All Chapters of Istri Bayangan Milik Tuan Muda: Chapter 21 - Chapter 30
171 Chapters
21. Sebuah Fakta
"Siapa perempuan itu?" desis Agnes bertanya sembari memberikan berkas yang perlu ditandatangai oleh Sakti."Bukan urusan kamu."Sakti dengan tenang membaca berkas itu lalu membubuhkan tanda tangannya di sana, tanpa sekalipun memperdulikan keberadaan Agnes yang masih setia berdiri di depannya."Apa perempuan itu Tiana?"Sakti diam. Ia tetap berusaha untuk tak memperdulikan keberadaan Agnia, juga berusaha menulikan telinganya dari segala ucapan perempuan itu."Kamu gak mungkin nikah sama kakak tiri kamu, kan, Sakti? Kamu jangan gila deh! Tolong sadar, Sakti... mau sampe kapan kamu suka sama kakak tiri kamu sendiri? Jangan buat duniamu sempit. Stop terobsesi sama Tiana," sungut Agnes.Seketika, Sakti pun berhenti dari kegiatannya. Ia terpaku di tempatnya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menghela napas berat dan kembali melanjutkan kegiatannya. Lagi-lagi ia berusaha mengabaikan keberadaan Agnes, sembari berharap kalau Agnes akan berhenti mengoceh dan segera pergi.Namun, harapannya i
Read more
22. Surat Cerai
Hari yang sangat mendebarkan kenapa pula harus selalu terasa cepat sekali datang. Padahal, Citra berharap bisa punya waktu untuk mempersiapkan hatinya jika harus kembali ke kampung halamannya."Gina tidur? Apa dia baik-baik aja?" tanya Sakti di tengah-tengah perjalanan mereka menuju rumah bedeng yang dulu di tempati Citra.Dengan jalanan bebatuan, membuat Sakti khawatir kalau Gina akan menangis karena perjalanan yang tidak nyaman.Citra mengangguk kecil. "Gina tidurnya anteng banget," jawabnya."Syukurlah. Aku sudah khawatir."Tak lama kemudian mereka pun memasuki area perkampungan, lalu Sakti pun memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah bedeng. Mesin mobil dimatikan, lalu Sakti pun melepas sabuk pengamannya untuk kemudian mengubah posisi duduknya jadi menghadap ke arah Citra."Sini, Gina biar aku yang gendong. Udara di luar terlalu berdebu," ujar Sakti seraya mengulurkan kedua tangannya.Tanpa membantah, Citra pun menuruti permintaan Sakti. Ia mengurai ikatan gendongannya, lalu seca
Read more
23. Biar Kubantu Membuat Neraka
"Apa kamu baik-baik saja? Apa lebih baik kita puter balik?" tanya Sakti risau sembari sesekali melirik ke arah Citra yang bergeming di tempatnya.Citra sendiri yang meminta Sakti untuk terus melaju mengambil jalur yang arahnya melewati lapangan tempat pesta pernikahan Badra diadakan. Bahkan, Citra meminta Sakti untuk menghentikan mobil tak jauh dari lapangan untuk sekadar melihat dengan jelas seperti apa pesta pernikahan ini."Saya baik-baik saja," jawab Citra dengan tatapan yang masih tertuju keluar jendela mobil tepat ke acara pernikahan yang berlangsung meriah.Untuk ukuran pesta pernikahan di kampung, pernikahan Badra dan Vina sangat megah. Satu lapangan bola yang luas itu hampir seluruhnya dipakai untuk acara pesta. Dekorasi yang sangat indah dan stan stan makanan prasmanan yang banyak, menandakan kalau mereka mengeluarkan banyak sekali uang untuk acara itu.Tak aneh. Badra menikahi Vina, anak seorang saudagar paling kaya di kampung ini. Mana mungkin pesta pernikahannya akan berl
Read more
24. Mimpi Buruk
Keterkejutan besar tercipta begitu jelas di wajah jelita Agnes. Lagi-lagi ia menatap ke arah Citra dan Gina yang berada dalam pelukannya."A-Anda sudah punya anak?" tanya Angnes sedikit terbata.Ada sorot terluka di kedua matanya, tapi Citra tak mengerti apa alasannya sehingga dia pun kemudian melirik ke arah Sakti untuk mencari jawabannya. Namun, nihil... Citra tak menemukan apa yang ia inginkan karena Sakti tak setitik pun menunjukan ekpresi di wajahnya. Wajah pria itu tetap datar."Iya. Putri pertamaku baru berusia 1 bulan lebih. Dia lahir lebih awal dan perkiraan dokternya," jawab Sakti tenang. Ia bahkan mengulas senyuman tipis yang tampak begitu bahagia ketika membicarakan Ginata.Tapi, berbanding terbalik dengan Agnes. Ia yang terluka saat tahu fakta kalau Sakti tinggal dengan seorang perempuan muda dan seorang bayi, jadi menganggap kalau senyuman tipis Sakti justru seperti sengaja ditujukan untuk mengejeknya.Sorot mata Agnes pun tiba-tiba berubah nanar. "Ternyata anda beneran
Read more
25. Kamu Berhak Bahagia
Beberapa hari ini Sakti dan Citra begitu sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Sakti yang lebih banyak mendominasi dalam persiapan itu, sedangkan Citra hanya mengangguk dan menggeleng tiap kali Sakti mintai pendapat. Tak ubahnya sebuah robot.Setelah mimpi buruk itu, sikap Citra berubah murung. Citra jadi tak banyak bicara dan tak banyak tersenyum, walau ketika ia sedang bersama Ginata. Citra seperti kembali kehilangan semangat dalam hidupnya, padahal saat ada Ginata, dia sudah"Apa kamu baik-baik saja? Bukankah aku bilang kamu bisa berbagi bebanmu denganku karena kita adalah teman?"Citra melirik ke arah Sakti yang kini duduk di sampingnya, lalu kemudian mengangguk kecil, tanpa bicara sama sekali. Hal itu pun seketika membuat Sakti menghela napas berat."Apa kamu gak bisa bicara, Citra? Aku sedang bertanya padamu. Bukan hanya padaku, tapi kamu juga jadi mogok bicara ketika bersama Ginata. Apa kamu gak tahu kalo mengajak bayi bicara itu sangat penting untuk tumbuh kembang bayi? Kalo k
Read more
26. Pernikahan Negeri Dongeng
"Apa kamu beneran bakal nikah perempuan muda itu, Sakti?" tanya Agnes yang begitu menerima undangan pernikahan dari Sakti. Kentara sekali kalau begitu berat hati dengan fakta bahwa Sakti yang akan bersanding dengan orang lain.Sementara Sakti menganggukan kepalanya dan begitu ringannya menyunggingkan senyuman lebar di wajahnya."Tentu saja, aku memang akan menikahi dia.""Baiklah selamat. Tapi, aku gak akan datang," tandasnya tanpa tedeng aling-aling. Lantas kemudian ia pun melenggang pergi dari ruangan Sakti tanpa pamit sama sekali. Sementara Sakti yang mendapat seperti itu pun hanya diam dan kembali fokus pada pekerjaannya, memilih tak memperdulikannya. Sebab tumpukan berkas di hadapannya butuh diselesaikan sesegera mungkin agar ia bisa terbebas dari pekerjaannya untuk beberapa hari dan menyelesaikam prosesi pernikahan sesuai rencana yang sudah disusunnya.Suara nyaring dari ponselnya yang berdering pun seketika membuat Sakti berhenti dari kegiatannya, untuk sekadar menemukan nama C
Read more
27. Tanpa Malam Pertama
"Apa ini cucu bapak? Aduh anak bageur. sini-" ucapan Engkus terhenti saat Citra justru melangkah mundur menghindarinya yang hendak mendekati Ginata."Bapak pulang aja," usir Citra dengan nada tenangnya.Pak Engkus pun berdeham. Merasa kikuk karena sikap basa basinya justru ditolak mentah-mentah oleh Citra."Kamu teh Neng, bapak mau cium cucu aja gak boleh," gerutunya sebal. Sebelum kemudian menyunggingkan senyuman lebar pada Sakti. "Bapak bakal dianterin pulang pake mobil mewah yang kemarin kan? Terus janji uang tambahannya yang 20 juta itu bakal dipenuhi sekarang kan?"Citra memejamkan matanya rapat-rapat mendengar ucapan ayahnya sendiri kepada Sakti. Dia merasa malu sendiri atas sikap ayahnya. Padahal Citra ingin benar-benar menganggap kalau hubungan keluarganya dengan kedua orang tua yang sudah membuangnya itu bisa terputus, tapi ternyata hubungan darah yang tak bisa hilang kecuali sang ayah sudah tiada itu, membuatnya tetap harus menemui sang ayah untuk jadi wali nikahnya.Sepert
Read more
28. Kamu Perempuan Terbaik
"Nyebelin!" Pekiknya kesal seraya melempar sandalnya ke sembarang arah, tak peduli sekalipun tanah kering berceceran di atas lantai rumahnya yang bersih.Vina.Perempuan 29 tahun itu melangkah masuk ke dalam ke dalam rumah dengan kaki yang dihentak-hentak keras, dan terus menggerutu dengan kalimat kasar dalam bahasa sunda, tanpa peduli kondisinya yang sedang hamil muda dengan perut yang kini mulai terlihat membuncit itu."Kenapa, marah-marah begitu? Gak baik atuh, nanti didrnger bayi di dalam perut gimana," tegur Badra.Sedangkan Vina justru berkacak pinggang dan melayangkan tatapan kesalnya itu lada sang suami. "Initeh salah kamu, Kang!" sentaknya tiba-tiba."Kok jadi salah akang? Akang salah apa, sampe kamu marah-marah?""Kalo aja waktu itu akang gak biarin Citra tetep ada di kota lain bahkan negara ini, mungkin kita bisa hidup tenang. Seharusnya waktu itu akang buat si Citra pergi jadi TKW di Arab Saudi aja, biar dia ngehasilin duit buat akang dan kita bisa hidup tenang," ujarnya
Read more
29. Sandiwara Dimulai
"Semua orang menatap saya," cicit Citra seraya mencengkram ujung jas Sakti kuat-kuat, ketika dirinya dilanda oleh perasaan risau yang luar biasa.Lorong dari area kerja karyawan menuju ruang kerja Sakti terasa sempit dan sesak bagi Citra karena tatapan penuh penuh penilaian yang dilayangkan semua pasang mata ke arahnya. Jantungnya bahkan berderbar kencang dan tangannya mulai gemetar hebat.Namun, Sakti yang menyadari hal itu pun seketika meraih tangan Citra yang gemetar itu dan menggenggamnya erat. Lantas ia pun melayangkan tatapan teduhnya pada Citra dengan begitu tulus."Itu karena kamu terlihat cantik dan bersinar memakai dress berwarna emerald, makanya mata semua orang tak bisa berpaling dari kamu. Seolah kamu adalah pusat pandangan mereka," ucap Sakti memuji sekaligus menenangkan Citra.Dan untuk beberapa saat kalimat menenang itu pun membiat Citra benar-benar bisa sedikit merasa rileks, walau wajahnya memanas dan berubah jadi merah padam karena menahan rasa malu setelah dipuji s
Read more
30. Merebut Milik Orang Lain?
Sesaat setelah hatinya merasa lega, Citra pun berjalan menuju dinding pembatas dan melihat pemandangan kota dari atas gedung ini. Ia menyeka air matanya dan beberapa kali berdeham untuk menetralkan suaranya."Baju bagus nan mahal, rumah mewah, mobil, tidur di kasur yang empuk dan makan makanan enak... kamu teh memang harusnya bahagia. Gak perlu berharap lagi ke Kang Badra. Harus inget kalo kamu gak pernah diharapkan siapapun termasuk dia," gumam Citra lirih. Berbicara pada dirinya sendiri.Untuk sejenak ia pun memejamkan matanya, sebelum kemudian mengambil langkah mundur dan berbalik untuk segera kembali ke turun ke ruangan Sakti, tapi. Di momen itu, ia harus mengurungkan niatnya ketika melihat Agnes, sekretaris Sakti itu berjalan menghampirinya."Aku pikir tak ada orang," ujarnya dengan bahasa yang tidak se formal biasanya. Ditambah, dengan nada suara yang terdengar ketus. Agnes bahkan secara terang-terangan menunjukan ekspresi tak sukanya pada Citra, sehingga membuat Citra merasa b
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status