Lahat ng Kabanata ng SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Kabanata 31 - Kabanata 40
207 Kabanata
31. Pura-pura
"Mama kangen, La. Kapan kamu mau berkunjung ke sini?" Suara Mama agak bergetar ketika sore ini dia meneleponku."Lala juga kangen Mama, nanti Lala bicarakan sama Om Do ,supaya Lala diizinkan mengunjugi Mama.""Siapa?! Om Do?! Maksud kamu Faldo?""I-iya Ma. Maksud Lala Mas Faldo." Aku meralat."Jangan bilang sama Mama kalau kamu memanggil suami kamu dengan sebutan Om. Gak sopan itu!" Mama masih menggerutu, aku menepuk bibirku pelan yang telah salah berucap."Enggak Ma, tadi Lala bercanda." Aku terpaksa berbohong pada Mama setelah tadi keceplosan memanggil suamiku dengan sebutan Om."Ya udah, La, kamu ngomong sama suami kamu kalau kamu ingin mengunjungi Mama. Mama tunggu kalian. Soalnya enggak ada kamu beberapa hari di sini, Mama sangat kehilangan." Mendengar kalimat Mama barusan aku memutar bola mata. Apa benar Mama kehilangan aku, mengingat ketika masih tinggal bersamanya, Mama hampir lupa kalau punya anak gadis di rumah. Hingga seenaknya dia pergi dan lupa pulang, lupa kalau anak gad
Magbasa pa
32. Gugup
Tanpa diduga lagi Om Do merangkul pundakku lalu mengajakku keluar dari kamar mandi. Seperti yang terhipnotis, aku hanya menurut. Padahal aku sama sekali tidak merasa pusing ataupun tidak enak badan. Sebenarnya bisa menolak tapi aku khawatir Om Do akan curiga padaku. Jadi kubiarkan saja dia membimbingku berjalan dan memintaku duduk di tepi ranjang."Dari buku yang kubaca, ini biasa terjadi pada wanita yang hamil di trimester pertama. Kalau boleh aku tahu berapa usia kehamilanmu?" tanyanya sambil duduk di sebelahku, sementara tangannya perlahan turun dari bahuku.Kenapa duduknya harus deket-deket begini sih. Aku kan jadi gugup. Bukan apa-apa, aku tidak terbiasa berdekatan dengan laki-laki asing, kecuali Rendy itu pun aku masih punya batasan."Ya Om, tapi jangan khawatir ini enggak setiap pagi kok . Cuman kadang-kadang aja," jawabku asal."Apa perlu aku antar ke dokter?""Enggak nggak usah, aku tidak mau ke dokter," sahutku cepat. Karena kalau sampai aku pergi ke dokter nanti bakal ketah
Magbasa pa
33. Pergi Diam-diam
Aku hanya mencicipi sarapanku sedikit lalu bergegas turun dan mengunci pintu. Sampai di bagian toko aku berjalan pelan sambil mengintip dan mendapati pria itu sedang membantu Ilham dan Danang yang kebetulan pagi ini toko ramai oleh anak-anak sekolah berseragam putih abu. Biasanya mereka akan pergi berbondong-bondong ke tempat fotocopy kalau ada tugas dari guru.Melihat pria itu tengah sibuk aku berjalan mengendap lalu setelah berada di luar ruko aku berjalan setengah berlari menuju pinggir jalan raya kemudian berjalan beberapa meter ke arah kanan supaya tidak terlihat oleh Om Do saat aku berdiri menunggu angkutan.Dengan sigap aku memesan ojek online di aplikasi. Sambil celingukan khawatir Om Do menyusulku. Tapi bersamaan dengan itu Om Do meneleponku. Aku hampir saja mengangkatnya ketika aku sadar bahwa pria itu akan mengetahui aku berada di pinggir jalan ketika aku menerima teleponnya karena akan terdengar suara kendaraan.Akhirnya aku membiarkan panggilan itu berhenti sendiri hingga
Magbasa pa
34. Kangen Mama
Tapi belum juga sampai ke kelas, ponselku berbunyi kembali. Kali ini bukan telepon, Om Do mengirimku pesan.[Di mana? Kok kamu enggak ada di atas?!]Mendapat pertanyaan seperti itu aku tersenyum lucu, membayangkan pria itu pasti mengecekku ke lantai atas.[Sudah sampai di kampus.][Sudah kuduga. Baiklah, akan kubuat perhitungan karena kamu sudah kabur!] Balasnya kemudian membuatku melebarkan mata. Tapi aku bergegas menyimpan ponselku dan melanjutkan langkah, mungkin dia hanya bercanda.***"Mama kangen berat La," seru Mama sambil merentangkan tangannya. Aku pun berhambur ke dalam pelukan Mama. Untuk beberapa saat kami saling memeluk. Sepulang kuliah aku menemui Mama di kantornya, karena aku tahu kalau jam-jam ini Mama berada di tempat ini.Aku membalas pelukan Mama dengan erat. Jujur saja aku pun merindukan sosok wanita ini, apa lagi sikapnya kali ini lebih hangat dari sebelumnya. Mungkin Mama baru sadar bahwa berada jauh dariku membuat ia kehilangan, sementara kemarin-kemarin dia t
Magbasa pa
35. Senyum Kemenangan
Hmm, apa atas alasan ini Mama begitu patuh pada Om Dimas? Kalaupun iya, Mama belum tahu saja siapa sebenarnya suaminya itu. Aku baru ingat, pria yang menjadi suami Mama itu tidak terlihat di kantor Mama. Biasanya, Om Dimas kerap menemani Mama kerja. Hanya menemani tanpa membantu, karena pria itu sesungguhnya benalu dalam keluargaku. Pria yang tidak terlihat bekerja itu memang hanya ikut menikmati harta peninggalannya Papa.Di tengah-tengah obrolan kami, tiba-tiba ponsel Mama berdering. Sebelum menerima panggilan itu Mama melihatku dengan tatapan heran."Ya, halo." Mama menyapa tanpa mengucap salam. Tidak heran jika aku pun biasa seperti itu karena memang tidak pernah dibiasakan oleh Mama."Waalaikumsalam." Setelah menjeda sebentar Mama terdengar menjawab salam. Mungkin si penelepon yang berinisiatif mengucap salam."Ada. Memangnya kenapa?" Mama menjawab pertanyaan tapi kalimat berikut malah mengajukan pertanyaan sambil melihat ke arahku. Heran."Di kantor Mama."Detik berikutnya wanit
Magbasa pa
36. Tak Bisa Menghindar
Setelah keluar dari ruangan Mama, aku berpikir keras. Bagaimana caranya supaya aku tidak jadi diantar oleh Om Dimas. Terlintas di pikiranku untuk berlari saja, tapi itu akan menjadi pusat perhatian para karyawan Mama. Lagipula, sepertinya hal itu sia-sia saja aku lakukan, sebab pria ini akan dengan mudah menangkapku.Sampai di depan lift aku ragu untuk memasukinya. Sebab Om Dimas berjalan di belakangku, sudah tentu dia akan bersamaan masuk ke dalam lift ini. Terpikir untuk melalui tangga saja, tapi sudah terbayang olehku capenya. Ruangan Mama berada di lantai tujuh. Lalu akan seperti apa lututku ketika aku sampai di lantai bawah. Tapi tidak apa-apa yang penting aku tidak masuk lift bersamaan dengan Papa tiriku."Mau kemana?" tanya om Dimas dingin.Tak menghiraukan pertanyaan pria yang selalu berpakaian seperti anak seusiaku itu, aku terus berjalan menuju tangga."Lala, apa kamu sudah kehilangan akal sehat, menuruni gedung ini dengan menggunakan tangga?!" Om Dimas sekarang sudah berada
Magbasa pa
37. Kejadian di Lift
Tanganku terangkat dan berusaha untuk lepas dari kekangan pria yang menakutkan ini."Sekali saja, aku ingin menikmati sensasi yang berbeda dari dua wajah yang mirip." Lalu perlahan wajah itu mendekat kearahku dan tanpa pikir panjang lagi aku pun bereaksi.Cih!!"Ah!!" Om Dimas bergerak mundur ketika aku meludahi wajahnya. "Kamu terlihat semakin menggoda, Lala," ucapnya menyeringai sambil mengusap wajahnya lalu bergerak kembali mendekatiku.Namun aksi pria itu terhenti ketika angka lima belas menyala, itu artinya kami sudah sampai di lantai paling atas. Om Dimas pun bergerak dan menekan kembali angka satu. Kesempatan ini aku gunakan untuk mengambil ponsel di dalam tas lalu mengaktifkannya. Rasanya lama sekali menanti ponsel ini menyala."Apa kamu mau menghubungi suamimu yang gayanya aneh itu." Suara itu terdengar mendekat lalu detik kemudian ponselku berpindah tangan pada Om Dimas."Apa yang Om Dimas lakukan?! Om tidak bisa semena-mena seperti ini!""Di sini hanya ada kita berdua, jad
Magbasa pa
38. Fitnah
"Lala sudah datang, nanti aku hubungi lagi," ucap Om Dimas sambil menutup teleponnya, satu tangannya meraih tanganku lalu dia menyusulku keluar. Setelah berada di luar aku belum benar-benar merasa aman karena masih harus satu mobil dengannya."Jangan coba-coba berlari dariku. Bersikaplah normal hingga orang-orang tidak curiga melihat kita," bisiknya tanpa melihatku. "Atau aku akan menghancurkan nama baik Mamamu." Seperti biasa dia mengancamku.Sebelum melangkah aku membuang nafas berat kemudian berusaha senormal mungkin berjalan menuju parkiran. Aku terus memutar otak bagaimana caranya bisa lepas dari Om Dimas. Tapi kalau pergi sekarang, aku akan kehilangan ponselku yang berada pada pria itu.Tiba di parkiran aku mengulurkan tanganku."Berikan ponselku," ucapku dingin."Untuk apa? Kamu mau menghubungi suami norak-mu itu supaya menjemputmu kesini, heh?""Aku ada janji dengan teman-temanku dan mungkin aku terlambat, maka aku akan memberi kabar pada mereka," kataku lagi tanpa melihat wa
Magbasa pa
39. Mobil Siapa
Aku membelalakkan mata ketika mendengar Om Dimas memfitnahku, entah apa yang ada dalam pikiran Om Do sekarang, karena aku tidak melihat wajahnya saat ini."Dia bohong!!" Aku berteriak dari balik punggung Om Do.Mendengar aku menyangkalnya, pria itu tetap tersenyum mengejek."Dia merengek meminta diantar pulang rupanya ada maksud tersembunyi. Dasar anak tidak tahu diri." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Om Dimas yang memutar balikkan fakta."Om Dimas .... " Kalimatku tertahan setelah tangan kanan Om Do terangkat yang mengisyaratkan bahwa aku tidak boleh berkata lagi. Aku diam karena saat ini hanya pria inilah yang menjadi harapanku untuk bisa menolong dari kejahatan Om Dimas."Lo masih belum berubah juga, Dimas." Ucap om Do yang membuat aku kaget, sepertinya mereka saling kenal."Jangan sok tahu, Lo! Apalagi sok kenal!" sahut Om Dimas sambil menunjuk Om Do."Oh, jadi Lo pura-pura tidak mengenal Gue. Lo takut Gue membeberkan semua kebusukan Lo pada Lala dan juga mertua Gue."
Magbasa pa
40. Bersikap Dingin
Pria ini malah mencebik, lalu tanpa diduga ia mencondongkan tubuhnya ke arahku. Membuatku seketika membelalak. Rupanya barusan dia mengisyaratkan padaku untuk memasang sabuk pengaman. Kenapa aku sebodoh ini, lupa pada keharusan ketika sedang duduk di dalam mobil.Tubuhku mendadak menjadi kaku ketika jarak aku dengannya hanya beberapa sentimeter saja. Aku merapatkan punggung pada jok, bahkan kalau bisa aku ingin mengecil supaya tidak sampai bersentuhan dengannya. Duh, kenapa irama jantungku jadi tidak beraturan seperti ini. Dengan sigap Om Do memasangkan sabuk pengaman padaku dan begitu saja aroma maskulinnya menguar memenuhi rongga penciumanku. Aku sampai memejamkan mata karena wangi ini mampu memberikan sensasi menenangkan.Beberapa detik kemudian Om Do selesai dengan aktivitasnya membantuku, kemudian ia kembali pada posisinya lalu menyalakan mesin. Jujur saja aku masih syok dengan kejadian barusan. Disaat aku dalam ketakutan, Om Do tiba-tiba datang lalu berbicara dengan Om Dimas se
Magbasa pa
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status