasti akan jantungan kalau sampai melihatmu dalam seragam Imperial Corp.’ Begitu pesan Ned saat makan malam. Besok paginya, Qiana pergi ke kampus seperti biasa. Usai kelas, Ned menelpon mengajaknya makan siang di sebuah restoran yang baru buka. Mereka memesan tempat dengan pemandangan terbaik. Ketika menuju ke lantai atas restoran, Qiana melihat Lew Asher dengan seorang wanita muda yang bergelayut manja di lengannya sedang melewati pintu masuk. Dasar lelaki tua bajingan! Bagaimana bisa dia pergi bekerja meninggalkan anak istri di rumah untuk kemudian bersenang-senang dengan wanita lain di luaran?“Kakak, apa aku punya wewenang memecat seseorang di perusahaan?” ujar Qiana saat telah duduk di kursinya.“Kau bahkan bisa memecat tuan Anderson Senior.” “Wah, itu hebat!” Qiana berseru senang. Tentu saja dia tidak akan memecat tuan Anderson Sr. Dia akan mulai membuat daftar. Lew Asher akan berada di tempat pertama.“Ada apa? Seseorang sudah membuatmu
Baca selengkapnya
Bab 114. Pacar yang Payah
“Kuperingatkan, jangan ganggu gadis kecil itu. Dia milikku,” ujar Lew Asher usai pergumulan mereka.Wajah Emilia dipenuhi keringat. Pakaiannya berantakan dan dia terlihat tidak senang. Namun wanita itu tidak mengatakan apa pun. Dia hanya bangkit merapikan pakaiannya di bawah pengawasan Lew.Emilia tahu, Lew memiliki kekuasaannya sendiri dan hampir semua gadis yang diincar akan dimilikinya. Lew menjanjikan imbalan yang menurut Emilia cukup sepadan. Dia telah menjadi wanitanya yang patuh selama ini dan hasilnya, Emilia telah meraih jabatan sebagai asisten manajer dalam waktu tidak sampai setahun.“Bagaimana denganku?” Emilia mencemaskan posisinya di hati Lew. Kalau gadis baru itu berhasil menggantikannya, Emilia akan tersingkir seperti asisten yang lama.“Kau tentu saja tetap yang terbaik. Tidak perlu cemburu. Dia cuma gadis polos yang naif. Dijanjikan sebagai karyawan tetap Imperial saja dia sudah senang. Kalau nanti aku dipromosikan sebagai wakil direktur, aku berjanji, kau akan sege
Baca selengkapnya
Bab 115. Aku Kesulitan Melepas Dasiku
“Aku Qiana.” Qiana balas mengenalkan diri. Dia merasa sedikit malu dengan penjelasan Dave. “Apa aku seterkenal itu?”Dave tertawa pelan. “Begitulah. Mungkin seseorang pernah datang ke kantor HRD dan melihatmu. Jangan salah, para pria juga suka bergosip.”“Semoga bukan gosip yang buruk.”“Tidak.” Dave menggeleng. “Beberapa pria menjadi penasaran karena mendengar bahwa karyawan magang yang baru sangat cantik. Tidak kalah dengan seorang artis. Kurasa sebentar lagi akan ada beberapa dari mereka yang menunggu di pintu ke luar perusahaan hanya untuk memastikan kebenarannya.”Qiana tidak bisa berkata apa-apa. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Dia pasti akan kerepotan jika yang dikatakan Dave benar.Begitu pintu lift terbuka, Qiana mendapati lobby bawah yang sedikit berbeda. Terlihat lebih ramai dari sebelumnya. Saat dia melangkah ke luar, semua mata terarah padanya. Beberapa orang lalu terlihat memalingkan muka lalu berbicara dalam suara rendah. Qiana menghela napas, merasa lelah. Yang dik
Baca selengkapnya
Bab 116. Dia Mencoba Melecehkanku
Qiana kembali memamerkan senyum polosnya.“Bukankah paman butuh bantuan untuk melepas dasinya? Aku pikir dasinya bermasalah dan akan susah untuk dilepas. Jadi aku akan menggunakan pisau ini untuk memotongnya.”“Gadis sinting. Untuk apa kau membawa-bawa senjata tajam ke perusahaan? Kau ingin mencelakakan orang, heh?” Lew berkata dengan nada gentar. Dia ketakutan melihat mata pisau yang berkilat yang kini diarahkan Qiana kepadanya.Qiana terlihat berpikir sebentar. “Bukan begitu, Paman. Pisau ini banyak gunanya. Kadang aku perlu sesuatu yang tajam untuk membuka atau memotong sesuatu.” Kini Qiana melangkah maju, membuat Lew juga bergerak mundur. Punggungnya kini menyentuh daun pintu. Dia kini memandang ngeri ke arah Qiana. Bagaimana gadis yang terlihat lemah ini bisa membawa pisau ke mana-mana? Apa dia pernah menggunakannya untuk melukai seseorang? Apa dia seorang psikopat?Senyum yang tadinya menurut Lew manis dan polos kini terlihat menyeramkan.“Tapi apa Paman tahu? Kadang pisau in
Baca selengkapnya
Bab 117. Bertemu Presdir Imperial Corp
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m
Baca selengkapnya
Bab 118. Tuan Asher Diberhentikan
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
Baca selengkapnya
Bab 119.  Jebakan di Klub
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status