SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG

SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG

By:  Tetiimulyati  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings
207Chapters
57.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kehidupan Lala berubah setelah Mamanya, orang tua satu-satunya, menikah lagi dengan pria yang lebih muda. Sebagai anak tunggal, Lala merasa kesepian karena Mama lebih banyak menghabiskan waktu bersama suami barunya. Ditambah lagi rencana jahat Papa tirinya yang membuat Lala ingin pergi dari rumah. Gadis itu pun menyusun rencana untuk menjebak kekasihnya. Tapi yang terjadi malah dirinya yang terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak diharapkan. Bagaimana kehidupan Lala selanjutnya untuk menghadapi suami berondong Mamanya?

View More
SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Reksada
novel yang bagus,
2023-07-17 01:28:49
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak mampir juga ke Novelku. judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan" sudah tamat dan semoga suka ya kak
2023-05-02 10:13:43
2
user avatar
Ayu Minang Abriani
bab 175. menyempurnakan cinta, isinya bukan cerita ini, cerita sebelah, tolong diganti dong thor
2023-03-29 14:50:17
2
user avatar
Enisensi Klara
keren ....
2023-02-19 20:40:11
1
user avatar
Arif Kurniawan
alur ceritanya bagus
2023-02-16 08:34:34
1
207 Chapters
1. Membatalkan Pernikahan
"Coba kamu hubungi Rendy!" Suara Mama mengagetkanku."Enggak bisa, Ma. Ponsel Rendy enggak aktif.""Coba sekali lagi, siapa tahu sekarang sudah aktif."Aku menurut, membuka ponsel yang sejak tadi kugenggam. Mencari kontak dengan nama My love, lalu mengklik ikon telepon.Tidak aktif.Aku mendesah berat. Kekhawatiran ini semakin menggunung. "La .... "Mama menyentuh pundakku dan aku kembali mendesah perlahan. Dada ini mulai sesak. Apalagi terdengar suara Tante Chintya yang baru saja masuk ke kamarku."Terus kalau sudah begini gimana, La?!" Mama duduk di pinggir ranjang dengan kasar."Harusnya kamu itu bisa jaga diri, La. Jadi perempuan, kok, murahan. Laki-laki kalau sudah dapat manisnya, ya, begitu," cibir Tante Chintya sambil berpangku tangan.Tak lama Om Drajat, adik Papa yang akan menjadi waliku juga datang ke kamarku."Bagaimana ini? Sudah satu jam lebih calon pengantin prianya belum juga datang," tanya Om Drajat dengan nada khawatir."Aku sudah mengirim pesan dan menelepon berkali
Read more
2. Tidak Percaya
Berbekal alamat yang kudapatkan dari teman Rendy, akhirnya aku mendatangi kediamannya. Sengaja aku datang disaat jam kerja karena aku tahu saat itu Rendy tidak ada di rumah. Aku nekat dan menemui orang tua Rendy, karena aku pikir ini cara lain agar Rendy tidak bisa membantah lagi.Akhirnya aku sampai di sini, di ruang tamu kediaman orang tua Rendy. Kekasihku ini memang bukan orang sembarangan, rumahnya saja besar, jadi aku pikir aku tidak salah kalau nanti aku menikah dengan dia. Meskipun sebenernya bukan masalah uang, aku pun tidak pernah kekurangan harta. Peninggalan Papa sangat berlimpah karena aku adalah pewaris tunggal.Minimal jika aku menikah dengan Rendy, dia tidak akan menumpang hidup padaku, karena orang tua Rendy pun sepertinya sebanding dengan kami, kaya raya."Apa?! Hamil?!" Reaksi itu yang aku terima ketika Mamanya Rendy tahu kalau aku hamil cucunya."Iya Tante, maaf sebelumnya, selama dua tahun kami pacaran kami baik-baik saja tidak pernah berbuat yang melanggar batasan
Read more
3. Siapa Dia
Aku tidak tahu bagaimana Tante Renita bertemu Mama dan membicarakan masalah kehamilanku. Yang jelas pernikahan kami segera dilaksanakan meskipun Rendy tetap menentangnya."Sekarang atau nanti akhirnya kita akan menikah Ren. Apa kamu tidak sungguh-sungguh padaku?""Aku sungguh-sungguh sama kamu, La, tapi bukan begini caranya dan bukan sekarang juga. Nantilah tunggu beberapa tahun lagi setelah kamu lulus kuliah dan aku sudah punya tabungan. Saat ini karirku juga baru saja dimulai." Itu yang menjadikan alasan Rendy.Tapi sepertinya sanggahan Rendy tidak berarti karena dia terlihat pasrah ketika Mama dan Tante Renita menentukan tanggal pernikahan kami dan ini membuatku sangat bahagia. Usahaku ternyata tidak sia-sia, akhirnya Rendy berkutik. Mungkin karena desakan Tante Renita sebagai Mamanya.Hari ini pernikahan itu akan dilaksanakan. Aku tak henti tersenyum sambil memandangi bayanganku di cermin, bayangan seorang wanita dengan berbalut kebaya putih. Sebentar lagi akan menjadi istri Rendy
Read more
4. Suamiku Om-om
Aku sadar dari pingsan untuk yang kedua kalinya. Mama berada di sampingku sambil menggenggam tanganku."Sayang?!"Aku meliriknya sekilas, jujur saja aku merasa kecewa dengan Mama karena sudah menikahkan aku dengan Om-om tanpa persetujuanku dulu. Kalau tadi aku tahu Om-nya Rendy yang akan menikahi aku, tentu saja aku akan menolaknya. Toh aku tidak hamil beneran dan masih perawan.Aku hanya mengelabui Rendy dan semuanya agar bisa menikah dan keluar dari rumah ini. Atau setidaknya jika harus tinggal di rumah Mama pun akan ada yang melindungiku."La, kamu tidak boleh bersedih lagi, ya. Justru kamu harus bersyukur karena mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Rendy. Mulai sekarang lupakan Rendy dan fokus pada suamimu.""Dari mana Mama tahu kalau laki-laki itu lebih baik dari Rendy? Lebih ancur mungkin." Aku mencibir."Mama ini sudah tua, pasti sekilas saja tahun karakter seseorang."Aku hampir tertawa mendengar ucapan Mama. Bahkan Mama sendiri telah salah menilai suami barunya itu. Ata
Read more
5. Wajah Suamiku
"Dih, gue serius, La." Mhita menarik badannya hingga aku bisa jelas menatap wajahnya dengan mimik serius."Udah, ah, jangan digoda mulu, Ta. Mendingan kita cabut, yuk. Gue udahlah gerah, nih, pake baju beginian." Ghea menunjuk dirinya sendiri yang kini mengenakan kebaya modern."Oke, deh. Kita cabut dulu, ya, Say. Lo jangan lupa pake baju yang menggoda supaya dia jatuh cinta sama Lo." Kali ini Mitha berkata dengan nada biasa hingga aku yakin jika laki-laki itu menguping pasti akan mendengarnya.Aku melotot sambil menempelkan telunjuk pada bibirku. Kenapa Mhita ceroboh sekali berkata seperti itu. "Udah, deh. Katanya mau pulang." Aku mendorong tubuh keduanya ke arah pintu. Risih juga kalau mereka terus-menerus menggoda aku di depan pria itu. Meskipun pria yang duduk membelakangi aku itu sedang asyik mengobrol dengan Om Drajat. Siapa tahu diam-diam dia menguping."Ya ampun, La. Beneran, nih anak, udah enggak sabaran pengin berduaan." Mhita kembali berujar dengan nada tinggi, jadi meskip
Read more
6. Ruko
Selesai mengemasi barang-barang yang hanya dua koper, aku turun bersama Mama. Tidak banyak baju yang aku bawa, hanya beberapa baju untuk kuliah, piyama juga buku-buku yang nantinya aku perlukan selama kuliah. Aku tak yakin akan betah tinggal bersama pria asing itu makanya seperti saran Mama aku hanya membawa sebagian kecil baju."Ingat pesan Mama, ya, La. Kamu harus merubah sikap, jangan manja lagi, harus mandiri dan bisa mengurus suami kamu," pesan mama sekali lagi ketika mengantarkan ke depan.Sudah ada taksi yang menunggu di depan rumah, mungkin pria itu sudah memesannya secara online."Faldo, Mama titip Lala, ya. Lala masih kekanak-kanakan, sangat jauh dari kata dewasa. Maklumlah dia anak satu-satunya dan kami sangat memanjakannya. Ini tugas Nak Faldo untuk membimbingnya jadi wanita mandiri, mudah-mudahan Nak Faldo bisa bersabar karena Lala masih perlu bimbingan."Insya Allah, Ma. Terima kasih kalian sudah percaya kepada saya, mudah-mudahan saya bisa membimbing Lala," jawab Om Do
Read more
7. Kamar Satu-satunya
"Lagian aku juga gak bakalan ngapa-ngapain kamu, kok. Memangnya aku mau mencampur benih ponakanku sendiri? Di dalam Islam sendiri tidak diperbolehkan menumpuk benih di dalam rahim.""Oh, jadi Om juga meledekku?" Aku tidak terima Om Do merendahkan aku."Memang seperti itu kenyataannya. Bukankah wanita yang aku nikahi ini hamil anak ponakanku sendiri. Aku tak menyangka jika nasibku akan seperti ini, menikahi pacar ponakan yang sedang hamil dan manja." Setelah berkata seperti itu Om Do menarik dua buah koperku dan membawanya ke kamar."Pokoknya aku tidak mau tidur satu kamar sama Om. Kalau Om tidak mau tidur di luar, biar aku saja yang di luar!" Aku berteriak supaya pria itu mengurungkan niatnya membawa koper-koper itu ke kamar.Di ruangan ini terdapat satu sofa panjang yang berhadapan langsung dengan televisi. Mungkin ini bisa aku gunakan untuk merebahkan diri atau aku bisa tidur di atas karpet yang terbentang di antara televisi dan sofa ini, begitu pikirku.Pria itu tidak mendengarkan
Read more
8. Cepat Berpakaian!
Aku membuka mata ketika indera pendengaranku menangkap suara seperti pintuterbuka. Begitu mataku terbuka, aku baru sadar kalau ternyata aku tertidur diatas kasur di dalam kamar Om Do. Lalu begitu saja ada wangi menguar yang akucium, sepertinya ini wangi sabun.Segera aku bangkit mengambil posisi duduk. Tapi itu tidak berlangsung lama,karena mataku menangkap pemandangan yang menurutku sangat tabu saat ini."Aaaaa .... Om ngapain sih?!" Aku berteriak sambil menutup wajahkudengan kedua tangan. Baru saja aku melihat pria itu berdiri di depan lemariyang pintunya terbuka dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi bagianbawah tubuhnya. Sementara dari pinggang ke atas tampak punggung lebarnya tanpatertutup apapun. Jelas saja ini adalah pemandangan aneh bagiku."Kenapa kamu bikin aku kaget saja, sih, La? Aku sedang mencari bajuku didalamnya kamarku sendiri, apa salah?""Yang bikin kaget itu Om, tiba-tiba ada di depanku dengan penampilanseperti itu." Aku berteriak dengan posisi yan
Read more
9. Terpaksa atau Tidak
Selesai membersihkan badan aku keluar dan mendapatkan pria itu tengah duduk disofa."Bereskan baju-bajumu, buka saja pintu lemari yang paling kanan!"teriak Om Do sementara matanya masih fokus ke layar televisi. Tanpa menjawabaku menurut apa yang baru saja dia katakan, ternyata lemari paling kanan itumemang kosong."Sudah?" Seperti biasa, tiba-tiba dia sudah berada di pintu."Sudah," jawabku tanpa menoleh lalu menutup pintu lemari."Sebentar lagi maghrib, sebelum makan kita salat berjamaah dulu.""Salat?" tanyaku heran, pasalnya di rumah, aku hampir tidak pernahmelaksanakan salat."Iya salat, kamu muslim 'kan?" tanya Om Do sambil menautkan keduaalisnya."Eum ... iya, aku muslim, tapi...aku tidak membawa...mukena," jawabkuragu."Apa? Kamu pindah ke sini tidak membawa mukena? Lalu kamu salat memakaiapa? Atau ... jangan-jangan ....""Aku.... "Aku aku tak bisa meneruskan ucapanku karena memang benar di rumahku yangmenjalankan salat hanya bibi saja. Aku dan Mama nyaris tidak perna
Read more
10. Tetap Kuliah
"Perhatikan aku dulu!" Pria itu membungkuk di depan kran, lalu setelah air mengalir dia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dan menampung air dengan kedua telapak tangan yang disatukan."Setelah tangan kamu bersih berkumurlah sebanyak 3 kali, seperti ini," lanjutnya kemudian.Selanjutnya ia mempraktekkan tata cara berwudhu sambil terus berbicara dan aku memperhatikannya dengan teliti."Sekarang ayo giliran kamu." Pria itu berdiri dan menunjuk keran supaya aku mendekati kran tersebut."Tapi aku lupa lagi." Aku berucap sembari menggaruk-garuk kepala. Karena jarang melakukannya aku jadi lupa urutannya."Iya, makanya dipraktekkan. Ayo dimulai dari membasuh telapak tangan lalu berkumur sebanyak tiga kali, aku akan memberi instruksi di setiap gerakan."Ragu aku mendekati kran dan mulai membasuh telapak tangan lalu berkumur seperti yang dibilang oleh Om Do tadi. Selanjutnya pria itu memberikan instruksi apa yang harus aku lakukan lengkap dengan bacaan niat sehingga sampailah pada akh
Read more
DMCA.com Protection Status