All Chapters of Istri Bayangan Milik Tuan Muda: Chapter 41 - Chapter 50
171 Chapters
41. Aku Menginginkanmu
"Pake ini. Udara di sinu lumayan dingin, kamu bisa masuk angin." Dengan begitu perhatian, Sakti menyampirkan selimut pada bahu Citra dan perlahan mengarahkan selimut itu untuk menutupi tubuh bagian depan Citra untuk sekadar menjauhkannya dari udara dingin yang bisa menyelusup ke dalam kulit.Sementara Citra yang mendapatkan perhatian seperti itu pun hanya diam, dan pasrah saja ketika Sakti menyelimuti tubuhnya. Pada momen itu, Citra bahkan sibuk memandangi wajah Sakti lekat-lekat, sampai sejenak ia lupa kalau perhatian seperti itu harus dianggap lumrah olehnya."Karena weekend, kita akan menginap di vila ini sampe besok," ujar Sakti menambahkan.Citra yang mendengar itu pun hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya mengerti."Ternyata anda mengajak saya dan Gina pergi-pagi itu karena kita akan liburan di tempat sejuk ini?""Iya. Perayaan ulang tahun untukmu akan dimulai sebentar lagi," sahutnya seraya mengambil posisi duduk di samping Citra.Saat itu, keduanya duduk di balkon kamar.
Read more
42. Berhubungan Suami Istri
Sakti mengajak Citra masuk ke dalam kamar. Keduanya pun kemudian duduk pada tepian tempat tidur dengan posisi saling berhadapan.Saat itu suasana terasa begitu canggung. Walaupun Citra pernah menikah dan ini bukanlah pengalaman pertama untuknya, tapi tetap saja... Citra merasa sangat canggung. Entah kenapa, situasi ini membuatnya merasa jauh lebih gugup dibandingkan ketika ia menghabiskan malam bersama dengan Badra."Apa kamu yakin benar-benar gak masalah melakukannya denganku?" tanya Sakti tiba-tiba. Mungkin dia hanya ingin sekadar memastikan apakah Citra keberatan atau tidak, tapi ia tak sekalipun menyadari kalau pertanyaan itu justru membuat suasana di antara mereka semakin canggung karena Citra yang pasti merasa kikuk untuk sekadar menjawabnya."Apa pertanyaan itu harus dijawab? Saya terlalu malu untuk menjawabnya."Sakti meringis ketika menyadari kesalahannya. Dalam hati, ia bahkan merutuki dirinya sendiri."Ah, aku malah merusak suasana," sesalnya sembari terus meringis. Dan s
Read more
43. Dream Catcher
Hanya tinggal malam ini saja waktu liburan mereka di vila ini karena besok pagi Sakti harus kembali bekerja.Waktu sudah menunjukan jam 8 malam. Setelah membaringkan Gina pada box bayi, Sakti hendak berganti pakaian dengan piyama tidurnya. Ia baru saja membuka pakaiannya bagian atas, dan hendak melepas celananya, ketika ia merasakan kalau sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan dirinya.Dia menolehkan wajahnya, lantas menemukan Citra yang tengah terbaring di atas tempat tidur, tapi dengan kedua mata yang terpaku menatap ke arahnya. Sakti yang melihat Citra gelagapan dan memalingkan wajahnya ke arah lain setelah tertangkap basah pun mengurungkan niatnya sejenak untuk membuka celananya, ia memilih mengambil langkah lebar untuk mendekati Citra."Kamu mau lihat apa, hm?""Saya gak lihat apa-apa. Saya cuma melamun," kilahnya.Sakti mendengus geli, sembari mengulas senyum miringnya. "Oh melamun rupanya? Aku pikir kamu masih saja penasaran dengan bentuk tubuhku, padahal kemarin kamu
Read more
44. Perayaan Kasih Sayang
"Happy Valentine days, Tiana. Hari kasih sayang tak melulu soal 14 februari karena aku menyayangimu setiap hari. Aku selalu mencintaimu seumur hidupku, semoga kamu bahagia di surganya Tuhan."Semua kalimat itu Sakti ucapkan begitu tulus, walaupun nada sendu terselip dalam suaranya. Ia berlutut di atas pusara Tiana, lantas menaruh rangkaian bunga baby breath putih dan tulip ungu itu tepat di dekat potret mendiang."Aku membawa Ginata. Namanya Sastra Rahayu Ginata, nama yang cantik bukan? Sama seperti orangnya. Kamu melahirkan bayi yang cantik, Tiana," tambahnya. Kali ini ia mengarahkan tangan mungil Ginata untuk menaruh buket kecilnya ke atas pusara yang sama.Sedangkan di sisi lain, Citra yang baru saja selesai berdoa dan menaruh buket bunga itu ke atas pusara anaknya pun hanya bisa diam di tempatnya, ketika mendengar semua ucapan Sakti di depan pusara Tiana.Dia sangat mencintai mendiang istrinya. Gumam Citra dalam hatinya.Citra merasa getir. Sebab, apa yang terjadi kemarin membuatn
Read more
45. Istri Pembangkang
"Sayang," panggil Badra saat masuk ke dalam rumah besar yang dihuninya bersama Vina setelah menikah.Dengan perasaan lelah karena seharian dipaksa bekerja di pabrik beras milik orang tua Vina, Badra pun menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan berbaring terlentang di sana untuk sekadar kembali merilekskan otot-otot tubuhnya yang tegang setelah melakukan pekerjaan berat."Sayang," ulangnya. Kali ini dia melirik ke arah Vina yang justru terlihat santai menonton TV sambil memakan camilannya. "Kamu gak denger kah?"Vina mendelik malas lalu menoleh untuk beberapa saat, sebelum kemudian kembali fokus menonton Tv."Apa sih Yang? Aku di depan kamu loh gak harus manggil-mangil kayak gitu. Tinggal bilang aja mau apa," sahut Vina ketus. Kedua alisnya bahkan saling bertautan tajam, kentara sekali kalau ia sangat kesal pada Badra.Mendengar hal itu, Badra pun tersulut emosi, tapi ia sekuat tenaga menahan amarahnya itu. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan untuk sekadar menenan
Read more
46. Tak Bisa Berjauhan
"Apa kalian baik-baik saja di rumah, walau tanpaku?" tanya Sakti pada Citra yang berada di seberang telepon sana.Di tengah-tengah perjalanannya menuju luar kota, Sakti menyegerakan menelepon Citra untuk sekadar menuntaskan rasa risaunya karena untuk pertama kalinya ia harus meninggalkan istri dan anaknya di rumah sendirian untuk waktu beberapa hari kedepan."Iya kami baik-baik saja. Gina baru saja tidur," jawab Citra.Sakti pun menghela napas lega dan resah di waktu bersamaan. "Apa benar-benar tak masalah kalo aku meninggalkan kalian selama berhari-hari, bagaimana kalo kamu butuh bantuan sesegera mungkin?""Saya dan Gina akan baik-baik saja. Anda jangan terlalu khawatir, di sini ada pak Johan, supir anda yang bisa saya mintai tolong kalo perlu sesuatu. Anda cukup selesaikan pekerjaannya, lalu pulang dengan sehat ke rumah," ujar Citra di seberang telepon sana untuk sekadar menenangkan Sakti.Lagi-lagi Sakti menghela napas berat. "Baiklah, aku percaya padamu. Kalo ada apa-apa segera min
Read more
47. Itu Bukan Cinta, Itu Obsesi
"Besok pagi aku akan pulang, jadi padatkan semua pekerjaan hari ini juga dan untuk yang lainnya tolong konfirmasi memundurkan jadwal dari sekarang juga," pinta Sakti begitu tergesa-gesa.Kepanikan dan kekhawatiran besar bahkan tampak begitu jelas di wajah Sakti, dan hal itu membuat Agnes seketika merasa kesal."Kamu bilang harus kerja profesional, tapi kamu sendiri malah ngebuat keputusan mendadak kayak gini. Gimana caranya coba aku bilang ke klien kalo jadwal dimundurkan secara tiba-tiba, bahkan untuk waktu yang gak pasti?" tegurnya sarat akan kemaran yang tak terbendung lagi. Untuk sersekian detik Agnes tak sekalipun menyadari sikap kasarnya, sampai ketika ia menyadari sorot marah dari Sakti, ia pun bergegas mengoreksi kesalahannya itu. "Baiklah, aku akan memberikan pengertian pada klien yang lain kalau kamu tidak bisa menemui mereka sesuai jadwal. Tapi, kalo mereka tidak mau mengerti, itu bukan salahku.""Terserah. Pergilah ke kamarmu, aku harus bersiap-siap untuk pekerjaan berikut
Read more
48. Menyadari Perasaan?
"Baik pak. Pasti khawatir banget sama istri ya pak. Aduuuh pasangan muda memang lagi manis-manisnya, saya juga jadi keinget pas awal-awal pernikahan sama istri saya. Cuma karena kami dijodohkan, manis-manisnya cuma terasa beberapa kali aja dan selebihnya cuma bertengkar, saling tak peduli satu sama lain. Saya juga mengabaikan istri saya, sampe pas istri meninggal baru kerasa penyesalannya. Baru sadar juga kalo saya sayang sama istri saya. Saya merasa kehilangan mendalam, kadang rindu istri, tapi semuanya udah terlambat," ujar sang sopir yang kira-kira berusia sekitar 40 tahun lebih itu begitu blak-blakan, sebelum akhirnya tersadar dan menggaruk tengkuknya dengan malu-malu. "Aduh, maaf ya. Saya malah jadi curhat."Sakti melirik ke arah kaca spion yang berada di atas kepala sopir itu, lantas ia pun mengulas senyum simpul."Gak apa-apa, pak. Silakan saja," sahut Sakti dengan begitu ramahnya. Bukan apa-apa, tapi dari suara pak sopir itu ketika bercerita Sakti bisa mendengar begitu jelas a
Read more
49. Aku Khawatir Padamu
Citra perlahan membuka matanya, saat merasakan tangannya keram karena ditindih sesuatu yang terasa membara. Dan ketika matanya terbuka sempurna, rasa pening dan berdenyut seketika mendera kepalanya, membuatnya memicingkan mata dan meringis."Andhika," cicitnya lirih saat samar-samar ia melihat seorang pria yang punya ciri-ciri seperti Andhika tengah tidur terduduk di sampingnya dengan kepala yang menindih salah satu tangannya.Citra butuh waktu beberapa saat untuk mengerjapkan matanya, dan ketika pandangannya mulai jelas, ia pun mulai bisa menghela napas lega. Ia tak salah lihat, itu memang benar-benar Sakti."Andhika," panggilnya lagi.Perlahan, bahu Sakti pun tampak bergerak dan di detik itu juga ia mulai terbangun dan mengangkat kepalanya untuk kemudian menoleh menatap Citra dengan tatapan mata yang sayu."Kamu sudah bangun? Mau makan sesuatu?" tanya Sakti seraya mengulurkan tangannya pada kening Citra untuk sekadar suhu tubuh istrinya itu.Saat dirasa sudah lebih membaik, Sakti pu
Read more
50. Ayo Pulang Bersamaku, Citra
Berulang kali Citra mengecek suhu tubuh Sakti dengan menyentuh kening pria itu dengan punggung tangannya, ketika pria itu tengah tertidur lelap."Apa kamu beneran cepet-cepet pulang sampe lupa kesehatan diri sendiri cuma karena khawatir padaku?" gumamnya bertanya, walau tahu Sakti tak mungkin menjawabnya untuk saat ini.Sejenak, Citra wajah lelah Sakti yang tengah tertidur lelap. Ketika pria itu tertidur, wajah damainya terlihat begitu polos. Gurat kelelahan yang tercipta di beberapa bagian wajahnya, membuat hati Citra berdesir aneh.Hatinya berdenyut nyeri melihat Sakti yang demam karena memaksakan pulang walau dalam keadaan lelah, tapi di satu sisi ada sudut hatinya yang merasakan letupan-letupan kecil karena senang Sakti pulang lebih awal dan menungguinya di rumah Sakit."Aku tahu seharusnya saya tak boleh begini, tapi gimana ini. Saya gak bisa menepis lagi kenyataan kalau saya mulai merasa nyaman dengan hubungan ini. Maaf karena perasaan saya berjalan terlalu jauh dalam hubungan ya
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status